Kamis, 11 September 2025

Hari Pertama Sekolah

2 Ayah Bahagia Antar Anak di Hari Pertama Masuk Sekolah, Begini Ceritanya

Arif dan Banu bahagia antar anak di hari pertama sekolah. Pemerintah dorong ayah ambil peran lewat Gerakan Nasional Pengasuhan Setara.

Tribun Jatim/Purwanto
HARI PERTAMA SEKOLAH - Arif dan Banu bahagia mengantar anak mereka di hari pertama sekolah, Senin (14/7/2025). Momen ini jadi bagian dari Gerakan Ayah Mengantar Anak yang digaungkan pemerintah. TRIBUN JATIM/PURWANTO 

Sebab, ia percaya, kehadiran ayah akan menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat anak menghadapi lingkungan sekolah yang baru.

MACET HARI PERTAMA SEKOLAH - Ilustrasi kemacetan saat hari pertama masuksekolah. Foto diambil di kawasan Bogor, Jawa Barat, Senin(14/7/2025).
MACET HARI PERTAMA SEKOLAH - Ilustrasi kemacetan saat hari pertama masuksekolah. Foto diambil di kawasan Bogor, Jawa Barat, Senin(14/7/2025). (Tribunnews.com/Willy Widianto)

Gerakan Ayah Mengantar Anak Sekolah

Apa yang dilakukan Arif dan Banu sejalan dengan kebijakan pemerintah.

Tahun ini, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) meluncurkan Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah

Gerakan ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2025, yang resmi berlaku pada Senin, 14 Juli 2025.

Kepala BKKBN, Wihaji, menyampaikan bahwa gerakan ini bertujuan mendorong keterlibatan ayah dalam pengasuhan, yang selama ini cenderung didominasi oleh ibu.

“Melalui kehadiran ayah pada momen penting tersebut akan tercipta kedekatan emosional yang berpengaruh positif terhadap rasa percaya diri, kenyamanan, dan kesiapan anak dalam menjalani proses belajar,” ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa pengasuhan yang melibatkan ayah akan berdampak langsung pada kemampuan kepemimpinan, prestasi akademik, serta perkembangan sosial dan emosional anak.

Baca juga: Hari Pertama Masuk Sekolah, Para Orang Tua Diimbau Antar Anak ke Sekolah

Ketimpangan Peran Ayah dan Fenomena Fatherless

Gerakan ini lahir dari keprihatinan terhadap tingkat keterlibatan ayah yang rendah dalam pengasuhan anak di Indonesia. Data Unicef dan KPAI tahun 2017 menunjukkan:

20,9 persen anak-anak Indonesia kehilangan sosok ayah, baik karena perceraian, kematian, atau pekerjaan yang jauh dari rumah.

Hanya 20,9 persen ayah terlibat langsung dalam pengasuhan anak.

33 persen remaja mengalami masalah kesehatan mental, tapi hanya 4,3 persen orang tua yang menyadari kebutuhan anak akan bantuan.

Statistik ini menggambarkan fenomena fatherless society, yang bisa berdampak pada tumbuh kembang anak, termasuk potensi depresi, rendahnya kepercayaan diri, hingga rendahnya prestasi akademik.

Dukungan Pemerintah Daerah Berbeda-Beda

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan