Suap Pejabat Bakamla
Stafsus Kepala Bakamla Ali Fahmi Disebut Sebagai Otak Suap Proyek Pengadaan Satelit Monitoring
"Fahmi Habsyi yang awalnya ajak ada pekerjaan di Bakamla. Kalau ngga salah di kantor saya. Dia menyakinkan kalau dia di Bakamla banyak kenal orang,"
Penulis:
Theresia Felisiani
Editor:
Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Staf khusus Kepala Bakamla, Ali Fahmi alias Fahmi Habsyi disebut sebagai otak suap proyek pengadaan satelit monitoring dan drone di Badan Keamanan Laut (Bakamla).
Dia yang juga disebut sebagai kader PDIP itu merupakan pihak yang mengajak Direktur Utama PT Melati Technofo Indonesia Esa Fahmi Darmawansyah bermain proyek.
Hingga kini, dimana keberadaan Ali Fahmi tidak ada yang mengetahui.
Baca: Ahmad Basarah: Jangan Persoalkan Latar Belakang Suku, Agama, dan Ras Calon Pemimpin
Baca: Hasil Survei: Lima Partai Terancam Tak Dapat Penuhi Ambang Batas Parlemen Dalam Pemilu 2019
Dalam beberapa panggilan di KPK maupun saat bersaksi di Pengadilan Tipikor, Ali Fahmi tidak pernah hadir.
Semuanya itu terungkap saat Fahmi Darmawansyah bersaksi untuk terdakwa Nofel Hasan, selaku Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi Bakamla, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (24/1/2018).
Awalnya, kata Fahmi, Ali memberitahukan soal proyek di Bakmla.
Baca: Presiden Duterte Di Hadapan Tentara Filipina: Tembak Saya Jika Jadi Diktator
Baca: Kisah Agen Wanita Korea Utara, Dilatih Selama 7 Tahun Hingga Jalankan Misi Ledakkan Pesawat Korsel
Kepada Fahmi, Ali meyakinkan jika proyek itu bisa didapatkan karena Ali banyak mengenal orang di Bakamla.
"Fahmi Habsyi yang awalnya ajak ada pekerjaan di Bakamla. Kalau ngga salah di kantor saya. Dia menyakinkan kalau dia di Bakamla banyak kenal orang," terang Fahmi yang juga suami Inneke Koesherawati itu.
Menurut Fahmi, Ali sudah mempunyai informasi soal proyek di Bakamla.
Baca: Dendam Lama Picu Duel Berdarah Sebabkan Satu Orang Tewas dan Satu Lagi Kritis
Utamanya soal anggaran pengadaan satelit monitoring dan drone.
"Setelah pertemuan beberapa kali difolow up sama Adami sama Hardy. Untuk drone Rp 500 miliar berapa, sama setelit monitoring Rp 400 miliar sekian," ujar Fahmi.
Untuk merealiasikan hal itu, kata Fahmi, Ali menyampaikan soal fee pemulus.
Termasuk alokasi jatah untuk sejumlah pihak.
"Permintaannya ganti-ganti dari 15 persen sampe 20 persen, berubah-ubah," tegasnya.
Fahmi kemudian memenuhi permintaan Ali. Menurut Fahmi, dirinya kemudian menyerahkan uang Rp 24 miliar ke Ali.
Dari jumlah tersebut, Ali lalu mendistribusikannya ke sejumlah pihak termasuk sejumlah anggota DPR RI.
Fahmi dalam BAP juga mengaku menyerahkan uang tersebut lantaran Ali dekat dengan Kepala Bakamla Arie Soedewo.
Disinggung hal itu, Fahmi juga mengamini.
Belakangan, kata Fahmi, dirinya baru mengetahui jika Ali yang disebut 'Unta' merupakan staf khusus Kabakmla.
Ali, lanjut Fahmi, menjadi penghubung praktik korupsi dengan sejumlah pejabat Bakamla.
"Saya tau setelah ini. Biasanya mereka ke Habsyi," tambah Fahmi.