Kamis, 21 Agustus 2025

Jogo Tonggo Lawan Covid-19 di Karanganyar, Gotong Royong Warga Amankan Urusan Perut hingga Psikis

Jogo Tonggo merupakan program penanganan Covid-19 yang diluncurkan Pemprov Jateng. Jogo Tonggo berasal dari Bahasa Jawa yang artinya menjaga tetangga.

Penulis: Daryono
Editor: Sri Juliati
Dok RT 02 RW 13 Perumahan Jungke Permai
Warga mengantar makanan untuk warga yang menjalani isolasi mandiri di RT 02 RW 13 Perumahan Jungke Permai, Kelurahan Jungke, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Daryono

TRIBUNNEWS.COM – Dhani Kadarsi meletakkan dua kantong plastik berisi makanan di depan pagar bercat hitam.

Setelah itu ia pergi sambil mengirim pesan pribadi melalui WhatsApp.

Tak berselang sama, seorang gadis muda membuka pagar dari dalam rumah dan mengambil dua kantong plastik yang ditinggalkan Dhani, lalu membawanya ke dalam.

Aktivitas itu dilakukan Dhani Kadarsi secara bergilir bersama ibu-ibu lainnya di RT 02 RW 13 Perumahan Jungke Permai, Kelurahan Jungke, Kecamatan Karanganyar, Jawa Tengah selama dua pekan lebih.

Hal ini setelah satu keluarga yang merupakan tetangga mereka dinyatakan positif Covid-19 pada awal Oktober 2020 lalu.

Makanan dalam kantong plastik diletakkan di depan rumah warga yang menjalani isolasi mandiri di RT 02 RW 13 Perumahan Jungke Permai, Kelurahan Jungke, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.
Makanan dalam kantong plastik diletakkan di depan rumah warga yang menjalani isolasi mandiri di RT 02 RW 13 Perumahan Jungke Permai, Kelurahan Jungke, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. (Dok RT 02 RW 13 Perumahan Jungke Permai)

Satu keluarga itu terdiri 4 orang yakni A, istri A, anak A dan adik ipar A.

Awalnya, istri A dinyatakan positif terlebih dahulu dan dirawat di Rumah Sakit Kasih Ibu Solo.

Setelah itu, karena memiliki gejala yang sama, A dan anaknya ikut dirawat di RS.

Hasil tes swab ketiganya menunjukkan positif Corona.

Tinggallah di rumah itu adik ipar A yang baru berusia 16 tahun seorang diri.

Padahal, gadis itu harus menjalani isolasi mandiri karena kontak dekat dengan pasien positif.

"Dia kan masih remaja, baru lulusan SMA kemarin. Nggak bisa masak. Saya share di grup PKK mengajak warga memberi bantuan. Kalau enggak kita, siapa yang peduli sama adiknya itu."

"Alhamdullah, warga berlomba-lomba membantu,” kata Dhani yang merupakan Ketua PKK RT 02, saat berbincang dengan Tribunnews.com di rumahnya, Kamis (29/10/2020).

Baca juga: Gencarkan Gerakan Jogo Tonggo, Ganjar Pranowo: Bantuan Sosial Jangan Dipakai Rebutan, Memalukan

Karena banyaknya warga yang berebut membantu, Dhani kemudian membagi dan menjadwalkan warga yang hendak memberi jatah makan agar tidak benturan.

"Satu hari jatahnya tiga kali, langsung ngirim makanan siap santap, ditaruh di pagar."

"Saya share nomor adiknya itu ke semua warga. Jadi, kalau warga naruh makanan di pagar itu langsung di-WhatsApp, terus diambil," jelas wanita yang berprofesi sebagai Polwan di Polsek Karangpandan ini. 

Tangkap layar grup WhatsApp PKK RT 02 RW 13 Perumahan Jungke Permai. Dari grup ini, dibagi pembagian jatah makanan untuk warga yang isolasi mandiri.
Tangkap layar grup WhatsApp PKK RT 02 RW 13 Perumahan Jungke Permai. Dari grup ini, dibagi pembagian jatah makanan untuk warga yang isolasi mandiri. (Dok Dhani Kadarsih/Tangkap Layar WHatsApp)

Karena banyaknya warga yang ingin membantu, warga yang mendaftar di akhir-akhir diberi jatah untuk memberi bantuan berupa camilan, vitamin, susu dan kebutuhan lainnya.

Menguatkan Psikis

Ketua RT 02, Sariman mengatakan tidak sekedar membantu mencukupi kebutuhan makan, warga juga memberi dukungan dengan menemani saat malam hari.

"Selain dijadwalkan pemberian makan, setiap malam, piket ronda juga dialihkan di depan rumahnya dengan menggelar tikar dan tidur di situ sampai pagi. Karena yang isolasi mandiri ini kan seorang diri di rumah, jadi dia nggak berani."

"Dengan adanya ronda di depan rumah, saat dia (adik ipar A,-Red) masih dengar suara bapak-bapak sedang mengobrol, dia tenang dan akhirnya bisa tidur,” beber dia.

Ketua RT 02 RW 13 Perumahan Jungke Permai, Sariman (kanan) dan istrinya, Dhani Kadarsih (kiri) saat ditemui Tribunnews.com di kediamannya, Kamis (29/10/2020).
Ketua RT 02 RW 13 Perumahan Jungke Permai, Sariman (kanan) dan istrinya, Dhani Kadarsi (kiri) saat ditemui Tribunnews.com di kediamannya, Kamis (29/10/2020). (Dok. Tribunnews.com/Daryono)

Adapun untuk pasien positif Covid-19 yang dirawat di RS, dukungan diberikan oleh warga dengan melakukan video call secara bergantian. 

Sekedar menanyakan kabar dan memberi semangat agar cepat sembuh.

Menurut Sariman, dukungan dan support untuk warga yang positif Covid-19 maupun menjalani isolasi mandiri penting agar psikis mereka tidak menurun.

“Kalau dia kebanyakan pikiran, malah ngedrop, nanti positif kan malah repot,” ujar pria yang berprofesi sebagai PNS di Pemkab Karanganyar ini. 

Baca juga: Pantau dan Jaga Warga saat Pandemi, Ganjar Bentuk Satgas Jogo Tonggo

Sariman melanjutkan, apa yang dilakukan warga dengan memberi bantuan untuk sesama warga yang menjalani isolasi mandiri merupakan bentuk penerapan Jogo Tonggo.

Sariman sendiri merupakan pengurus Satgas Jogo Tonggo yang dibentuk di tingkat RW.

Untuk diketahui, Jogo Tonggo merupakan program penanganan Covid-19 yang diluncurkan Pemprov Jateng.

Jogo Tonggo berasal dari Bahasa Jawa yang artinya menjaga tetangga.

Penerapan Jogo Tonggo di Jungke, terang Sariman, tidak hanya dilakukan ketika ada warga yang positif Covid-19.

Upaya preventif juga sudah dilakukan antara lain dengan melakukan penyemprotan secara berkala, memantau kesehatan warga dari luar kota dan menyediakan tempat cuci tangan di fasilitas umum seperti masjid dan pos ronda.

Meski antusiasme warga dalam membantu warga terbilang tinggi, Sariman mengakui pada awalnya tidak mudah mengkondisikan warga agar tidak panik.

Pasalnya, sebelumnya, sudah dua kali muncul kasus dugaan Covid-19 yang membuat warga sempat was-was dan heboh. 

Ia dan istrinya sebagai Ketua PKK berulang kali memberikan edukasi ke warga melalui grup WhatsApp

“Karena tidak semua warga itu terima. Kadang tahu ada warga yang isolasi mandiri keluar jemur pakaian saja komplain. ‘Lho itu kok keluar rumah nanti jangan-jangan begini’."

"Kami sampaikan, virus itu memang menular tapi juga nggak semudah itu menular, misalnya dengan melihat dari jauh saja bisa tertular, kan nggak seperti itu,” jelas dia.

Kini, kata Sariman, warga sudah semakin perhatian dan memahami bagaimana memberi perlakukan apabila ada warga yang terkena Covid-19

Berkat dukungan warga, lanjut Sariman, ketiga warga yang dirawat di RS kini sudah sembuh dan diperbolehkan pulang.

Sementara, adik A juga sudah selesai isolasi mandiri dan hasil tes swabnya juga negatif.

Antisipasi Peluang Pengucilan

Tidak hanya di Kelurahan Jungke, Joggo Tonggo juga diterapkan dengan baik di RT 03 RW 12 Gatak Maron, Lingkungan Parakan, Kelurahan Bolong, Kecamatan Karanganyar.

Di lingkungan ini, terdapat kasus Covid-19 yang menimpa satu keluarga tenaga medis.

Seperti yang dilakukan di Jungke, warga secara sukarela membantu warga yang menjalani isolasi mandiri.

Tidak ada pengucilan.

"Covid-19 ini kan tidak kita minta. Jadi kita mensikapinya ya dengan memberi pengertian ke warga. Tidak boleh ada pengucilan. Harus dibantu, apa yang harus kita perbuat, apa yang mereka butuhkan kita cukupi. Itu semua kami mapping,” kata Yahya Setiawan, Ketua RT 03 saat ditemui, Sabtu (24/10/2020). 

Spanduk berisikan kewajiban untuk mengenakan masker yang terpasang di Gatak Maron, Parakan, Kelurahan Bolong, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Sabtu (24/10/2020).
Spanduk berisikan kewajiban untuk mengenakan masker yang terpasang di Gatak Maron, Parakan, Kelurahan Bolong, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Sabtu (24/10/2020). (Dok. Tribunnews.com/Daryono)

Yahya menerangkan, satu keluarga di lingkungannya yang dinyatakan positif itu merupakan keluarga dari Y, seorang perawat di RSUD DR Moewardi Solo. 

Setelah Y dinyatakan positif, tidak berapa lama istrinya juga dinyatakan positif.

Keduanya kemudian dirawat di RSUD Dr Moewardi. 

Baca juga: PSI Dukung Penerapan Jogo Tonggo di Jawa Tengah untuk Tangkal Penyebaran Corona

Setelah dilakukan tracing, dua anak dan pembantu Y harus menjalani isolasi mandiri di rumah karena melakukan kontak dekat. 

“Yang isolasi mandiri ini kan laki-laki semua (anak dari J,-Red). Tidak bisa masak. Padahal orang yang dikarantina kan tidak boleh berinteraksi dengan luar. Makanya kita harus peduli. Kemudian dari warga memberikan bantuan, bentuknya makanan siap santap setiap hari,” jelas dia.

Awalnya, pemberian makanan itu dilakukan secara acak oleh warga dan sering terjadi bentrokan.

Dari situ, Yahya kemudian melakukan evaluasi dan akhirnya dilakukan sistem bergilir.

Kearifan Lokal yang Dikembangkan

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Drajat Tri Kartono mengatakan Jogo Tonggo sebagai gerakan untuk menjaga tetangga dari bencana, dari kesulitan merupakan program yang bagus.

Ia melihat Jogo Tonggo sebagai kearifan lokal yang kemudian ditangkap dan dikembangkan oleh Gubernur Ganjar Pranowo.

“Ini kan nilai-nilai lokal, nilai-nilai kearifan lokal yang memang sudah ada di tempat kita yaitu gotong royong saling membantu, saling menolong, saling memahami situasi."

"Ini bisa menjadi langkah bagi penanganan epimedik sebagai early warning system. Jadi kalau ada masyarakat mulai sakit, segera kemudian ada social safety net (jaring pengaman sosial),” ujar dia.  

Baca juga: Relawan Satgas Covid-19: 3M Harus Tetap Dilakukan Meski Ada Vaksin

Meski demikian, Drajat mengingatkan untuk mengantisipasi adanya penerimaan yang salah dari masyarakat akibat ketimpangan pemahaman.

“Yang perlu jadi perhatian karena tingkat ketimpangan pengetahuan masyarakat yang masih berbeda sehingga seringkali itu bukannya malah dijaga tetapi malah dihindari, dikucilkan. Itu yang perlu diantisipasi,” ujar dia. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan