Rabu, 8 Oktober 2025

Rilis Hasil Survei, Kemendikbud: Orangtua Pegang Peranan Penting Pelaksanaan Belajar dari Rumah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerapkan belajar dari rumah sejak pandemi virus corona (Covid-19) melanda.

Editor: Willem Jonata
Banjarmasin Post
Ilustrasi siswa belajar dari rumah. 

Jika dilihat dari cara-cara siswa belajar dari rumah, baik di wilayah 3T maupun non-3T, sebagian besar siswa belajar dengan mengerjakan soal dari guru, sedangkan pembelajaran interaktif dilakukan kurang dari 40 persen siswa.

Namun cukup banyak siswa yang juga memanfaatkan belajar melalui televisi, buku, maupun sumber belajar lainnya.

Oleh karena itu, Kemendikbud akan segera menyediakan modul-modul yang memudahkan anak yang terpaksa belajar sendiri atau minim panduan dari guru.

Modul-modul akan dibuat menarik sehingga bisa mengurangi kebosanan anak.

"Ini tentunya bukan satu-satunya solusi, tetapi bagian dari upaya untuk membantu anak bisa belajar,” kata Totok.

“Pendekatannya project-based learning atau activity-based learning. Harapannya pendekatan tersebut lebih memandu anak agar tidak memahami konsep sebatas yang tertuang di buku teks saja, tetapi dapat memandu anak bagaimana cara belajar dan memahaminya lebih mendalam. Modul akan dibuat baik untuk belajar daring maupun luring," tambah Totok.

Baca: Tiga Kebijakan Kemendikbud Bantu Mahasiswa dan Sekolah Terdampak COVID-19, Apa Saja Itu?

Sementara itu, khusus untuk daerah 3T atau yang tidak terjangkau internet, Kemendikbud akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk pendistribusian modul-modul cetak yang dapat membantu siswa yang harus belajar dari rumah.

Selanjutnya, Kabalitbang dan Perbukuan mengkhawatirkan kemungkinan melebarnya kesenjangan hasil belajar antar siswa.

Baca: Beredar Isu  Pelajaran Agama Akan Dilebur dengan PPKN, Nadiem Makarim: Masih Stand Alone

Anak-anak dari keluarga miskin merupakan kelompok paling rentan kemungkinan kehilangan pengalaman belajar.

Oleh karena itu, Kemendikbud mendorong setiap guru agar melakukan asesmen awal bagi siswa-siswinya di masa tahun ajaran baru nanti.

Tujuannya agar membantu guru mengetahui kondisi dan kemampuan belajar setiap siswa usai masa belajar dari rumah.

Hal ini penting agar dapat memitigasi melebarnya kesenjangan kemampuan siswa, khususnya antar kelompok sosial ekonomi, maupun antar daerah.

“Guru perlu mengajar pada level kemampuan anaknya, bukan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Perhatian khusus perlu diberikan kepada anak-anak yg paling tertinggal,” ujar Totok.

“Panduan dan instrumennya sedang kami siapkan agar bisa digunakan guru melakukan asesmen,” imbuhnya.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved