Tjahjo Kumolo: Tokoh Sekelas Amien Rais Harusnya Berpikir dan Membawa Aura Positif
Tjahjo Kumolo menyebut sikap legowo Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais atas hasil Pilpres 2019 seharusnya sudah dilakukan sejak lama.
Penulis:
Rizal Bomantama
Editor:
Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan sekaligus Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo menyebut sikap legowo Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais atas hasil Pilpres 2019 seharusnya sudah dilakukan sejak lama.
Sebelumnya saat ditemui awak media di kediamannya, Amien Rais mengatakan agar masyarakat memberi kesempatan sepenuhnya kepada Joko Widodo dan Maruf Amin untuk memimpin Indonesia periode 2019-2024.
“Seharusnya pernyataan itu dilontarkan sejak dulu, tokoh sekelas Amien Rais harusnya berpikir dan membawa aura positif,” ungkap Tjahjo Kumolo ditemui di Kantor Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Rabu (17/7/2019).
Baca: Ahli Kesehatan Malaysia Ungkap Dampak Psikis dari Prank Hitamkan Mata Anak yang Kecanduan Gadget
Baca: Bank KEB Hana Resmi Kelola Rekening Dana Nasabah
Baca: Jelang Mukernas, PPP Tegaskan Tidak Ada Lagi Kelompok Romi, Kelompok Surabaya, dan Kelompok Jakarta
Menurut Tjahjo Kumolo sebagai tokoh penting dunia politik, pernyataan Amien Rais yang sebelumnya cenderung banyak menuduh Jokowi dapat mempengaruhi kondisi di masyarakat.
Karena menurut Tjahjo, Jokowi tak seperti apa yang dituduhkan Amien Rais selama ini.
“Pak Amien harusnya jangan berprasangka, jangan menuduh Pak Jokowi atas sesuatu yang tidak benar. Pak Jokowi orang yang demokratis, terbuka, taat aturan, dan hukum,” tegasnya.
“Harusnya Pak Amien berpikir positif,” tambah Tjahjo.
Tanggal 15 Juli 2019 kemarin, Amien Rais yang selama ini mengkritik keras serta berseberangan dengan Jokowi, juga memuji pernyataan Jokowi yang menyebut oposisi adalah posisi yang mulia dalam pemerintahan.
Amien Rais mengatakan kehadiran oposisi penting untuk menjaga keseimbangan demokrasi di Indonesia.
Ada yang minta-minta
Amien Rais menyoroti politikus pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang saat ini sedang mendekat ke Joko Widodo-Ma'ruf Amin selaku pemenang Pilpres 2019.
Ketua Dewan Kehormatan PAN itu pun tergelitik melihat tingkah laku politikus tersebut.
"Yang lucu, enggak ditawarin Pak Jokowi, tapi ada yang minta-minta. Itu kan aib. Jadi GR," ujar Amien di Kantor DPP PAN, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (15/7/2019).
Amien menegaskan, semestinya seorang politikus harus konsisten.
Apabila selama tahapan pemilu lalu sering melontarkan kritik kepada pemerintah, setelah pesta demokrasi usai dan kalah, semestinya mengambil jalan oposisi.
Tidak hanya bagi politikus, prinsip tersebut juga semestinya dilakukan partai politik.
Amien menambahkan, kritik yang disampaikan di masa kampanye nanti bisa menjadi alternatif bagi masyarakat dalam melihat kebijakan-kebijakan yang akan diambil pemerintahan mendatang.

Karena itu, ia menilai keberadaan partai oposisi penting dalam negara demokrasi.
Jika tidak, Amien khawatir parlemen hanya akan menjadi pemberi stempel kebijakan-kebijakan pemerintah.
"Kalau demokrasi tanpa oposisi itu demokrasi bohong-bohongan. Jadi demokrasi bodong. Wong demokrasi kok enggak ada oposisi gitu," papar Amien.
"Apa gunanya dulu bertanding ada dua pasangan capres-cawapres, ujung-ujungnya kemudian lantas bagi-bagi, padahal maksudnya supaya ada alternatif, ada perspektif lain yang dikerjakan petahana itu," lanjut dia.
Amien Rais Ingatkan PAN Tidak Balik Badan
Amien Rais yakin Presiden Joko Widodo sangat paham bahwa pemerintahan yang baik memerlukan kontrol yang kuat di DPR.
"Pak Jokowi itu 'mudeng' demokrasi," ujar Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais ketika ditemui di Kantor DPP PAN, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (15/7/2019).
Artinya, Presiden Jokowi diyakini menghendaki adanya oposisi sebagai kekuatan penyeimbang pemerintahan.
Amien pun mendorong PAN untuk tetap konsisten berada di luar pemerintahan serta tidak balik badan bergabung ke partai politik koalisi pendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.
"Sama, (PAN) jangan sampai bergabung (ke koalisi pendukung pemerintah)," ujar Amien.

Akan aneh apabila partai-partai politik yang selama tahapan Pemilu 2019 mengkritik petahana, namun tiba-tiba mendukung pemerintah.
Ia menekankan, berada di oposisi bukanlah hal yang negatif bagi perkembangan demokrasi di Tanah Air.
"Demokrasi itu ada mekanisme check and balance. Jadi eksekutif melangkah dengan macam-macam langkah eksekutifnya itu, itu lantas yang check and balance namanya parlemen," ujar Amien.
"Nah kalau parlemen sebagian besar sudah jadi tukang cap stampel atau juru bicaranya eksekutif itu artinya lonceng kematian bagi demokrasi," lanjut dia.