Senin, 8 September 2025

Biodiesel 30

Implementasi B30 Dipercepat, Jokowi Sebut 3 Alasan, dari Bentuk Ikhtiar hingga Ketergantungan Impor

Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi memulai implementasi penerapan program Biodiesel 30 Persen (B30).

PT. Pertamina (Persero)
Presiden Jokowi meresmikan penerapan program Biodiesel 30 persen (B30) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) COCO No 31.128.02 MT Haryono Jakarta Selatan, pada Senin, 23 Desember 2019. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi memulai implementasi penerapan program Biodiesel 30 Persen (B30).

Acara tersebut digelar di SPBU Pertamina 31.128.02, Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Senin (23/12/2019).

Dalam sambutannya, Jokowi menuturkan ia memantau implementasi B30 terus menerus.

Ia menilai, program pencampuran biodiesel dengan bahan bakar nabati tak cukup berhenti di B30 saja.

"Saya sudah perintah lagi kepada Menteri dan Dirut Pertamina untuk masuk nanti tahun depan ke B40, dan awal 2021 juga masuk ke B50," tegas Jokowi yang Tribunnews kutip melalui YouTube Sekretariat Presiden, Senin (23/12/2019).

Implementasi B30 Dipercepat

Dikutip dari laman SETPRES, implementasi program B30 direncanakan dimulai awal 2020.

Namun, implementasi tersebut dipercepat di akhir 2019.

Orang nomor satu di Indonesia itu menerangkan alasan percepatan tersebut.

Alasan Jokowi

1. Bentuk Ikhtiar

Program B30 merupakan bentuk ikhtiar untuk mencari sumber-sumber energi baru terbarukan.

Jokowi menerangkan, Indonesia harus melepaskan diri dari ketergantungan pada energi fosil.

Hal tersebut karena, energi fosil suatu saat pasti akan habis.

"Pengembangan energi baru terbarukan juga membuktikan komitmen kita untuk menjaga planet bumi, menjaga energi bersih dengan menurunkan emisi gas karbon, dan untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Ini energi bersih," ungkapnya.

2. Ketergantungan Impor BBM Cukup Tinggi

Ketergantungan Indonesia pada impor bahan bakar minyak (BBM), termasuk solar di dalamnya, cukup tinggi.

Di sisi lain, Indonesia merupakan negara penghasil sawit terbesar di dunia.

Menurut Jokowi, dengan potensi sawit sebesar itu, Indonesia memiliki banyak sumber bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar solar.

"Potensi itu harus kita manfaatkan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional kita," jelasnya.

Jokowi menegaskan usaha-usaha mengurangi impor terus dilakukan dengan serius.

Dengan implementasi program B30, ia yakin pemerintah dapat menghemat banyak devisa negara sekira Rp 63 triliun.

3. B30 Ciptakan Permintaan Domestik CPO

Jokowi menuturkan, penerapan B30 juga akan menciptakan permintaan domestik akan minyak sawit mentah (CPO) yang sangat besar.

Menurutnya, implementasi B30 juga akan menimbulkan efek berganda terhadap sekira 16,5 juta petani dan pekebun kelapa sawit.

Artinya, program B30 akan berdampak pada para pekebun kecil maupun menengah.

Tak hanya itu, program B30 juga membawa dampak kepada petani rakyat yang selama ini memproduksi sawit.

Serta para pekerja yang bekerja di pabrik-pabrik kelapa sawit.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan