Selasa, 7 Oktober 2025

Demo Tolak RUU KUHP dan KPK

Ada 3 Karakter Kelompok Demonstran, Jokowi Diminta Jeli

Dia menjelaskan, tujuh tuntutan kelompok karakter pertama ini yang sudah beredar. Di antaranya menghentikan pembahasan semua RUU yang bermasalah pasal

Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Peneliti terorisme dan intelijen dari Universitas Indonesia (UI), Ridlwan Habib, menjadi pembicara pada diskusi terkait Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), di kantor redaksi Tribun, Jakarta Pusat, Senin (23/3/2015). TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Gelombang aksi unjuk rasa di berbagai kota menolak pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi dan menuntut pembatalan sejumlah rancangan undang-undang (RUU) bermasalah terjadi akhir-akhir ini.

Pengamat intelijen Ridlwan Habib melihat setidaknya ada tiga karakter kelompok yang turun ke jalan beberapa hari ini.

Karakter kelompok itu tercermin dari jenis tuntutan dan pola aksi yang dilakukan.

Karakter pertama adalah kelompok yang murni menolak RKUHP dan menolak revisi UU KPK .

"Kelompok ini berjejaring juga dengan kelompok masyarakat sipil dengan isu-isu utama perlindungan HAM, keadilan Papua, dan hak atas tanah," ujar Ridlwan Habib kepada Tribunnews.com, Kamis (26/9/2019).

Dia menjelaskan, tujuh tuntutan kelompok karakter pertama ini yang sudah beredar. Di antaranya menghentikan pembahasan semua RUU yang bermasalah pasal pasalnya.

"Contoh demonstrasi kelompok Karakter pertama misalnya adalah solidaritas Gejayan Memanggil di Jogja hari Senin lalu lalu demo hari Selasa di Jakarta dan demo Surabaya Menggugat hari ini," jelasnya.

Bentrok massa dengan aparat keamanan masih berlangsung hingga larut malam di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Rabu (25/9/2019). Sebelumnya, aksi unjuk rasa yang didominasi pelajar STM dengan agenda yang tidak jelas itu berakhir ricuh. Tribunnews/Jeprima
Bentrok massa dengan aparat keamanan masih berlangsung hingga larut malam di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Rabu (25/9/2019). Sebelumnya, aksi unjuk rasa yang didominasi pelajar STM dengan agenda yang tidak jelas itu berakhir ricuh. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/Jeprima)

Sebagai catatan demo Selasa (24/9/2019) lalu di Jakarta berlangsung damai sampai pukul 17.00 WIB.

Karakter kedua adalah kelompok pencari jati diri atau identitas.

"Ini adalah kelompok yang ikut ke jalan karena solidaritas di media sosial dan belum utuh memahami isu," kata alumni S2 Kajian Intelijen UI tersebut.

Heroisme demonstrasi salah satu pemikat karakter kedua ikutan turun jalan.

"Mereka berlomba posting InstaStory sebagai bagian dari eksistensi dalam lingkungan pergaulannya," jelas Ridlwan.

Baca: Presiden Jokowi: Jangan Ragukan Komitmen Saya Jaga Demokrasi

Termasuk di Karakter kedua ini adalah demo anak-anak STM di Jakarta pada Rabu (25/9/2019), yang sepanjang hari dan berakhir rusuh.

"Mereka berduyun-duyun berangkat karena solidaritas. Tambah cepat info beredar karena medsos terutama WhatsApp," kata Ridlwan.

Sedangkan karakter ketiga adalah kelompok yang punya agenda lain di luar tujuan tuntutan isu kelompok karakter pertama.

Karakter ketiga ini seperti penunggang gelap terutama agenda ambil alih pemerintahan dan kontra pemegang kekuasaan.

"Mereka di medsos memainkan tagar #TurunkanJokowi yang dipelopori akun-akun anonim," jelas Ridlwan.

Di jalanan muncul sebagai kelompok tanpa identitas jelas yang menyerukan penurunan Presiden dan mengarahkan isu pada krisis konstitusional.

"Kelompok dengan karakter tiga tahu karena isu dari kelompok karakter pertama mudah diterima masyarakat, maka mereka bisa menunggang. Karakter ketiga tidak bisa membuat api baru setelah 22 Mei lalu, sekarang mereka melihat ada potensi api lain yg bisa dibesarkan, " ujar Ridlwan.

Baca: Pemerintahan Jokowi Dinilai Makin Otoriter Lewat Pembungkaman Mahasiswa Melalui Rektor

Berharap Jokowi Segera Bersikap

Ridlwan berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera bersikap dengan menemui kelompok Karakter pertama.

"Presiden perlu bertemu tokoh masyarakat sipil di karakter pertama dan menjelaskan semua tuntutan isu tanpa diwakili," katanya.

Jika perlu, Jokowi perlu membuat Vlog (video) khusus merespon 7 tuntutan kelompok karakter pertama dengan sejelas-jelasnya.

Terhadap Karakter kedua, dia berharap pada pondasi terkuat tertib sosial, yakni keluarga.

"Ayah dan ibu harus diskusi dengan putra putrinya terkait isu terbaru. Kalau pun ikut demonstrasi pastikan anak anaknya ikut kelompok Karakter 1 yang tertib, tidak merusak, damai," katanya.

Terhadap kelompok Karakter ketiga, pendekatan penegakan hukum secara proporsional harus dilakukan.

"Tarik Brimob , gelar polisi sorban putih, jangan terpancing. Karena Karakter 3 akan mati gaya kalau demo berlangsung damai tanpa kekerasan," jelasnya.

Untuk itu ia meminta Jokowi jeli dalam mencermati konsidi dan bersikap terhadap aksi-aksi demonstrasi yang terjadi.

Kapolri : Demo Mahasiswa Dimanfaatkan Pihak yang Ingin Jatuhkan Pemerintahan

Kapolri Jenderal Tito Karnavian melihat ada pihak yang memanfaatkan demo tolak sejumlah RUU oleh mahasiswa di depan gedung DPR, untuk menjatuhkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menurutnya, demo mahasiswa yang awalnya berjalan dengan damai berubah menjadi aksi anarkis pada sore hingga malam hari.

"Kami melihat ada pihak-pihak yang memanfaatkan, mengambil momentum ini untuk agenda sendiri, bukan agenda RUU (Rancangan Undang-Undang)," tutur Tito di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (26/9/2019).

"Agenda itu politis dengan tujuan menjatuhkan pemerintah yang sah secara konstutusional," sambung Tito.

Namun, terkait siapa aktor atau kelompok yang memanfaatkan demo mahasiswa, Tito tidak mengungkapkan secara jelas dan hanya menyebut kerusuhan telah dirancang secara teratur.

Lebih lanjut ia mengatakan, aksi anarkis di sekitaran gedung DPR dua hari lalu mirip dengan kerusuhan di kantor Bawaslu pada Mei 2019.

"Aksi kekerasan batu, pembakaran dan lain-lain mirip pola kerusuhan 21-23 Mei lalu. Ini terlihat cukup sistematis, artinya ada pihak yang mengatur itu," ucap Tito.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved