Sabtu, 13 September 2025

Kesedihan Keluarga Korban Penembakan Paniai Saat Bercerita di Kantor Amnesty Internasional

Alpius Gobai, seperti diketahui, menjadi satu dari tiga korban meninggal pada peristiwa 8 Desember 2014 itu.

Penulis: Reza Deni
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Reza Deni
‎Obet Gobay orang tua Apius Gobay (16) korban penembakan di Paniai, Papua,di kantor Amnesty Internasional, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (7/12/2018)‎. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Obet Gobai, orangtua Alpius Gobai, tampak mengusap kedua matanya ketika dirinya menceritakan bagaimana pengusutan kasus penembakan di Paniai, Papua, tak kunjung selesai padahal sudah empat tahun berlalu.

Alpius Gobai, seperti diketahui, menjadi satu dari tiga korban meninggal pada peristiwa 8 Desember 2014 itu.

Dibantu penerjemahnya Yones Douw yang merupakan aktivis HAM di Papua, Obet menceritakan langkah yang telah diambil dan yang akan direncanakannya.

Baca: Anies Baswedan Bakal Hapus Subsidi Parkir Bagi PNS di IRTI Monas Mulai 1 Januari 2019

Semenjak anaknya meninggal, Gobet mengatakan hidupnya sangat menderita.

"Alpius adalah anak laki-laki saya satu-satunya, jadi saya punya kebun dan ladang, nanti siapa yang harus saya kasih nanti kalau bukan dia?" ujarnya  di kantor Amnesty Internasional, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (7/12/2018)

Dirinya juga menceritakan bagiamana uang Rp 4 miliar yang ditawarkan pemerintah ditolaknya.

"Saya bisa saja menerima Rp4 miliar dari pemerintah, tapi itu tidak bisa mengembalikan anak saya. Kalau yang mati sapi, kambing, saya bisa kasih ganti, saya cari ke pasar," katanya.

Baca: Respons Tim Sukses Jokowi Sikapi Penetapan Tersangka Bahar Bin Smith

Matanya tampak basah, tapi Obet tetap melanjutkan ceritanya sambil sesekali mengusap air matanya menggunakan tisu.

"Sapi dan kambing ada di pasar, tapi manusia tidak ada di pasar. Rasanya saya yang ingin mengganti posisinya (Alpius Gobai)," ujar Obet.

Adapun dirinya masih menunggu pemerintah mengusut tuntas kasus penembakan Paniai ini.

"Jika tidak ada kejelasan, maka kami akan bawa ini ke PBB, ke ranah internasional, semoga bisa diselesaikan," kata Obet.

Seperti diketahui, kasus penembakan di Kabupaten Paniai, terjadi pada awal-awal pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

Baca: ikut Asia Cantate Choral Festival, Paduan Suara SMP Domenico Savio Semarang Raih Dua Emas

Menurut sumber yang diterima dari Amnesty International, kasus penembakan Paniai ini berawal mula atas protes warga terhadap penganiayaan anak oleh oknum militer menggunakan popor senjata api laras panjang.

Warga yang protes atas kasus tersebut pada Senin pagi (8/12/2014) di Lapangan Karel Gobai, membuat sejumlah personel polisi dan tentara menindak tegas dan melepaskan tembakan ke kerumunan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan