Bom Bunuh Diri Cirebon
Ishak Berubah Setelah Rajin Ikut Pengajian
Penangkapan Ishak Adriana, cukup mencengangkan semua pihak. Bahkan, pemilik rumah kos dan Ketua RW setempat juga ikut kaget.
Editor:
Ade Mayasanto

TRIBUNNEWS.COM, CIREBON - Penangkapan Ishak Adriana, seorang tukang jasa pembuatan bingkai yang membuka lapak di Jalan Sukalila Selatan, Kota Cirebon, cukup mencengangkan semua pihak. Bahkan, pemilik rumah kos dan Ketua RW setempat juga ikut kaget, karena nama Ishak tidak begitu familiar di Kampung Pagongan Timur, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Siapa sebenarnya sosok Ishak Adriana, pria yang disebut-sebut mahir dalam merakit bom tersebut? Bahkan satu dari bom rakitannya berhasil meledak di Masjid Az-Zikro Mapolresta Cirebon, dalam tragedi bom bunuh diri yang dilakukan M Syarif, 15 April 2011?
Sabtu (7/5/2011) pagi, Tribun menelusuri lapak pigura di Jalan Sukalila Selatan, Kota Cirebon. Sejumlah pedagang pigura mengaku tidak tahu pada sosok Ishak maupun teman satu kosnya bernama Ujang, Aceng dan Agus. Para pedagang pigura menyarankan Tribun bertanya kepada penjual pigura lainnya.
Setelah mencoba bertanya kepada pedagang pigura lain, seseorang mengatakan benar ada nama Ishak di antara mereka. Pria tersebut membuka lapak pigura, namun sedang tidak ada di lapak.
"Yang ada hanya saudaranya. Coba tanya saja ke sebelah sana," kata pedagang tersebut, sambil menunjukkan lapak pigura milik Ishak.
Di lapak milik Ishak, terlihat sesosok pria berbadan kecil. Dia adalah Ahmad Fauzi (32), keponakan Ishak. Menurut Fauzi, dirinya terpaksa menjaga lapak milik pamannya itu karena yang bersangkutan tidak kerja sepanjang Sabtu (7/5/2011).
"Iya ini lapak milik Pak Ishak, tapi dia tidak ada hari ini. Makanya lapaknya saya jaga. Biasanya dijaga adiknya bernama Jamil, tapi karena Jamil juga tidak ada, ya saya yang kebagian jaga," kata Fauzi, yang juga memiliki lapak pigura tepat di samping lapak milik Ishak.
Menurut Fauzi, Ishak ditangkap petugas Jumat (6/5/2011) sore. Demikian juga dengan adik bungsunya, Jamil, turut digiring polisi. Namun Fauzi mengaku tidak tahu atas dasar apa dua saudaranya itu harus berurusan dengan polisi.
Fauzi mengatakan, sehari-hari Ishak berjualan pigura di lapaknya. Pria beranak satu, itu sudah berjualan di tempat tersebut sekitar sepuluh tahun. Ishak belum pernah beralih profesi karena kemahirannya hanya dalam membuat pigura semata.
"Menurut saya, Pak Ishak itu tidak punya keahlian lain selain membuat pigura, makanya usahanya juga di bidang pigura saja. Saya juga belum pernah melihat dia bersentuhan dengan barang elektronik semisal menyervis televisi, radio atau apa," kata Fauzi, seolah meluruskan kabar bahwa Ishak mahir dalam merakit bom.
Menurut Fauzi, meski sudah lama bekerja di Cirebon, Ishak belum pernah membawa serta anak dan istrinya ke Kota Udang. Anak dan istrinya tetap tinggal di kampung asalnya, di Desa Cijambe, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
Sebelum ngekos di Pagongan Timur, kata Fauzi, Ishak lama tinggal di Jalan Tentara Pelajar. Di daerah tersebut, pria yang diketahui merawat jenggot, itu tinggal di rumah kos-kosan. "Di Pagongan sih baru tiga bulanan," kata Fauzi.
Fauzi mengaku, selama ngekos di Pagongan, dirinya sempat beberapa kali bermain ke rumah kosan Ishak. Namun di rumah tersebut tidak ada sesuatu yang mencurigakan.
Demikian juga dengan perilaku Ishak, semua biasa saja. Hanya memang, kata Fauzi, Ishak kerap bergaul dengan orang-orang berjanggut yang mengenakan celana di atas mata kaki. Teman-temannya itu kerap bermain ke lapak pigura milik Ishak.
Sayang, dari sekian banyak temannya itu, tidak ada satu pun yang memperkenalkan diri kepada Fauzi. Fauzi hanya tahu wajah, tapi tidak tahu nama.