Kamis, 9 Oktober 2025

Kontroversi Gafatar

Disebut Organisasi Terlarang, Ketua Umum Gafatar Jelaskan Pemahaman soal Tuhan

"Kemana instink yang telah diberikan Tuhan semenjak kita lahir?" katanya.

Penulis: Hasanudin Aco
gafatar.org
Ketua Umum Gafatar, Mahful M. Tumanurung. 

Bangsa kita memiliki sila yang pertama dalam Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. sebuah sila yang menjadi dasar berdirinya negara ini. Dan didunia, hanya ada 2 bangsa yang menyandarkan Ketuhanan sebagai dasar negaranya, yaitu Indonesia dan Israel.

Para pendiri bangsa telah menyadari bahwa Ketuhanan adalah karakter yang dapat mengangkat bangsa ini menuju kejayaan dunia. Bahkan Soekarno berseru bahwa bangsa inj akan menjadi Mercusuar Dunia. Artinya sebagai bangsa yang menjadi pemandu bangs-bangsa lain di dunia ini kepada perdamaian. Mereka menyadari bahwa cita-cita besar itu dapat dicapai jika bangsa ini menjadikan karakter Tuhan sebagai satu-satunya jembatan menujunya.

Pandangan para pendiri bangsa dahulu sangat tepat dalam memprediksikan masa kini. Kondisi hari ini manusia sudah mulai meninggalkan karakter Tuhan. Mulai mencoba mencurangi orang lain, mencuri hak rakyat dengan korupsi, menipu bangsa untuk bisa mendapatkan posisi yang diinginkan, bahkan mengatas namakan Tuhan bagi keserakahan amoral yang dilakukannya.

Hingga cita cita para pendiri bangsa untuk menjadikan bangsa mercusuar dunia yang telah bersusah payah menghantarkan bangsa ini kepada pintu gerbang kemerdekaan harus terkendala disebabkan perbuatan bangsa yang sudah mulai meninggalkan karakter Tuhan. Ketimpangan merajalela di antara strata anak bangsa, terciptanya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin yang semakin hari semakin dalam, dieksploitasinya sumber daya alam oleh para pemodal asing sementara bangsa ini hanya mendapatkan remah remah roti saja, harga nilai bangsa yang sudah tidak dipandang lagi sebagai negara yang dihormati oleh bangsa lain, adalah fenomena yang sering kita saksikan dalam fenomena keseharian.

Padahal bangsa ini ada memiliki selaksa kekayaan alam dan sumber daya manusia yang begitu hebat yang belum pernah ada, belum pernah dimiliki oleh bangsa lain.

Mengapa fenomena yang tidak diinginkan ini dapat terjadi pada bangsa yang kaya ini? Seolah bangsa ini miskin tidak punya apa apa, sebagai pelakon bangsa yang dikutuk Tuhan bukan bangsa yang diberkati. Bukankah manusia adalah kepanjangan tangan Tuhan? Bukankah akhlak Tuhan telah diturunkan dan harus dijalankan oleh manusia? Jika akhlak Tuhan tidak lagi dipakai oleh manusia maka Tuhan pasti akan murka terhadap manusia dengan didatangkannya berbagai macam kesulitan, kekurangan, kemiskinan, yang jika tidak disadari kelalaian ini dan berlaku terus, maka manusia pasti akan menuju kepada kebinasaan.

Akhlak tuhan sesungguhnya adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh manusia. karena disinilah letak hubungan antara manusia dengan Tuhan. Bahwa manusia tidak bisa atau tidak layak melakukan akhlak selain akhlak Tuhan. Bahwa manusia adalah titisan dari karakter Tuhan. Dan karakter Tuhan yang menjadi hulu dari segalanya adalah karakter kasih dan sayang. dengan kata lain bangsa ini mengalami kemiskinan kasih sayang.

Mengapa kita harus berpangku tangan tatkala melihat orang lain membutuhkan pertolongan? Mengapa kita harus bersembunyi tatkala orang lain kemalangan?Mengapa kita harus bersenang-senang di atas penderitaan bangsa yang sedang mengalami kesusahan? Tidakkah tergerak hati kita bahwa keluasan yang kita miliki sesungguhnya adalah milik mereka juga. Mengapa kita masih mengharapkan sesuatu dari perbuatan baik yang kita lakukan? Apakah pamrih terhadap manusia apapun pamrih kepada Tuhan? Kemana instink yang telah diberikan Tuhan semenjak kita lahir?

Bukankah matahari bersinar tidak pernah meminta balasan? Bukankah udara yang kita hirup dapat kita nikmati secara cuma-cuma? Bukankah kelahiran diri kita adalah bantuan dari kemandirin alam juga? Itulah karakter Tuhan. Karakter yang selalu memberi tanpa mengharap kembali. Karakter yang sesungguhnya telah ditunaskan pada diri setiap anak manusia. Namun betapa beraninya manusia menumpas tunas itu, dan digantikan oleh tunas “ilalang” yang akan membelit diri manusia itu sendiri.

Jika karakter Tuhan menjadi nafas bangsa, maka kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang kekurangan, tidak akan pernah mengemis minta tolong kepada bangsa lain. Bangsa ini akan menjadi bangsa mandiri, mampu membiayai segala keperluan dan melindungi warganya, karena Tuhan yang akan mengayomi setiap sendi kehidupan bangsa ini. Dengan kata lain, Tuhanlah yang akan menjadi pelindung bangsa ini dengan menjadi alat nya. Maka menjadi sebuah kewajiban baginya untuk mengayomi bangsa ini.

Kita bisa menjadi polisi dunia yang akan mentertibkan segala kesemrawutan politik sosial dan budaya dunia. Kita akan menjadi kubu dihormati, teknologi nya semakin maju dan dicintai oleh seluruh manusia yang ada di dunia. Bangsa bangsa lain di dunia akan rindu akan kehadiran kita, sebab keadilan yang terkandung dalam karakter Tuhan ditemukan pada bangsa kita oleh bangsa bangsa lain yang “belum mengenal Tuhan”. Ini harus terjadi pada bangsa kita, karena bangsa ini adalah bangsa yang ber-Tuhan.

Ini bukanlah khayalan, bukan isapan jempol. Karena sejarah membuktikan bahwa telah ada pada komunitas terdahulu -yang telah melaksanakan karakter Tuhan- bisa bangkit dari perbudakan dan penjajahan ideologi, menjadi bangsa pilihan Tuhan, Bangsa yang dicintai oleh dunia. Marilah kita bumikan kembali karakter Tuhan dengan berkasih sayang kepada sesama manusia dan makhluk lain tanpa melihat dari agama mana, suku atau golongan apa, agar kita bisa menjadi komponen sinergis dalam tatanan alam semesta ini. Sehingga kehidupan sosial di bumi dapat mencapai muara yang Damai dan Sejahtera.(**)

Depok,8 Juli 2013

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved