Senin, 8 September 2025

Bom di Mapolrestabes Medan

Pengamat Beberkan Alasan Ada Milenial yang Terbujuk Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri

fenomena pelaku bom bunuh diri berusia muda sudah terjadi sejak lama. Diawali kasus Bom JW Marriot yang pelakunya masih belasan tahun

TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Polisi berjaga di depan gedung Mapolrestabes Medan pascabom bunuh diri yang dilakukan seorang pemuda, di Medan, Sumatera Utara, Rabu (13/11/2019). Akibat peristiwa tersebut pelaku tewas dan enam orang mengalami luka-luka, empat diantaranya personel kepolisian. TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR 

Berita Ini Sudah Mengalami Ralat dari Judul Sebelumnya: "Pengamat Beberkan Alasan Banyak Generasi Milenial Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri"

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta mengatakan banyaknya generasi milenial yang menjadi pelaku bom bunuh diri dipengaruhi oleh usia remaja yang rentan.

Pernyataan Stanislaus merujuk kepada kasus bom bunuh diri yang terjadi di Polrestabes Medan, Sumatera Utara, yang dilakukan oleh RMN (24) dan berasal dari generasi milenial.

"Teroris berusia muda ini dapat terjadi karena mereka berada di usia yang rawan, karena kebutuhan jati diri dan eksistensi," ujar Stanislaus, Kamis (14/11/2019).

Baca: Pengakuan Korban Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan, Bom Meledak Sesaat setelah Pelaku Dihentikan

Baca: Tanggapan Politisi PAN dan PPP serta Pengamat Terkait Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan

Menurutnya, fenomena pelaku bom bunuh diri berusia muda sudah terjadi sejak lama. Diawali kasus Bom JW Marriot yang pelakunya masih belasan tahun.

Namun, ia menampik apabila aksi lone wolf tersebut dikaitkan dengan tinggi rendahnya pendidikan yang dienyam pelaku.

Stanislaus justru melihat paham radikal menjadi menarik bagi generasi milenial karena menggunakan daya tarik agama.

"Bukan masalah pendidikannya. Paham radikal ini sesuatu yang menarik karena menggunakan daya tarik agama dan dalam beberapa kasus ada bumbu heroisme," kata dia.

Tak hanya itu, generasi milenial semakin mudah terpapar paham radikal lantaran mudah mengakses dan menghabiskan banyak waktu luang di internet.

"Saat ini radikalisasi semakin mudah terjadi karena adanya internet, konten dan narasi radikal disebar dengan mudah dan diakses oleh generasi muda. Banyak waktu luang mereka untuk akses internet," kata Stanislaus.

"Dalam beberapa kasus pelaku teror lone wolf, ditemukan bukti bahwa mereka terpapar paham radikal secara mandiri melalui internet," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia membenarkan, RMN (24) menjadi pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Medan, Sumatera Utara pada Rabu (13/11/2019) pagi.

Hal itu terungkap usai penyelidikan oleh aparat gabungan di tempat kejadian perkara (TKP) dan pemeriksaan sidik jari oleh tim Inafis sejak pagi tadi.

Ia juga menunjukkan gambar pelaku yang telah banyak tersebar di media sosial.

"Inafis berhasil mengidentifikasi pelaku. Pelaku ini nisialnya RMN, usianya 24 tahun, lahir di Medan, statusnya adalah pelajar/mahasiswa. Kemudian yang bersangkutan selain di identifikasi identitasnya juga masih akan dikembangkan oleh aparat densus 88," kata Karopenmas Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan