Bentrok di PN Jaksel
Komisi III Kritik Intelijen Polri
Komisi III DPR melihat intelijen Polri lemah sehingga tidak dapat mencegah aksi bentrok dua kelompok massa

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi III DPR melihat intelijen Polri lemah sehingga tidak dapat mencegah aksi bentrok dua kelompok massa di depan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. Bentrok itupun mengakibatkan tiga korban tewas dan delapan luka-luka. Bahkan tiga anggota kepolisian terkena luka tembak pada Rabu 29 September 2010 lalu.
"Betul kami katakan kepada kapolda mestinya sejak kejadian Blowfish intelijen polri sudah mengantisipasi artinya intel polri sudah memahami kelompok-kelompok ini. Melakukan langkah-langkah antisipasi tetapi kelihatannya kok tidak jalan," ujar Herman Herie, anggota Komisi III DPR RI usai bertemu Kapolda di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (01/10/2010).
Anggota DPR dari PDIP itu kemudian meminta kepolisian untuk meningkatkan fungsi intelijen dan bila membutuhkan tambahan anggaran, Komisi III DPR RI siap untuk membantu.
Intelijen polri lemah? Betul kami katakan kpd kapolda mestinya sejak kejadian blowfis intelijen polri sdh mengantisipasi artinya intel polri sdh memahami kelompok2 ini. Melakukan langkah2 antisipasi ttp kelihatannya kok tdk jalan. Kami meminta kedepan saat hari ini fingsi intelijen lebih difungsuikan lagi, kalau kepolisian membutuhkan anggaran untuk itu kami siap memback up anggran demi ketertiban DKI.
Selain menyoroti masalah intelijen Polri, Herman juga melihat polis terkesan ragu dalam mengambil tindakan saat kejadian tersebut. "Alasan kapolda untuk menghindari korban lebih banyak," imbuhnya.
Namun sebagai orang awam, kata Herman, dirinya tidak mengerti kenapa kepolisian menarik mundur anggotanya sehingga kenyataannya banyak jatuh korban. "Ini jadi pelajaran ke depan agar tidak terjadi lagi," tukasnya.
Pertemuan antara Komisi III DPR RI dengan Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Timur Pradopo di Mainhall Polda Metro Jaya dihadiri oleh sejumlah anggota antara lain Syarifudin Suding, Herman Herie, Ruhut Sitompul dan Nudirman Munir.