Kasus Suap di MA
MAKI Akan Serahkan Data Aset Hunian Milik Nurhadi ke KPK, Ada Apartemen di SCBD Hingga Vila di Gadog
MAKI memiliki data aset hunian milik bekas Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi yang kini jadi buronan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Penulis:
Ilham Rian Pratama
Editor:
Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) memiliki data aset hunian milik bekas Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi yang kini jadi buronan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Koordinator MAKI Boyamin Saiman mengatakan, data itu didapat dari seorang pemborong di Malaysia.
Ia bakal menyerahkan data aset itu ke KPK, Jumat (21/2/2020) pukul 14.00 WIB.
"Saya ke Malaysia ini mendapatkan data berkaitan dengan Nurhadi yang buronan KPK, yakni terdapat seorang pemborong yang mengerjakan keseluruhan berkaitan dengan aset Nurhadi," ujar Boyamin saat dimintai konfirmasi, Kamis (20/2/2020).
Baca: Bernilai Rp 50 Miliar, Rumah Mewah Menantu Nurhadi Letaknya Hanya 300 Meter Dari Gelora Bung Karno
Aset itu antara lain vila di Gadog, Bogor, Jawa Barat; rumah di Jalan Hang Lekir, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan; rumah di Patal Senayan, Jakarta Selatan; dan apartemen distrik 8 Sudirman Center Business District (SCBD) di Jalan Senopati Senayan, Jakarta Selatan.
"Gambar rumahnya di Patal Senayan, fotonya saya dapatkan di sini. Pemborongnya namanya BS, ada nomor handphone dan alamat rumahnya di Pasar Minggu. Saya pulang besok dan akan saya serahkan ke KPK," katanya.
Boyamin berharap dengan penyerahan data tersebut KPK tinggal menyisir dan menggeledah tempat-tempat tersebut paling tidak jika tidak bertemu orangnya akan bertemu jejaknya.
Baca: Melongok Rumah Mewah yang Diduga Tempat Persembunyian Eks Sekretaris MA Nurhadi di Patal Senayan
"Kedatangan saya ke Malaysia ini sangat berharga mendapatkan data-data tersebut. Nanti akan ketahuan dia membangun rumah di Patal Senayan itu habis berapa. Nanti saya berharap KPK mengenakan pencucian uang karena bagaimanapun seorang PNS MA walaupun eselonnya agak tinggi tetapi hartanya tidak sebanding," katanya.
Ia mengatakan pemborongnya hanya satu sehingga diharapkan bisa membantu melacak asetnya yang secara otomatis akan bisa melacak orangnya.
Baca: Disebut Tak Becus Cokok Nurhadi, KPK Bilang Itu Ngawur
"Yang kedua hadiah iPhone 11 saya juga untuk Harun Masiku tetapi memang agak sulit karena memang profilnya tidak elite juga tidak kaya, ketika jadi pengacara juga tidak banyak kliennya yang diurusi. Namun saya menyayangkan pernyataan Menkum HAM yang menyatakan dia kehilangan melacaknya sepulang dari Singapura, padahal KPK mengetahui ada di sekitar PTIK esok harinya," katanya.
Boyamin mengatakan hadiah iPhone 11 tersebut merupakan pemicu bagi masyarakat untuk menangkap dua buronan tersebut.
"Jadi saya ke KPK nanti untuk memberikan data dan iPhone 11 biar KPK nanti melakukan validasi dan verifikasi. Termasuk data-data informan saya, juga saya berikan ke KPK. Jangan sampai ada orang mengaku-aku sedangkan jatah saya hanya satu," kata Boyamin.
Baca: Melongok Rumah Mewah yang Diduga Tempat Persembunyian Eks Sekretaris MA Nurhadi di Patal Senayan
Seperti diketahui, KPK menetapkan Nurhadi sebagai tersangka karena yang bersangkutan melalui Rezky Herbiono, diduga telah menerima suap dan gratifikasi dengan nilai Rp46 miliar.
Tercatat ada tiga perkara sumber suap dan gratifikasi Nurhadi, pertama perkara perdata PT MIT vs PT Kawasan Berikat Nusantara, kedua sengketa saham di PT MIT, dan ketiga gratifikasi terkait dengan sejumlah perkara di pengadilan.
Diketahui Rezky selaku menantu Nurhadi diduga menerima sembilan lembar cek atas nama PT MIT dari Direkut PT MIT Hiendra Soenjoto untuk mengurus perkara itu. Cek itu diterima saat mengurus perkara PT MIT vs PT KBN.
Ketiganya diumumkan masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) oleh KPK pada 13 Februari lalu. Keputusan menjadikan Nurhadi, Rezky, dan Hiendra sebagai buron dilakukan KPK lantaran ketiganya mangkir dari dua panggilan pemeriksaan.
Bernilai Rp 50 miliar
Mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi dan menantunya Rezky Herbiyono ditetapkan menjadi buronan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Keduanya diketahui memiliki aset di sejumlah lokasi.
Salah satunya, rumah mewah di Jalan Raya Patal Senayan Nomor 3B, Jakarta Selatan.
Rumah dua lantai dengan paduan cat berwarna putih dan abu-abu tersebut tampak megah dari luar.
Pasaran rumah tersebut ditaksir mencapai Rp 50 milliar.
Baca: Melongok Rumah Mewah yang Diduga Tempat Persembunyian Eks Sekretaris MA Nurhadi di Patal Senayan
Wajar saja nilainya cukup fantastis.
Rumah tersebut diketahui berada di akses jalan utama Patal Senayan dan berdekatan dengan stadion utama Gelora Bung Karno.
Dari rumah tersebut ke stadion GBK bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja lantaran hanya berjarak sekitar 300 meter.
Baca: Alexander Marwata Ngaku Tak Tahu Keberadaan Buron KPK Nurhadi
Rumah mewah itu juga hanya berjarak 1-2 Km dari Gedung DPR RI.
Kepada Tribunnews.com, Ketua RT 01 RW 07, Ningga Siagian (36), membenarkan rumah itu merupakan rumah Rezky yang kini jadi buronan KPK.
Rumah tersebut dibeli sekira lebih dari setahun lalu.
"Tapi rumah itu tidak pernah ditempati sejak rumah itu dibeli yang katanya namanya Rezky itu. Saya sendiri belum lihat orangnya kayak gimana," kata Ningga saat berbincang dengan Tribunnews.com, Kamis (20/2/2020).
Ia membenarkan kisaran harga rumah tersebut mencapai Rp 50 miliar.
Dengan estimasi harga tanah Rp 100 juta per meter persegi.
"Disini pasarannya Rp 100 juta per meter. Ya segitulah berarti sekitar Rp 50 milliar," kata dia.
Melongok rumah mewah milik menantu Nurhadi
Teka-teki keberadaan Mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi dan menantunya Rezky Herbiyono masih belum terungkap.
Usai ditetapkan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan suap, jejak keduanya lenyap.
Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) sebelumnya menginfokan, buronan kasus korupsi sebesar Rp46 miliar itu kemungkinan bersembunyi di tiga lokasi.
Pertama di apartemen di kawasan Sudirman Center Business District (SCBD), Jakarta Selatan; vila di Gadog Kabupaten Bogor, Jawa Barat; serta rumah di bilangan Patal Senayan, Jakarta Selatan.
Tribunnews.com mencoba mendatangi kediaman Rezky Herbiyono di Jalan Raya Patal Senayan Nomor 3B, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2020).
Baca: Alexander Marwata Ngaku Tak Tahu Keberadaan Buron KPK Nurhadi
Tak cukup sulit menemukan lokasi rumah Rezky.
Rumah mewahnya sangat mencolok lantaran terletak tepat di depan akses jalan utama Patal Senayan.
Apabila dirinci, rumahnya tidak jauh dari depan apartemen Patal Senayan dan hanya berjarak 300 meter dari Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Dari depan, rumah dua lantai itu tampak megah dengan paduan warna putih dan abu-abu.
Baca: Ketua RT Tidak Tertarik Ikuti Sayembara Temukan Nurhadi Dapat iPhone 11
Namun, saat mendekati rumah berpagar kayu coklat tersebut tampak kosong tak berpenghuni.
Di depan pagar, hanya terdapat satu keranjang sampah berwarna hijau yang diletakan sembarang.
Dari luar, tidak terdengar sedikitpun aktivitas dari dalam rumah.
Kepada Tribunnews.com, Ketua RT 01 RW 07, Ningga Siagian (36), membenarkan rumah itu merupakan rumah Rezky yang kini jadi buronan KPK.
Baca: Kehidupan Nurhadi Selama di Kawasan Hang Lekir
Namun sayang, sejak dibeli sekira se-tahun lalu, rumah tersebut tidak pernah dihuni Rezky ataupun keluarga.
"Kita semua taunya disini rumah itu di renovasi terus. Sejak rumah itu dibeli oleh orang lain yang katanya namanya Rezky itu saya belum liat orangnya kayak gimana," kata Ningga.
Selama ini, Ningga menyatakan, urusan tentang iuran keamanan hingga iuran sampah biasa dia minta kepada mandor atau tukang renovasi rumah.
Namun, sejak 6 bulan lalu, seluruh tukang dan mandor tersebut telah pergi.
"Tukang tukang itu sudah setahun lebih ada. Tapi sejak 6 bulan yang lalu nggak ada lagi orang sama sekali. Dulu masih ada orang dan mandor apa segala macam. Kita minta iuran sampah ke mandor dan tukang tukang," jelas dia.
Dia menjamin keberadaan Nurhadi dan Rezky tak ada di rumah tersebut.
Sebab, kata dia, beberapa kali ia masih memperhatikan hingga larut malam pun rumah itu tampak kosong tak berpenghuni.
"Rumah saya di 1B cuma beda dua rumah. Nggak ada, saya dari lahir hidup disini gak pernah lihat si Rezky," kata dia.
Kehidupan Nurhadi selama tinggal di Hang Lekir
Keberadaan mantan Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi masih simpang siur.
Setelah ditetapkan KPK sebagai buronan kasus suap dan gratifikasi dalam pengurusan perkara di MA, rumah mewah di Jalan Hang Lekir V, Jakarta Selatan menjadi sorotan.
Rumah tersebut pernah digeledah KPK beberapa tahun silam.
Surat-surat panggilan yang dikirim KPK untuk Nurhadi, istri dan anaknya pun dialamatkan ke rumah tersebut.
Ternyata salah alamat, rumah berlantai dua itu bukan lagi milik Nurhadi.
Bahkan rumah sudah dua kali dijual. Kini pemiliknya bernama Kosasih, warga Surabaya.
Baca: MAKI Bikin Sayembara: Bisa Temukan Buronan KPK Harun Masiku dan Nurhadi Diganjar Hadiah iPhone 11
Baca: Saat Pindahan Rumah, Barang Nurhadi Dibawa ke Villa
Baca: Dua Kali Dijual, Rumah Mewah di Hang Lekir Bukan Lagi Milik Nurhadi
Hal tersebut diamini oleh Ketua RT 07 RW 06 Kelurahan Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Toto Hardiyono saat ditemui di rumahnya, Rabu (19/2/2020).
Lantas bagaimana sosok Nurhadi dan keluarga selama tinggal disana? Toto mengatakan Nurhadi termasuk warga yang bersosialisasi terlebih rumah mereka jaraknya berdekatan.
"Pak Nur (nurhadi) baik, ngobrol juga. Kadang saya lagi nyapu di luar.

Dia negur, yang bersih nyapunya Pak RT. Kalau ada kegiatan-kegiatan dia juga suka bantu," ucap Toto.
Sementara sang istri, Toto mengaku sangat jarang melihat istri Nurhadi. Dia pun tidak pernah ngobrol langsung dengan istri Nurhadi, Tin Zuraida.
"Saya jarang ngobrol sama istrinya, jarang ketemu. Paling istrinya Pak Nur, ngobrolnya sama istri saya. Kalau kasih oleh-oleh," singkatnya.
Meski jarang bertemu, lanjut Toto, ketika Nurhadi membuat acara untuk sang cucu. Toto serta warga di sekitar turut diundang ke rumahnya.
Karena waktu itu Nurhadi masih bekerja di MA, maka acara-acara yang diadakan Nurhadi dihadiri pula oleh sejumlah tokoh masyarakat.
"Dulu pernah diundang pas cucunya potong rambut, itu tokoh masyarakat banyak datang kerana masih di MA kan," tambahnya.