Dualisme Pimpinan di Kosgoro 1957 Berakhir, Ini Kata Setya Novanto
Agung Laksono dan Aziz Syamsudin harus bersama-sama membesarkan Kosgoro 1957 dalam rangka mencapai kesolidan Partai Golkar
Penulis:
Muhammad Zulfikar
Editor:
Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dualisme kepemimpinan di internal Kosgoro 1957 telah berakhir setelah Agung Laksono dan Aziz Syamsuddin melakukan penandatanganan nota kesepakatan untuk bersatu.
Rekonsiliasi di tubuh Kosgoro 1957 pun mendapat sambutan positif dari Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto yang turut menyaksikan penandatanganan islah tersebut.
"Hari ini merupakan hari yang sangat penting bagi Partai Golkar, khususnya dalam rangka memantapkan momentum politik yang akan datang. Rekonsiliasi Kosgoro sangat penting," kata Novanto di kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Kamis (19/1/2017).
Novanto menegaskan, dengan adanya penandatanganan nota kesepakatan islah, maka tidak ada lagidualisme diantara kedua belah pihak.
Menurutnya, baik Agung dan Aziz harus bersama-sama membesarkan Kosgoro 1957 dalam rangka mencapai kesolidan Partai Golkar.
"Sekarang Ketua Umumnya (Kosgoro 1957) Agung Laksono dan Wakil Ketua Umumnya Aziz Syamsuddin," tuturnya.
Masih kata Novanto, dengan bergabungnya Agung dengan Aziz maka akan meningkatkan suara dari Golkar.
Karena tidak dipungkirinya, baik Agung dengan Aziz sama-sama memiliki pendukung dalam jumlah yang signifikan.
"Kalau Kosgoro 1957 bersatu, maka sekitar 4 juta suara dari Kosgoro seluruh Indonesia akan mendukung Golkar. Itu akan berpotensi dalam upaya memenangkan Golkar di Pemilu 2019," tandasnya.