Pembatasan BBM Subsidi
Tak Masuk Akal Harga BBM Naik Karena Negara Defisit
Anggota Komisi VII DPR, Dewi Aryani menilai alasan negara defisit sehingga BBM harus naik tidak masuk akal
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR Dewi Aryani menilai alasan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak(BBM) karena negara mengalami defisit hingga 3 persen sangat tidak masuk akal
“Pernyataan pemerintah melalui wakil Menteri Keuangan, Anny Ratnawati yang ditayangkan Metro TV pada acara sarasehan anak negeri bahwa negara defisit sekitar 3 persen menjadi alasan BBM harus naik, amat tidak masuk akal,” ujar Dewi kepada Tribunnews.com, Kamis (8/3/2012).
Dewi mengatakan berdasarkan standar internasional, defisit sekitar 3 persen masih termasuk batas normal. Angka itu juga tidak akan membuat negara ini menjadi bangkrut.
“Karena sebenarnya dalam standar internasional, defisit 3 persen masih dianggap batas normal dan tidak membuat negara bangkrut,” kata Dewi.
Sebelumnya, pemerintah memperkirakan defisit anggaran akan melebar hingga 3,6 persen bila harga Bahan Bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak dinaikkan pada tahun ini. Menteri Keuangan DW Agus Martowardjojo menjelaskan, jika BBM tidak dikendalikan maka anggaran belanja subsidi energi akan membengkak dan defisit bisa melebar hingga lebih dari tiga persen.
"Nah sekarang dengan kita melakukan persiapan APBNP itu bisa di bawah tiga persen. Ini pentingnya kita melakukan APBN perubahan," ungkapnya kala ditemui dikantornya, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Kamis (8/3/2012).
Terkait dengan itu, Dewi menganggap semuanya masih normal.
“Kisaran segitu masih normal. Maksimal 5 persen. Dan enggak bangkrut negara ini,” pungkasnya.