Virus Corona
Dua Balita yang Terjangkit Corona adalah Hasil Tracking dari Kasus-kasus Sebelumnya
Terdapat dua orang balita yang terinfeksi positif virus Corona. Yurianto menduga, kedua pasien balita ini merupakan hasil tracking kasus sebelumnya.
Editor:
Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penularan virus corona semakin meluas. Pemerintah mengumumkan 35 kasus baru, sehingga pasien positif terpapat virus menjadi 69 orang.
Dua di antaranya bayi berusia di bawah lima tahun.
Sementara empat pasien meninggal. Lima pasien telah sembuh.
Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan wabah corona sebagai pandemi, menyebar ke 128 negara.
Juru Bicara (Jubir) Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (Covid-19) Achmad Yurianto menyebut, terdapat dua orang balita yang terinfeksi positif virus Corona (Covid-19).
"Kasus 49, laki-laki, usia 3 tahun, kondisi sakit ringan-sedang," kata Achmad Yurianto saat jumpa pers di kantor Presiden, Jakarta, Jumat (13/3/2020) sore.
Ia lantas menyambung, satu orang balita lagi merupakan pasien kasus nomor 54.
"Kasus 54, Laki-laki, usia 2 tahun, tampak sakit sedang," kata Yuri, yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan.
Yurianto menduga, kedua pasien balita ini merupakan hasil tracking atau penelusuran dari kasus-kasus sebelumnya.
Ia juga menduga, balita tersebut dari kontak langsung dengan orang tuanya yang positif covid-19.
"Pasien-pasien yang saya sampaikan bagian dari tracking. Kalau ada yang saya katakan umur 3 tahun, 2 tahun itu memang dia adalah bagian dari tracking. Orang tua yang sakit, anaknya yang kena," jelasnya.
Baca: Begini Cara Mendorong 30 Ribu Pelaku UMKM Go Online
Baca: Hasil Temuan, Merokok Dapat Meningkatkan Resiko Terinfeksi Covid-19, Ini Penjelasan Lengkapnya
Namun Yurianto tidak menjelaskan secara mendetail, apakah orang tua kedua bayi itu masuk dalam 69 kasus atau pasien yang telah ditangani pihak medis.
Yurianto memperbarui kabar terbaru soal pasien virus Corona (Covid-19).
Yurianto menyebut, sebanyak 35 pasien positif virus corona bertambah dari sebelumnya 34 pasien.
Sehingga total pasien positif virus corona di Indonesia sebanyal 69 orang pasien.
"Data yang saya berikan ini data tresing dari dua hari lalu, yang sebelumnya merilis 34 pasiem dari berbagai daerah sehingga data tersebut (69 pasein, Red) hingga tadi siang," kata Yurianto.
Achmad Yurianto juga mengungkap bertambahnya pasien positif virus corona mulai, kasus 35 hingga kasus 69.
Menurut Yurianto, 35 pasien baru virus corona ini merupakan hasil penelusuran dari pasien positif sebelumnya.
"Data yang saya berikan ini data tresing dari dua hari lalu, yang sebelumnya merilis 34 pasiem dari berbagai daerah sehingga data tersebut (69 pasein, red) hingga tadi siang," kata Yurianto di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (13/3/2020).
Baca: Prediksi Susunan Pemain Persik Kediri vs Persiraja Liga 1: Dimas Galih Cedera, Ujian Debut Dian Agus
Baca: 14 Tahun Dibui Kasus Pembunuhan, Artis Lidya Pratiwi Kini Putuskan Mualaf Setelah Mimpi Lihat Kabah
Warga Solo Positif Corona
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengumumkan seorang pasien positif virus Vorona (Covid-19) yang meninggal di RSUD dr Moewardi, Solo, pada Rabu (11/3/2020) lalu adalah positif terpapar virus corona.
"Saya sudah komunikasi dengan menteri, dengan Jakarta termasuk dengan Jubir Covid sendiri. Nanti detailnya saya umumkan agar publik juga tahu," katanya saat ditemui di Swissbellin Hotel, Solo.
Lelaki 59 tahun, pasien yang meninggal saat dirawat intensf di ruang isolasi suspect Virus Corona RSUD dr Moewardi Solo dinyatakan positif Covid-19.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona Achmad Yurianto, saat dikonfirmasi mengenai hasil pemeriksaan pasien meninggal di RSUD dr Moewardi Solo tersebut menyebutkan, hasil pemeriksaan yang bersangkutan menunjukkan positif Covid-19.
"Iya, terakhir kita ketahui bahwa hasilnya positif Covid-19)," kata Yuri, menjawab pertanyaan apakah benar pasien tersebut positif Covid-19, ketika dihubungi Jumat.
Walau penyebaran virus corona meluas, dan telah merenggut empat jiwa, pemerintah tidak berniat menutup akses kota-kota di Indonesia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan belum akan menutup akses masuk dan keluar (lock down) ke Indonesia, seperti yang dilakukan sejumlah negara China, Italia dan Denmark.
Baca: PDI Perjuangan Ajak Masyarakat Gotong Royong Atasi Penyebaran Virus Corona
Baca: Teddy Gandeng 10 Pengacara untuk Urus Warisan Lina, Sule Sindir Pedas: Diambil Semua juga Silahkan
"Belum berpikir ke arah sana (lock down)," kata Presiden di Bandara Soekarno-Hatta, Banten, Jumat.
Hal pasti, menurut presiden, pemerintah melakukan upaya maksimal dalam mengantisipasi penyebaran virus Corona.
Alat pemindai suhu dipasang pintu masuk Indonesia, serta lebih dari seratus rumah sakit disiapkan sebagai rujukan penanganan corona.
"Sejak awal, task force sudah ada. Saya komandani sendiri. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengoordinatori mengenai tim reaksi cepat sehingga saya beri contoh saat evakuasi di Wuhan hanya dalam 2 hari kita putuskan dan langsung bisa disiapkan tempatnya oleh TNI di Natuna, oleh BNPN saya kira kecepatan itu yang ingin saya sampaikan," katanya.
Presiden mengapresiasi kepala daerah yang terus memberikan edukasi kepada masyarakat dalam mengantisipasi penyebaran virus corona.
Kerja sama antar-instansi dan lembaga sangat penting dalam menangani virus corona yang sudah dinyatakan pandemi tersebut.
"Saya ingin memberikan apresiasi terhadap daerah-daerah yang mampu memberikan penjelasan yang baik edukasi ke masyarakat seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat," ujarnya.
Hal senada disampaikan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Baca: Virus Corona Meluas, Universitas Indonesia Terapkan Pembelajaran Jarak Jauh Mulai 18 Maret 2020
Baca: Ali Ngabalin Balas Fadli Zon yang Ungkit Utang Ibu Kota Baru: Itu atas Persetujuan Fadli Zon dkk
Menurutnya pemerintah belum mempertimbangkan opsi isolasi atau lockdown untuk beberapa daerah di Indonesia seiring dengan meningkatnya penyebaran virus Corona.
"Saya kira belum ke sana (opsi lockdown) kita. Pemerintah belum menganggap perlu," kata Ma'ruf di Kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.
Menurut Ma'ruf, pemerintah tak ingin mengeluarkan kebijakan yang menimbulkan kepanikan di masyarakat.

"Nanti dampaknya macam-macam. Artinya kita tak ingin membuat sesuatu yang menimbulkan kepanikan, tapi penanganannya intensif," lanjutnya.
Saat ini, fokus penanganan virus corona atau Covid-19 adalah pemeriksaan bagi siapa pun yang merasakan gejalanya.
"Kita terus anjurkan supaya mereka memeriksakan diri jima merasakan ada gejala. Oemerintah menyediakan fasilitasnya di berbagai daerah yang sesuai dengan standar WHO. Kita anjurkan ke Pemda supaya orang yang merasa ada gejala segera periksa ke rumah sakit," katanya.
Baca: Brunei Darussalam Laporkan 14 Kasus Baru Covid-19, Total 25 Orang Terinfeksi
Baca: Presiden AS Donald Trump Umumkan Darurat Nasional Virus Corona
Singapura Menagih
Wakil Presiden Ma'ruf Amin mempertanyakan soal rencana Singapura yang menagih biaya perawatan bagi warga Indonesia yang diisolasi di sana karena virus corona.
"Saya kira Singapura itu kan kalau mereka punya izin tinggal biayanya ditanggung pemerintah Singapura, ini yang mana?" kata Ma'ruf di kantornya, kemarin.
Dia mengaku belum tahu warga yang mana yang diharuskan membayar biaya perawatan WNI positif Covid-19.
"Yang ditagih kita akan bicarakan yang mana yang dimaksud mereka (pihak Singapura). Kalau yang tidak punya izin tinggal pasti harus bayar, kita belum tahu. Kalau mereka punya biaya sendirinya tentu mereka harus bayar," kata Ma'ruf.
Seperti diketahui, Singapura mulai memungut biaya bagi para pasien warga asing yang ingin melakukan perawatan terkait virus corona di negara tersebut.
Melansir Reuters, hal tersebut disampaikan usai Singapura melaporkan kasus impor baru yang melibatkan orang-orang yang datang usai melakukan perjalanan dari Indonesia.
Baca: 20 Orang dari 2.016 Penderita Demam berdarah di Jatim Meninggal, Khofifah Tegaskan Belum KLB
Baca: Kasus ABG di Tasik Dibunuh Ayahnya, Pelaku Dijerat Pasal Berlapis & Ancaman Maksimal Hukuman Mati
Langkah-langkah baru Singapura ini diumumkan pada Senin malam dan mulai berlaku pada 7 Maret 2020 saat pihak berwenang mengumumkan adanya dua pelancong Indonesia yang menunjukkan gejala saat baru saja tiba di Singapura.
Kedua pasien tersebut melaporkan telah mengalami gejala virus corona saat di Indonesia sebelum tiba di Singapura. Salah satu pasien sebelumnya sempat mencari perawatan di rumah sakit Jakarta.
Sementara kasus yang lain yakni seorang warga Singapura yang mengunjungi saudara perempuannya di Indonesia yang kemudian menderita pneumonia.
Kementerian Kesehatan tidak menyebut apakah sikap baru tentang pembayaran ini untuk perawatan terkait dengan kasus-kasus tertentu.
"Mengingat meningkatnya jumlah infeksi COVID-19 secara global, dan peningkatan yang diharapkan dalam jumlah kasus yang dikonfirmasi di Singapura, kita perlu memprioritaskan sumber daya di rumah sakit umum kami," kata kementerian kesehatan Singapura dalam sebuah pernyataan.
Sembuh
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (Covid-19) Achmad Yurianto menyebut, pasien kasus 2, warga Depok, Jawa Barat, sudah dinyatakan negatif virus corona (Covid-19).
Namun, Yurianto menambahkan, pasien 2 harus dilakukan pemeriksaan satu kali lagi untuk benar-benar dinyatakan sembuh Covid-19.
"Pasien nomor 1 dan nomor 3 sudah dua kali diperiksa, hasilnya negatif. Artinya nomor 1 dan 3 sudah diizinkan pulang. Tapi mereka tidak akan pulang dulu, karena nomor 02 baru sekali negatif," kata Yurianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat.
Yurianto menambahkan, jika pemeriksaan terhadap pasien 02 dilakukan dan hasilnya negatif maka sudah diizinkan untuk pulang. Sehingga, pasien 1, 2 dan 3 bisa segera pulang.
"Insya Allah besok negatif (pasien kasus 02), sehingga tiga-tiganya, 01, 02, dan 03, besok akan bisa pulang," ucap Yurianto.
Ia pun meminta pasien 1, 2 dan 3 untuk melakukan isolasi sendiri (self isolated) dan self monitoring selama sepekan ke depan.
"Teknisnya menunggu hari kepulangan yang nomor 02. Mereka ingin pulang bareng, nggak pulang sendirian," jelasnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan wabah Covid-19 sebagai pandemi global, Rabu (11/3/2020) malam. Pandemi adalah label bagi penyakit yang telah menyebar luas ke seluruh dunia.
Wabah virus corona yang dimulai dari Wuhan, China, kian meluas ke seluruh dunia.
Saat ini total 134.812 orang terinfeksi tersebar di 128 negara, termasuk ratusan penumpang kapal pesiar Diamond Princess.
Baca: 7 Hal yang Perlu Diperhatikan saat Lakukan Karantina Diri Sendiri
Baca: WHO Minta Jokowi Deklarasikan Darurat Nasional Virus Corona
Sedikitnya 4.984 pasien yang terinfeksi Covid-19 telah meninggal di seluruh dunia.
Sementara itu, total pasien yang dinyatakan sembuh pun terus meningkat.
Menurut data worldmeter pada Jumat (13/3/2020) pagi, ada 70.395 pasien yang sembuh.
Sejak Kamis (13/3/2020), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya menyatakan penyebaran virus corona yang meluas sebagai pandemi global.
"Virus corona telah menjadi pandemi. Kami telah membunyikan alarm dengan keras dan jelas," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu (11/3/2020) dilansir dari New York Times.
"Dalam dua minggu terakhir jumlah kasus di luar China telah meningkat tiga belas kali lipat dan jumlah negara yang terkena dampak meningkat tiga kali lipat," kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesusus dalam konferensi pers di kantor pusat WHO di Jenewa.
Tedros mengatakan, beberapa negara telah mampu menekan dan mengendalikan wabah. Namun, dia juga marah pada beberapa pemimpin negara yang gagal bertindak cepat untuk menahan penyebaran.
"Kami sangat prihatin dengan tingkat penyebaran dan keparahan yang mengkhawatirkan, dan juga pencegahan yang lamban. Padahal kami telah 'membunyikan alarm' yang keras dan jelas," ujar Tedros sebelum menyatakan Covid-19 sebagai pandemi. (Tribun Network/fik/yud/den, Tribun Solo, Kompas.com)