Penangkapan Terduga Teroris
Dua Tahun Tak Pulang, Tiba-tiba AR Minta Dinikahi dengan Wanita Bercadar yang Baru Dikenal 2 Minggu
Dua tahun tak pulang, anak Rosid tiba-tiba minta izin untuk menikah dengan gadis bercadar hitam yang baru dikenalnya selama dua minggu.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferri Amiril Mukminin
TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Terduga teroris, AR (21), warga Kampung Sirnasari RT 06/06, Desa Cisujen, Kecamatan Takokak, Kabupaten Cianjur, sudah dua kali lebaran tak pulang ke rumahnya.
Sang ayah, Rosid (45), mengatakan, sekalinya pulang anaknya tersebut minta izin untuk menikah dengan gadis bercadar hitam yang baru dikenalnya selama dua minggu.
Penampilan anaknya pun berubah.
Rosid melihat rambut anaknya dibiarkan gondrong terurai panjang.
Rosid sempat mencari tahu latar belakang gadis yang akan dinikahi oleh putranya tersebut.
"Sudah lama tak pulang, sekali pulang ia membawa seorang gadis bercadar hitam dan bilang minta izin untuk menikahinya," ujar Rosid.
Rosid mengatakan, ia sempat bertanya kepada istrinya perihal pekerjaan dan dimana mengenal putranya.
"Saya mendapat jawaban calon istri anak saya orang Cilacap dan bekerja di sebuah laundry di Depok," ujar Rosid.
Rosid akhirnya mengizinkan anaknya untuk menikahi gadis bercadar hitam tersebut.
"Disepakati tempatnya di Bekasi, namun orang tua calon istri anak saya tak hadir di Bekasi, jadi hanya wakil dari besan saja saat itu, hingga saat ini saya belum bertemu dengan besan," kata Rosid.
Baca: Pelaku Pembacokan yang Menewaskan Praka Zulkifli Disebut Menhan Menyaru Sebagai Mahasiswa
Rosid mengatakan, setelah menikah anaknya sempat berada di Cianjur selama lima hari lalu pergi lagi ke Bekasi.
Sebelum AR tertangkap Densus 88, Rosid sempat berkomunikasi dengan anaknya dan meminta anaknya tersebut untuk pulang ke Cianjur jika tak ada pekerjaan di Bekasi.
Rosid merasa bagai ada petir di siang hari, saat beberapa petugas kepolisian datang siang harinya mengabarkan anaknya ditangkap karena terlibat jaringan terorisme.
"Lemas Pak, dan bingung menyampaikan kabar ke istri saya yang punya penyakit jantung," kata Rosid.
Kisah Cinta Segitiga Terduga Teroris
Tiga dari sembilan orang terduga teroris yang ditangkap di beberapa tempat terpisah, Senin (23/9/2019) ternyata memiliki hubungan yang dekat. Mereka adalah Mohamad Arsad (20), Sutiah (19) dan Asep Roni (23).
Mohamad Arsad alias Mury (20), yang ditangkap di Cilincing, Jakarta Utara, Senin (23/9/2019), sempat menikahi Sutiah (19).
Arsad dan Sutiah menikah empat bulan lalu.
Baca: Tak Hanya Mahasiswa, Petani Juga Ikut Demo di Gedung DPR Tapi Tuntutannya Beda
Cinta mereka bersemi saat mereka mengikuti pengajian di Pekayon, Bekasi Selatan, Jawa Barat.
Mereka menikah secara resmi di Kantor Urusan Agama (KUA).
Acara pernikahan Arsad dan Sutiah berlangsung di Tegal, Jawa Tengah, kampung halaman Sutiah.
Pernikahan itu dihadiri Abdul Ghani (69), ayah Arsad.
Namun pernikahan Arsad dan Sutiah tidak berlangsung lama.
Andri Cahyono, kakak ipar Arsad, menuturkan Arsad sempat membawa Sutiah ke tempat tinggal di Jalan Belibis V, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara.
Selama tinggal di sana Sutiah tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan.
Andri menuturkan Sutiah berpenampilan menggunakan cadar.
"Sempat tinggal dua minggu di sini, tapi mereka sudah bercerai secara agama," tutur Cahyono kepada Tribun Network, Senin (23/9/2019).
Usai bercerai dari Arsad, Sutiah menikah dengan Asep Roni.
Sutiah dan Asep tinggal bersama di Bekasi.
Mereka diciduk Tim Densus 88 Antiteror di Perumahan Alamanda Regency, Karang Satria, Tambun Utara, Bekasi, Senin (23/9/2019).
"Tapi katanya Arsad juga sudah menikah lagi," ujar Cahyono.
Baca: KRONOLOGI Sebenarnya Istri PNS Madura Gerebek Suami & Bidan di Hotel, HD Nangis, Sudah Buntuti 4 Jam
Di Cilincing, Arsad tinggal di rumah dua lantai.
Rumah berpagar hijau itu juga jadi tempat berjualan minuman ringan. Tembok rumahnya berwarna krem.
Kamar Arsad berada di lantai kedua di samping kanan tangga.
Kamar Arsad bercat hijau muda.
Di dalamnya terdapat satu kasur, sejumlah peralatan elektronik dan kabel.
Di dalam kamar itu terdapat sebuah buku berjudul Kitab Tauhid.

Arsad tinggal selantai dengan Abdul Ghani, ayahnya.
Di rumah tersebut berjejer trofi bertuliskan nama Mohamad Arsad.
Satu di antaranya adalah trofi kompetisi sepak takraw di sekolah.
Pendidikan terakhir Arsad adalah sekolah teknik menengah.
Dia lulus dari bangku STM dua tahun lalu.
"Satu bulan lalu Arsad diterima sebagai karyawan di pabrik sabun," ujar kakak Arsad yang enggan disebutkan namanya.
Semasa sekolah, Arsad tergolong murid yang pintar menurut penuturan Cahyono.
Selain tergolong sebagai siswa berprestasi, Arsad juga lihai dalam olahraga.
"Olahraganya bagus. Sekolahnya termasuk bagus juga," tutur Cahyono.
Di lingkungan rumahnya, Arsad dikenal sebagai orang yang tidak banyak berbicara.
Ia sering berkumpul dengan teman sebayanya untuk bermain futsal.
Saat berkumpul Arsad sering berbicara soal agama.
Teman-temannya kerap menghindari perbincangan tersebut.
Mereka menilai perbincangan Arsad terdengar cukup keras.
"Kadang mengumpul, tapi jarang karena orangnya cenderung pendiam. Kalau mengobrol cenderung mengobrol soal agama yang keras," kata R (inisial, red), seorang warga di Jalan Belibis V.
Kakak Arsad menuturkan adiknya sejak lama mengidap penyakit tulang belakang.
Penyakit tersebut dialami Arsad sejak duduk di bangku STM.
Arsad sering menjalani perawatan jalan di Rumah Sakit Koja, Jakarta Utara.
"Lebih banyak absen dibanding masuk. Orangnya sakit-sakitnya," ujarnya.

Surat Terakhir Arsad
Aparat kepolisian mengamankan sejumlah barang bukti dari kamar Arsad.
Di antaranya alat-alat yang diduga digunakan untuk merakit bom dan bom siap ledak jenis high explosive (daya ledak tinggi).
Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Budhi Hendi Susianto mengatakan kepolisian juga menemukan sepucuk surat.
Baca: Bebby Fey Bertemu Atta Halilintar, Tunjuk Perbedaan di Bagian Wajah Ini: di Sini Ada Tahi Lalat
Surat tersebut berisi pernyataan Arsad akan meledakkan sebuah bom di kantor polisi dalam waktu dekat.
Jadi saat olah TKP tadi, berdasarkan tulisan tangan di surat yang kita temukan, dia akan meledakkan bom di kantor kepolisian dan akan meledakkan dalam waktu yang tidak terlalu lama," ujarnya.
Abdul Ghani mengaku terkejut terhadap surat Arsad.
Ia juga tak menyangka putranya menyimpan sebuah peledak aktif berjenis treeasseton threeperoksida (TATP) seberat 500 gram di rumahnya.

Dia mengaku tak pernah melihat gelagat mencurigakan dari Arsad.
"Justru saya baru lihat. Selama ini tinggal serumah saya tidak pernah korek-korek kamarnya," ucap Abdul Ghani.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Dua Kali Lebaran Tak Pulang-pulang, Sekali Pulang Terduga Teroris Minta Nikahi Gadis Bercadar Hitam