Senin, 25 Agustus 2025

Bom di Tambora

Densus 88 Membuat Nenek Waenah Menangis

Keempat putranya, yakni Ahmad Saekun (35), Agus Abdillah (33), Muhammad Amaluddin (28), dan Muhammad Amirudin (27).

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-inlihat foto Densus 88 Membuat Nenek Waenah Menangis
Tribun Jakarta/JEPRIMA
Ilustrasi

"Saya bilang, Amir kamu enggak bawa jaket, nanti kamu kedinginan. Saya bilang ke Densus, pak biar saya bawakan jaket buat anak saya. Kata dia, sudah jangan ibu yang kasih jaket, biar saya saja yang ambil dan ibu diam saja di sini," kata Waenah menirukan perkataan seorang anggota Densus 88.

Selanjutnya, tanpa "ba bi bu", sejumlah anggota Densus 88 lainnya disaksikan Basroni menyisir setiap sudut rumah tipe-21 berloteng itu untuk mencari barang yang dicurigai.

Waenah mengaku baru tahu dari televisi bahwa pihak Polri menyatakan menemukan sejumlah material untuk membuat bom di rumahnya. Dan kepolisian menyebut Jody diduga berperan sebagai orang yang membantu mempersiapkan bahan peledak untuk kelompok Muhammad Thorik. Namun, menurut Waenah pernyataan itu tidak benar.

Menurut Waenah, barang-barang yang diambil polisi dari rumahnya itu adalah peralatan untuk renovasi rumah dan alat kerja Agus sebagai tukang sevice hp. "Paralon yang dibawa itu punya saya buat saluran air. Dikira buat apa, padahal itu punya saya," tandasnya.

Waenah mengaku sangat syok dan terpukul dengan penangkapan putra bungsunya, Amir. Sementara untuk putra keduanya, Agus Abdillah alias Jody, Waenah, mengaku memang sudah melihat perubah perilakunya sejak lama. "Istrinya (Ahmad Saekun) lagi hamil tujuh bulan dan sekarang gara-gara kejadian kemarin jadi suka pingsan. Istri Amir juga jadi pendiam," ucap Waenah.

Ia mengaku kerap menangis jika teringat peristiwa putranya dibawa Densus 88 kala sore itu. Sebab, sebagai seorang ibu, Waenah mengaku dan merasa yakin bila Amir tidak bersalah atas kasus apapun, termasuk terorisme. "Amir orangnya suka silahturahmi. Kalau tetangga ajak Siskalming dia ikut, kalau kerja bakti juga suka ikut, dan biasa bergaul sama tetangga, terbuka kok orangnya," ujarnya.

Meski begitu, dalam Salat Istikharah-nya, Waenah berdoa agar putra bungsunya itu bisa segera dibebaskan dan kembali ke rumah.

"Saya menangis seharian, malam juga. Yang saya sesalkan, kenapa Amir dibawa, karena yang saya tahu keseharian Amir, Amir tidak salah. orang dia enggak pernah ketemuan dan enggak pernah menngobrol dengan kakaknya. Saya cerita begini karena saya tidak takut, saya tidak malu. Anak saya bukan teroris," ucapnya.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan