Jumat, 5 September 2025

Virus Corona

Warga Natuna Pilih Mengungsi dari Lokasi Observasi Kesehatan WNI dari Wuhan, DPR: Minim Informasi

Anggota Komisi X DPR Fraksi PDI-Perjuangan, Andreas Hugo Pareira: Minim Informasi, Warga Natuna Memilih Mengungsi dari Lokasi Observasi Kesehatan WNI

Tribunnews.com/Chaerul Umam
Anggota Komisi I DPR RI fraksi PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira 

TRIBUNNEWS.COM - Warga Kampung Penagi, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, memilih mengungsi dari tempat tinggalnya.

Hal itu lantaran lokasi observasi kesehatan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan hanya berjarak berjarak sekira 1,2 kilometer dari rumah warga.

Diketahui, WNI dari Wuhan akan menjalani proses karantina selama 14 hari ke depan di Natuna tepatnya di Kampung Penagi.

Kampung Penagi yang tak jauh dari lokasi observasi itu dibiarkan kosong dan terkunci oleh warga.

Tak hanya sepi dan ditinggalkan penghuninya, kabarnya karena adanya observasi di Natuna, sejumlah sekolah ikut diliburkan.

Dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menangah Atas diliburkan selama dua pekan.

Dikabarkan, kebijakan untuk meniadakan kegiatan belajar mengajar di Natuna itu mulai 3-17 Februari 2020 mendatang.

Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira saat ditemui Tribunnews.com, di ruang kerjanya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (8/11/2019).
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira saat ditemui Tribunnews.com, di ruang kerjanya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (8/11/2019). (Tribunnews.com/Srihandriatmo Malau)

Anggota Komisi X DPR Fraksi PDI-Perjuangan, Andreas Hugo Pareira angkat bicara.

Ia menuturkan, mendengar tentang wabah virus corona, warga menjadi ketakutan.

"Ketakutan ini juga karena informasi yang kurang, yang minim dari pihak-pihak dari Kementerian Kesehatan," kata Andreas Hugo yang dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Senin (3/2/2020).

"Pada batas-batas mana ini membahayakan, pada batas-batas mana ini tidak membahayakan," tambahnya.

"Sehingga kemudian ya sekolah atau pemeritah setempat tidak begitu saja mengeluarkan peraturan meliburkan sekolah toh merugikan siswa," tegasnya.

Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri meminta pemerintah daerah mencabut peraturan meliburkan sekolah selama observasi wabah corona itu.

Unjuk Rasa Masyarakat

Sebelumnya, warga Natuna juga menggelar unjuk rasa menolak kedatangan WNI dari Wuhan.

Demo yang dilakukan oleh masyarakat Natuna berujung ricuh.

Beberapa warga terlihat membakar ban mobil di tengah jalan menuju bandar udara.

Terkait hal itu, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Natuna, Haryadi angkat bicara.

Dikutip dari Kompas.com, ia mengatakan, ada enam tuntutan yang diminta warga Natuna untuk pemerintah pusat.

Berikut enam tuntutan yang diminta masyarakat Natuna kepada pemerintah pusat:

1. Pemerintah daerah dapat menjadi penyambung lidah kepada pemerintah pusat.

2. Meminta agar WNI dari Wuhan untuk dipindahkan karantinanya di KRI milik TNI, kemudian, KRI tersebut ditempatkan di lepas pantai.

3. Meminta agar pemerintah daerah dan pusat memberikan kompensasi berupa jaminan kesehatan seperti posko layanan darurat dan cepat.

4. Meminta pemerintah untuk mendatangkan dokter psikiater bagi masyarakat Natuna.

5. Masyarakat Natuna meminta agar Menteri Kesehatan berkantor di Natuna selama proses karantina dan observasi dilakukan di Natuna selama 14 hari.

6. Masyarakat Natuna berharap segala bentuk kebijakan pemerintah pusat yang akan dilakukan di Natuna harus terlebih dahulu disosialisasikan ke masyarakat Natuna.

Apabila pemerintah daerah tidak berhasil menjadi penyambung lidah kepada pemerintah pusat.

Maka masyarakat Natuna akan menyampaikan mosi tidak percaya terhadap pemerintah daerah.

Viral Video Ibu Pengidap Virus Corona Melahirkan di Wuhan, Bayi Langsung Dipisah Sebelum Dilihat
Viral Video Ibu Pengidap Virus Corona Melahirkan di Wuhan, Bayi Langsung Dipisah Sebelum Dilihat (Twitter @globaltimesnews)

Ditolak Masyarakat...

Sementara itu, proses evakuasi WNI ke Natuna pada Minggu (2/2/2020) mendapat penolakan dari masyarakat setempat.

Tokoh Masyarakat Natuna, Rodhial Huda menyebut, pernyataan pemerintah yang mengatakan lokasi karantina jauh dengan pemukiman warga tidak benar.

"Dan waktu Panglima TNI mengatakan tempat karantina itu jauh dari penduduk 5 sampai 6 kilometer itu tidak benar," kata Rodhial yang dikutip dari tayangan YouTube Talk Show TVOne, Minggu (2/2/2020).

"Ternyata hanya 1,2 kilometer dari tempat karantina," ujar Rodhial.

Rodhial menjelaskan, jika dari Bandara, Kampung Tua Penagih yang merupakan wilayah penduduk asli Natuna hanya berjarak beberapa ratus meter saja.

"Tapi karena berada di dalam bandara, tepat di tengah-tengah bendara sehingga dengan penduduk itu hanya 1,2 meter," terang Rodhial.

"Jadi saya tidak tahu Panglima dapat informasi dari mana," terang Rodhial.

Tim medis mengevakuasi seorang penumpang kapal laut yang diduga terinfeksi virus novel CoronaVirus (nCoV) di Pelabuhan Bandar Deli Belawan, Medan, Sumatera Utara, Senin (3/2/2020). Simulasi yang digelar Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Medan bekerjasama dengan Pelindo I tersebut bertujuan untuk kesiapsiagaan dalam menangani pasien suspect virus Corona di Pelabuhan. (TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI)
Tim medis mengevakuasi seorang penumpang kapal laut yang diduga terinfeksi virus novel CoronaVirus (nCoV) di Pelabuhan Bandar Deli Belawan, Medan, Sumatera Utara, Senin (3/2/2020). Simulasi yang digelar Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Medan bekerjasama dengan Pelindo I tersebut bertujuan untuk kesiapsiagaan dalam menangani pasien suspect virus Corona di Pelabuhan. (TRIBUN MEDAN/Riski Cahyadi)

Oleh karena itu, Rodhial mengatakan, hal tersebut membuat kekhawatiran bagi masyarakat Natuna terkait penyebaran virus corona.

"Ini mengkhawatirkan masayarakat karena seolah amannya kan kalau 5 sampai 6 kilometer," katanya.

"Tapi ternyata jaraknya cuma 1,2 kilometer dari masyarakat," terangnya.

Tak hanya itu, Rodhial juga mengatakan, masyarakat Natuna kaget dengan keputusan pemerintah yang menjadikan Natuna sebagai lokasi karantina.

"Karena pernyataan kepastian di Natuna itu sangat mendadak," tuturnya.

"Yaitu waktu konferensi pers Panglima TNI mengantar keberangkatan penjemput dan itu waktunya sangat singkat," ungkap Rodhial.

Tokoh Masyarakat Natuna Rodhial Huda (Tangkap Layar YouTube Talk Show TVOne).
Tokoh Masyarakat Natuna Rodhial Huda (Tangkap Layar YouTube Talk Show TVOne). (YouTube Talk Show TVOne)

Menurut Rodhial, pemerintah daerah juga tidak mengetahui informasi tersebut.

Masyarakat Natuna lantas mempertanyakan kenapa wilayahnya dijadikan lokasi untuk karantina WNI dari Wuhan.

"Masyarakat merasa kenapa harus di Natuna? Karena ini menurut masyarakat adalah virus yang berbahaya," terang Rodhial.

Oleh sebab itu, pihaknya telah menyampaikan usulan kepada pemerintah untuk melakukan karantina di tempat lain yang fasiliasnya lebih memadai.

"Seperti di kapal perang, karena sering kapal perang di Natuna besar-besar dan itu lebih memadai," ucap Rodhial.

Meski WNI telah berhasil dievakuasi dan di karantina di Natuna, tapi masyarakat Kabupaten Natuna terus melakukan unjuk rasa menolak kedatangan WNI.

Informasi Terbaru Virus Corona

Informasi terbaru terkait wabah virus corona per Selasa (4/2/2020) yang diakses melalui thewuhanvirus, terdapat 29.630 kasus terkonfirmasi.

Diketahui, jumlah kematian mencapai 427 korban.

Per Selasa ini, ada 27 negara mengonfirmasi warganya terjangkit virus corona.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan