Umar Patek Tertangkap
Saya Tak Pernah Menamakan Diri Saya Umar Patek
Umar menyangkal nama Patek karena ia tidak pernah merasa pernah menggunakan nama tersebut
Editor:
Yudie Thirzano

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak insiden Bom Bali I pada tahun 2002 lalu, nama Umar Patek mencuat. Ia pun dikabarkan menduduki jabatan penting dijaringan teroris, yang anggotanya termasuk Dulmatin, Nurdin M Top dan dr Azhari.
Namun siapa sangka, laki-laki kelahiran Pemalang, Jawa Tengah tahun 1970 itu tidak terima dipanggil Umar Patek, saat ditanya Hakim Ketua Suharjono, di pengadilan Negeri Jakarta Timur, saat persidangan istrinya, Siti Ruqqayah (31), berlangsung, dan Umar diminta menjadi saksi.
Umar menyangkal nama Patek karena ia tidak pernah merasa pernah menggunakan nama tersebut, walau pun ia mengakui sempat menggunakan sejumlah nama palsu, seperti Abu Syeikh alias Umar Arab alias Umar kecil.
"Saya tidak pernah menamakan diri saya Umar patek, saya nggak tahu dari mana," katanya.
Namun ia memperkenalkan dirinya sebagai Umar kepada sejumlah orang, termasuk kepada Hary Kuncoro, yang kenal pertama kali pada 2003 lalu, dan telah membantunya mengurus permohonan paspor di Kantor Imigrasi Jakarta Timur.
Lulusan camp Afganistan itu mengaku dilahirkan dengan nama Hisyam. Setelah ia lulus SMU di Pemalang, dan mulai ikut pergerakan, maka ia kerap menggunakan sejumlah nama palsu, termasuk Anis, yang digunakan dalam paspornya yang ia dapatkan dari kantor Imigrasi Jakarta Timur, pada Juli 2009 lalu.
Perkara nama Anis tersebut, Umar mengaku bahwa hal itu adalah salah satu usahanya untuk menghindar dari jeratan hukum. Umar sadar bahwa ia telah menjadi buronan, setelah insiden bom Bali I pada 2002 lalu. "Saya kan buronan sejak tahun 2002, maka saya menggunakan nama palsu," tambahnya.