Demo di Jakarta
Pengamat Ini Sarankan Presidium Alumni 212 Bermetamorfosa Jadi Partai Politik
Karyono yang alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini mengatakan, tidak hanya ada tendensi kepentingan politik Pilkada dan Pilpres
Penulis:
Wahyu Aji
Editor:
Choirul Arifin
Karyono juga menyebut beberapa contoh seruan dan jargon yang menunjukkan adanya tendensi merubah haluan negara, yakni seruan untuk menegakkan NKRI Bersyariah dan Pancasila Syariah.
"Ini apa maksudnya, ada tambahan syariah di belakang NKRI dan Pancasila?" Kata Karyono.
Menurutnya, ada kelompok yang menjadi bagian dari aksi 212 mengusung ideologi khilafah untuk menggantikan bentuk negara Indonesia dan menggantikan ideologi Pancasila menjadi Syariat Islam.
"Ini jelas menunjukkan Presidium Alumni 212 memiliki agenda politis dan ideologis", kata Karyono
Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini mengungkapkan, sepengetahuannya, dalam literasi di ormas Islam terbesar yaitu NU dan Muhammadiyah tidak ada kata NKRI syariah dan Pancasila Syariah. Begitu juga di partai Islam seperti PKB, PPP dan PAN tidak menggunakan NKRI Syariah dan Pancasila Syariah sebagai pedoman organisasi.
"Ah sudahlah jangan aneh-aneh. NKRI ya NKRI, enggak ada NKRI Syariah. Cukup Pancasila jangan ditambah syariah di belakangnya. Jangan lagi mempersoalkan Pancasila yang sudah final," kata dia.
Karyono memberikan saran agar Presidium Alumni 212, sebaiknya menjadi partai politik atau menjadi underbow partai politik agar jelas dan fokus memperjuangkan aspirasi umat Islam melalui saluran demokrasi yang diatur oleh konstitusi.
"Dengan begitu maka persepsi dan kesan Presidium Alumni 212 menjadi broker politik bisa dihindari," ujarnya.