Senin, 11 Agustus 2025

Penggerebekan Narkoba

Asal Usul Kampung Bahari Jadi Sarang Narkoba, Dari Rawa Hingga Seret Jenderal Polisi Masuk Bui

Nama Kampung Bahari di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara kerap diidentikan dengan tempat peredaran Narkoba. beriku asal usulnya.

Penulis: Adi Suhendi
Istimewa
Petugas Polres Metro Jakarta Utara saat mengrebek Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara terkait kasus peredaran narkoba, Sabtu (13/7/2024). 

Momen itu digunakan segelintir orang menjual narkoba.

“Narkoba di sini bukan dari dulu. Ada narkoba itu mulai dari Kampung Ambon dibongkar, mereka pindah ke kita di sini,” ucapnya.

Sekadar informasi, Kampung Ambon berada di kawasan RW 007, Kedaung Kaliangke, Cengkareng, Jakarta Barat.

Kampung Ambon dulu dikenal sebagai sarang Narkoba dan persis kondisinya seperti Kampung Bahari saat ini.

Polres Metro Jakarta Barat bersama pemangku kepentingan setempat pun giat menumpas para bandar Narkoba di Kampung Ambon hingga akhirnya peredaran Narkoba di Kampung Ambon tak semasif periode 2008-2013.

Tetapi dampaknya, para pelaku perdaran Narkoba tersebut memutuskan pindah ke Kampung Bahari dan menggandeng warga setempat dalam menjalankan bisnis haramnya.

“Tadinya nggak ada narkoba, pas Kampung Ambon digrebek, orang sana ngontrak (di sini) lama-lama jualan terus pengaruhi orang sini. Tadinya nggak ada (narkoba),” ujarnya.

Temuan terbaru polis di Kampung Bahari, para pelaku peredaran Narkoba seakan sudah terstruktur.

Hal tersebut dengan ditemukannya ruangan kontrol CCTV yang berfungsi untuk memantau pergerakan polisi.

Tak hanya itu, polisi juga menemukan drone yang fungsinya sama untuk melihat pergerakan aparat.

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan, drone digunakan para bandar untuk mengamankan bisnis narkoba.

"Dengan cara kalau ada penangkapan mereka terlebih dahulu menaikkan drone ini, drone ini termonitor dari layar monitor yang juga telah kita sita," kata Gidion, Sabtu (13/7/2024).

Kemudian dijelaskan Gidion, jika pada proses penangkapan petugas terlambat secara momentum maka mereka akan menyerang balik lantaran telah termonitor melalui drone tersebut.

Para pelaku lanjut Gidion biasanya akan menyerang petugas dengan menggunakan berbagai benda bahkan tak jarang menggunakan senjata jenis airsoft gun.

"Melakukan penyerangan, baik menggunakan petasan ataupun senjata tajam. Bahkan kemudian menggunakan airsoft gun, meskipun airsoft gun tapi dari bentuk amunisi itu bisa melukai bahkan mematikan," jelasnya.

(Tribunnews.com/ kompas.com/ wartakota)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan