Bentrok di PN Jaksel
Keluarga Fredy Tuntut Polisi Ungkap Pemilik Senjata Api
Kecaman muncul terhadap kinerja polisi pascabentrokan antar dua kelompok massa di depan PN Jakarta Selatan, Rabu (29/9/2010).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kecaman muncul terhadap kinerja polisi pascabentrokan antar dua kelompok massa di depan PN Jakarta Selatan, Rabu (29/9/2010). EK, salah satu keluarga korban dari Fredy Jecko dan Agustinus, kelompok massa yang diserang oleh kelompok Timur, tidak habis pikir dengan kinerja aparat keamanan yang bertugas saat itu. Polisi yang bertugas saat ada penyerangan dan membawa senjata tajam dan senjata api, hanya diam dan tidak menangkap para pelaku.
"Pihak kepolisian seharusnya sudah bisa mengantisipasi kan kejadian tersebut. Sebab, sejak sidang pertama suasananya sudah memanas kan. Nah kelompok kita yang tidak bersenjata tiba-tiba diserang ketika semua sedang makan dan ditembak secara membabi buta tapi polisi diam saja," ujar pria bertubuh kekar, saat ditemui di kediamannya di Jakarta Selatan, Kamis (30/9/2010).
EK yang sibuk menjawab telepon dari keluarga besarnya yang menanyakan kondisi di lapangan dan korban, berharap aparat kepolisian bisa mengungkap kepemilikan senajata api tersebut.
"Mereka membawa 8 senjata api dan menembaki kita. Padahal kita tidak membawa apa-apa. Baru setelah peluru mereka habis polisi mengejar mereka tapi tidak berusaha menangkap pembawa senjata api, ini kan semakin sulit. Saya ingin polisi bisa mengungkap hal ini," harapnya.
Hal senada diungkapkan Yan, salah satu keluarga korban Fredy Jecko, bahwa Polisi gagal menciptakan rasa aman dan tidak mampu menghadapi aksi-aksi penyerangan.
"Justru polisi saat itu pada lari untuk menyelamatkan diri ketika ada penembakan dan penyerangan. Apalagi mereka menumpangi 4 Kopaja dan langsung menyerang kita. Saya harap Polisi bisa mengungkap pemilik senjata dan telah menewaskan keluarga kami," terang Yan yang juga menyaksikan langsung kejadian bentrok tersebut.