Jumat, 22 Agustus 2025

Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Siapa Capres AS yang Menguntungkan RI, Dibayangi Isu Perang Dagang dan Konflik Laut China Selatan

jika Trump kembali terpilih, dia kemungkinan akan kembali memangkas pajak seperti yang sudah dia lakukan pada periode sebelumnya.

Editor: Sanusi
JIM WATSON dan SAUL LOEB / AFP
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan calon Presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden, melakukan debat presiden pertama di Case Western Reserve University dan Cleveland Clinic di Cleveland, Ohio Selasa (29/9/2020) waktu setempat. 

"Karena ekonomi Amerika merupakan 30 persen dari ekonomi dunia. Maka ketika AS melakukan stimulus besar pasti dampaknya akan cukup besar bagi negara emerging market, maupun di seluruh dunia," jelas Ahmad Malik.

Konsekuensi jika Trump menjadi presiden lagi, ujar Ahmad, kemungkinan pemulihan ekonomi akan jauh lebih lamban. Namun jika Biden yang terpilih, pemulihan ekonomi dunia akan semakin cepat.

Laporan terbaru lembaga riset Moody's Analytics memproyeksikan ekonomi AS akan tumbuh lebih tinggi jika Biden sebagai presiden AS, yakni naik 4,2 persen pada periode 2020-2014.

Sementara jika Trump kembali terpilih, ekonomi AS diproyeksikan hanya akan tumbuh sebesar 3 persen pada periode yang sama.

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi global sejak tahun 2019 telah mengalami penurunan akibat perang dagang Amerika Serikat dengan China.

Perlambatan ekonomi pada tahun 2020 pun diperburuk oleh menyebarnya virus corona yang saat ini telah menjangkiti 213 negara. Bahkan, Indonesia sebagai negara berkembang harus merasakan kontraksi minus 5,23 persen pada kuartal III-2020.

Adapun Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen.

Apa dampaknya bagi ekonomi dan perdagangan Indonesia?

Dari sisi perdagangan internasional, menurut Ahmad Malik, jika Trump kembali ke Gedung Putih dia akan melanjutkan perang dagang dengan China.

Sementara Biden akan cenderung akan mengatasi sengketa perdagangan dengan China secara multilateral, melalui organisasi perdagangan dunia (WTO).

"Kalau Biden yang terpilih, mungkin isu perang dagang antara AS dan China akan lebih sedikit mengalami penurunan tensinya."

"Jadi pertumbuhan ekonomi akan lebih kencang, harga komoditas dunia seperti nikel, minyak, CPO, juga logam seperti emas akan lebih tinggi ketimbang kalau Trump yang terpilih," kata Ahmad Malik.

Senada, ekonom dari Insitute for Development of Economic and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira mengatakan perang dagang AS dan China telah menyebabkan "guncangan besar" baik secara langsung maupun tidak langsung pada Indonesia.

"Amerika Serikat juga melakukan pengetatan terhadap barang-barang impor dari negara-negara selain dari China. Artinya Indonesia ditargetkan sebagai negara yang mengalami penyesuaian hambatan dagang, baik tarif maupun non tarif," katanya.

Pengenaan bea masuk ini membuat produk Indonesia menjadi tidak kompetitif. Sebab, harga produk yang diekspor tersebut akan lebih mahal sehingga dikhawatirkan akan kalah bersaing.

Halaman
1234
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan