Jumat, 15 Agustus 2025

Kenang Tragedi Semanggi 1998, ‎Untaian Doa Sumarsih untuk Sang Putra dan Keadilan

Ibu dengan rambut beruban ini menaruh harapan. Menanti janji pemerintah mengusut tuntas kasus pelanggaran HAM.

TRIBUNNEWS.COM/THERESIA FELISIANI
Sumarsih hadir di Peringatan 21 tahun Tragedi Semanggi I, Rabu (13/11/2019) sore di sebrang Istana Negara, Jakarta. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ibu berpakaian hitam-hitam itu berdiri diam menatap megahnya gedung Istana Negara, tempat sang presiden berkantor.

Disanalah, ibu dengan rambut beruban ini menaruh harapan. Menanti janji pemerintah mengusut tuntas kasus pelanggaran HAM.

Dialah Maria Sumarsih, ibunda dari Bernardinus Realino Norma Irmawan alias Wawan, mahasiswa Atma Jaya, Jakarta.

Anak sulung Sumarsih itu tewas diterjang peluru tajam yang mengenai jantung dan paru di dada kiri. Wawan dimakamkan Sabtu (14/11/1998) silam.

21 tahun setelah kepergian Wawan, Sumarsih tetap berjuang agar tragedi Semanggi 1, Jumat (13/11/1998) diselesaian melalui Pengadilan HAM ad hoc.

Hari itu, Rabu (13/11/2019) tepat 21 tahun tragedi Semanggi 1, Sumarsih bergabung dengan puluhan mahasiswa Atma Jaya menggelar aksi di sebrang Istana Negara, menyuarakan keadilan.

Dia berdiri diantara para mahasiswa yang menyanyikan lagu gugur bunga dan memanjatkan doa bagi senior mereka, Wawan.

"Bu Sumarsih", sapa Tribunnews mendekatinya. ‎Sumarsih menengok dan melempar senyum. Dengan ramah, dia berbagi cerita dan kenangan atas Wawan.

"Wawan tidak bisa kembali dan tidak dapat digantikan. Sampai sekarang Wawan tetap bersama saya," kata Sumarsih mengawali perbincangan sore itu.

‎Meski raganya tiada, Sumarsih tetap menghitung Wawan setiap kali makan. Piring, sendok, garpu hingga gelas berisi air putih tetap disediakan bagi Wawan.

Setiap kali hari ulang tahun Wawan, Sumarsih tidak pernah absen membuat tumpeng, kue tart cokelat hingga makanan kesukaan Wawan.

‎Kue tart cokelat, sepiring nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauk disiapkan di kamar Wawan, di lantai dua rumah mereka yanh terletak bilangan Jakarta Barat.

"Kalau ulang tahun Wawan, selalu ada tumpeng dan kue ulang tahun, kami doa bersama. Itu terjadi sampai sekarang. Selesai itu nasi tumpeng dimakan oleh teman-teman Wawan yang datang ke rumah," tutur Sumarsih.

Senyum mengembang ditunjukkan Sumarsih. Dia sempat terdiam mengenang sang putra. Angin sore itu, membelai rambut putih Sumarsih.

Halaman
12
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan