Rabu, 10 September 2025

Gempa di Sulteng

Tim Penyelamat Perancis Deteksi Ada Korban Gempa yang Masih Hidup di Reruntutan Hotel yang Ambruk

Sejumlah pihak penyelamat dalam tragedi bencana gempa dan tsunami di Sulteng telah mendeteksi tanda kehidupan.

Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Umat muslim melintasi bangunan yang roboh usai melaksanakan Salat Jumat di Masjid An-Nur, Biromaru, Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10/2018). Umat Islam yang menjadi korban gempa Palu dan Donggala tetap melaksanakan Salat Jumat dengan Khidmat. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Ratusan orang yang terluka dan korban lainnya berbaris di landasan bandara Palu yang rusak parah, berharap untuk melarikan diri naik pesawat militer.

Ketika bantuan dan persediaan mulai berdatangan, ada tanda-tanda kemajuan lain.

Truk sedang mengangkut tiang listrik baru untuk mengganti yang rusak dan memasang kembali kabel.

Para pekerja mengatakan bahwa mereka bermaksud memperbaiki semua kerusakan pada jaringan dan gardu-gardu listrik dan membuat mereka terhubung kembali ke jaringan dalam beberapa hari.

PBB mengumumkan, alokasi $ 15 juta untuk mendukung upaya bantuan, yang mengatakan, lebih dari 200.000 orang sangat membutuhkan bantuan.

Lebih dari 70.000 rumah diperkirakan telah dirusak oleh gempa, dihancurkan oleh tsunami atau ditelan oleh longsoran lumpur.

Ribuan orang tidur di tenda atau di tempat penampungan kasar yang terbuat dari puing-puing, tidak yakin kapan mereka akan dapat membangun kembali.

Banyak menghabiskan hari-hari mereka mencoba untuk mengamankan dasar-dasar seperti air bersih dan bahan bakar untuk generator.

"Tolong, beritahu pemerintah dan LSM jika mereka benar-benar mau membantu kami dengan beberapa makanan, tolong jangan berikan melalui pos komando," kata Andi Rusding, yang berkerumun dengan kerabatnya di bawah kain terpal.

"Lebih baik pergi langsung ke masing-masing dan setiap tenda. Karena, kadang-kadang (barang-barang bantuan) tidak didistribusikan secara merata."

"Sangat sulit untuk menemukan air dan kami tidak punya tempat untuk mandi, tetapi alhamdulillah kami mendapat bantuan dari pemerintah, termasuk pemeriksaan medis," kata Masrita Arifin, yang berkemah beberapa ratus meter (meter) dari rumah keluarganya yang rusak berat.

Nugroho mengatakan, sebagian besar dari mereka yang dikonfirmasi telah dimakamkan.

Korban tewas diperkirakan akan meningkat ketika kru penyelamat menggali dan menyisir puing-puing setelah awalnya diperlambat oleh jalan-jalan yang tidak bisa dilalui dan kerusakan lainnya.

Orang-orang dan alat berat sedang berjuang untuk menemukan korban dari bentangan bumi yang melonjak ke samping karena likuifaksi, sebuah fenomena di mana sebuah gempa bumi berubah menjadi tanah basah yang gembur menjadi lumpur seperti pasir hisap.

Beberapa komunitas musnah ketika rumah tiba-tiba tenggelam ke dalam lumpur, yang sejak itu telah mengeras di bawah sinar matahari tropis.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan