Bentrok di PN Jaksel
Polri Diam-diam Lakukan Razia Preman
Paska bentrok antardua kelompok warga yang terkait insiden Blowfish di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan beberapa hari lalu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Paska bentrok antardua kelompok warga yang terkait insiden Blowfish di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan beberapa hari lalu, Polri mengaku mereka sudah mulai mengintesifkan pendataan, razia dan pengawasan terhadap keberadaan dan sepak terjang kelompok preman di seluruh wilayah di Indonesia.
Kegiatan itu, diakui Polri dilakukan mereka secara tertutup (tak mau terekspos publik) dan bersifat rahasia serta diam-diam. "Kalau dengan cara terbuka ya kabur semua (premannya)," ujar Kabareskrim Polri Komjen Pol Ito Sumardi saat dihubungi, Jumat (1/10).
Kegiatan itu, menurut Ito, dilakukab di seluruh wilayah di Indonesia karena keberadaan preman sendiri tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Menurut Ito, polisi tidak akan serta merta menangkapi beberapa orang yang diduga preman dalam razia itu. Polisi mempunyai indikator tersendiri untuk menilai dan memastikan seseorang dapat dikategorikan sebagai preman.
"Ini kan freeman, orang yang bebas. Nah orang-orang ini kan nggak punya kerjaan, lalu cari duitnya darimana? Akhirnya dengan berbagai cara dia melakukan tindak kejahatan, seperti menakuti dan meneror. Sementara kan sistem peradilan kita belum bisa menimbulkan efek jera sehingga mereka bisa mengulangi lagi," ungkap Ito menjelaskan indikator yang digunakan Polri untuk mengkategorikan seseorang sebagai preman.
Ito pun mengingatkan bahwa kegiatan yang Polri lakukan ini bukanlah suatu kegiatan yang berbentuk sweeping. "Yang perlu diketahui, namanya ini bukan sweeping. Kita kan penanganan masalah premanisme, tentu kan ada caranya lah. Jangan di bilang sweeping. Kalau sweeping itu konotasinya jelek," imbaunya mengingatkan agar tak salah persepsi.