Jumat, 8 Agustus 2025

Kepsek Otoriter! Bu Guru Pun Dijemur di Teriknya Matahari

Kepala sekolah sebuah SD ini kelewat otoriter dalam menerapakan disiplin. Tangan besinya ke guru dan siswa membuat

zoom-inlihat foto Kepsek Otoriter! Bu Guru Pun Dijemur di Teriknya Matahari
Foto: surya/sugiharto
MENANGIS - Guru wali kelas 6A SDN Tandes Lor Surabaya, Nani Rukmiyah, bersama sejumlah muridnya mengadu ke Komisi D DPRD Surabaya, Senin (25/4/2011), terkait tindakan semena-mena kepala sekolah Wahyu Ningsih.

Celaan juga dialami guru lain, bernama Nency. Ia pernah terlambat ke sekolah karena hamil. Di depan siswa-siswa, Nency kemudian dikecam habis-habisan oleh Wahyu Ningsih.

”Kebetulan, kehamilan kedua saya ini, bawaannya agak rewel. Suatu saat saya terlambat. Kepala sekolah bilang, sakit jangan dijadikan alasan. Saya juga perempuan, juga pernah hamil,” tukas Nency.

Sejak itu, Nency sering tertekan saat berangkat ke sekolah untuk mengajar. Perasaan tertekan itu membuat tekanan darahnya meninggi. ”Akhirnya saya melahirkan prematur akibat tekanan darah tinggi itu,” kisahnya.

Perlakuan kasar Wahyu Ningsih juga diungkapkan para murid dan orangtua. Sri Astuti, wali murid dari Vena Melinda (kelas VI) mengatakan, anaknya sekarang sangat tertekan setelah dilecehkan Wahyu Ningsih di depan teman-temannya. Sri tahu sendiri karena waktu itu ia yang mengantarkan anaknya ke sekolah.

“Anak saya dikata-katai ‘kamu itu merengut saja. Ayu-ayu merengut terus’. Padahal, mimik wajah anak saya begitu karena ketakutan melihat kepala sekolah. Sekarang dia sulit diajak omong, dan sudah beberapa bulan tak mau sekolah. Kepala sekolah melarang Vena ikut ujian nasional nanti,” tutur Sri.

Pernah, saat masih di kelas III, Vena disetrap berdiri di halaman sekolah hanya karena parkir sepeda di luar sekolah. Vena yang mestinya sudah pulang pukul 4 sore, hingga pukul 5 petang belum datang di rumah. Sri kemudian mencarinya ke sekolah.

“Ternyata dia disetrap, dan ada guru Bu Ningsih yang diperintah kepala sekolah menunggui. Karena takut, Bu Ningsih tak berani menyuruh Vena pulang meskipun pelajaran sudah selesai. Akhirnya Vena saya bawa paksa pulang. Coba kalau tidak saya cari, mungkin sampai subuh dia berdiri,” tandas Sri.

Cerita Sri itu dibenarkan Bu Ningsih. “Betul apa yang dikatakan Bu Sri,” kata Bu Ningsih yang ikut hadir dalam dengar pendapat.

Lain lagi dengan cerita yag dikemukakan oleh Dinda, siswa kelas VI. Kepalanya pernah dikeplak dan didorong oleh kasek. ”Saya pernah ikut lomba paduan suara dan tidak menang, lalu disetrap,” kata Dinda sambil terisak tangis. Mendengar cerita Dinda ini, wali murid dan anggota Komisi D seakan dikomando berujar,”Kepala sekolah nggak beres iki.”

Imroatul, siswa kelas VI A, mengaku mengikuti banyak kegiatan di sekolah. Kemudian ada lomba-lomba yang diikuti sekolah, dan Icha termasuk pesertanya. Ternyata, banyak lomba yang tidak dimenangkan oleh Icha dan teman-temannya yang mewakili sekolah. Mengetahui itu, kasek marah-marah. Para murid yang ikut lomba kemudian dikumpulkan di satu ruang dan dikunci.

Kasarnya ulah Wahyu Ningsih juga dialami Evilia, siswa kelas VI. Usai senam, rambutnya jatuh semua ke wajah, lalu Wahyu Ningsih membentak dan bilang, ”Kamu itu kayak bibitnya PSK (Pekerja Seks Komersial). Saya menangis karena bentakan itu,” kata Evilia sambil menangis saat menuturkan.

Nikita Zahro, siswa kelas VA, juga pernah disemprot Wahyu Ningsih. Suatu kali, ia duduk di ruang tunggu karena ada ibunya yang mengiriminya makanan.

”Setelah itu, saya disuruh kepala sekolah masuk kelas. Saya dibilang anak pelacur, anak jalanan, tidak tahu etika. Tapi, saya tak pernah memberitahu ibu soal itu,” ujar Nikita sembari menangis sejadi-jadinya.

Ketika mendapat kesempatan berbicara, Kasek Wahyu Ningsih tampak tenang. Mengawali pembicaraannya, ia minta maaf kepada pihak-pihak yang tersakiti. Sebagai kasek, ia mengaku memiliki visi dan misi untuk memajukan sekolah. ”November 2002, saya diangkat. Waktu itu ranking SDN ini sangat di bawah dan tidak diminati warga,” ujar Wahyu Ningsih.

Kemudian, waktu demi waktu di bawah kepemimpinannya, SDN Tandes Lor mulai memiliki prestasi. Jumlah murid juga bertambah. Pada 2007 SDN ini mendapat penghargaan dari Wali Kota karena masuk dalam 25 sekolah yang berhasil berubah dari tak diminati menjadi diminati/favorit.

Halaman
123
Sumber: Surya
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan