Kamis, 9 Oktober 2025

Mengaku Tak Peduli Meski Sering Dibully, Megawati: Saya Punya Tujuan, Negara Ini Harus Maju

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengaku tidak masalah sering dibully. Ia memiliki tujuan untuk membuat Indonesia maju.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
Tribunnews.com/ Vincentius Jyestha
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. 

Hal itu lantaran Indonesia terlalu banyak mengimpor barang-barang.

Menurutnya, ragam makanan khas Indonesia juga kalah pamor dengan makanan Korea dan Jepang yang sudah mendunia.

Pengunjung memilih buah naga untuk dijadikan oleh-oleh di Kebun Buah Naga Poernama, di Kampung Jamban Sari, Desa Bayongbong, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (5/11/2020). Buah naga sudah ada di Indonesia sejak tahun 1977, namun saat itu masih diimpor dari Thailand. Saat ini, tanaman yang awalnya ditemukan di tanah Meksiko, Amerika Tengah, itu sudah dibudidayakan, antara lain di Kebun Buah Naga Poernama, di Kabupaten Garut, sejak tahun 2017, seperti yang diungkapkan Bagus Wijanarko, penanggung jawab harian Kebun Poernama, Kamis (5/11). Tanaman buah naga cocok hidupnya di lahan kritis, bibitnya diambil dari daerah Jember, Jawa Timur. Di Kebun Poernama saat ini terdapat 2.400 tiang dengan tiang penyangga yang biasanya terbuat dari beton digantikan dengan pohon kiren agar berfungsi sebagai penjaga stabilitas tanah, dan daunnya sebagai pakan kambing ettawa yang kotorannya dijadikan pupuk pohon buah naga. Dengan tiket masuk Rp 10 ribu untuk hari biasa dan Rp 15 ribu untuk akhir pekan, pengunjung dapat menikmati pemandangan Kota Garut dari ketinggian 1.002 mdpl yang berada di kaki Gunung Cikuray. Dari Kebun Poernama pengunjung dapat membeli buah naga putih (Hylocereus undatus) dan buah naga merah (Hylocereus costaricensis). Harga buah naga merah Rp 25 ribu dan buah naga putih Rp 30 ribu. Selain kepada pengunjung, buah naga dari Kebun Poernama hanya dijual di pasar swalayan. Senang bisa mengeksplorasi dan memberi panggung bagi keunikan dan keragaman Indonesia. Tribun Jabar/Zelphi #TribunNetwork #MataLokalMenjangkauIndonesia
Pengunjung memilih buah naga untuk dijadikan oleh-oleh di Kebun Buah Naga Poernama, di Kampung Jamban Sari, Desa Bayongbong, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (5/11/2020). Buah naga sudah ada di Indonesia sejak tahun 1977, namun saat itu masih diimpor dari Thailand. Saat ini, tanaman yang awalnya ditemukan di tanah Meksiko, Amerika Tengah, itu sudah dibudidayakan, antara lain di Kebun Buah Naga Poernama, di Kabupaten Garut, sejak tahun 2017. (Tribun Jabar/Zelphi)

Baca juga: Jadi Sorotan karena Pertanyakan Sumbangsih Milenial, Megawati: Ngapain Saya Dibully? Orang Benar Kok

Mega berharap, kesejahteraan masyarakat menjadi agenda prioritas dalam pembangunan bangsa.

"Yang sayang, semangat kita membangun negeri ini. Menggampangkan."

"Apa-apa impor. Kenapa tidak ekspor? Itu sebenarnya semua perjalanan Pancasila, menyejahterakan semua masyarakat Indonesia."

"Supaya petani terangkat, supaya boganya enak-enak," kata Mega.

Megawati juga menyinggung terkait berita-berita bohong atau hoaks yang berkembang di masyarakat.

Ia merasa heran dengan anak-anak muda masa kini yang lebih percaya hoaks.

Beredar pesan di Media Sosial WhatsApp yang menyebutkan tentang aturan pembatasan usia pengunjung mal.
Beredar pesan di Media Sosial WhatsApp yang menyebutkan tentang aturan pembatasan usia pengunjung mal. (Kominfo.go.id/Dokumentasi Kominfo)

Baca juga: Pernyataan Megawati Soal Sumbangsih Anak Muda kepada Bangsa Menuai Polemik, Ini Kata Pengamat

Menurutnya, ini menunjukkan kecenderungan anak-anak muda enggan mencari tahu kebenaran sebuah informasi yang mereka temukan di dunia maya.

"Tadi saya berbicara mulai dengan Pancasila. Anak-anak muda banyak kan, karena ada internet dan sebagainya."

"Anehnya sekarang kenapa lebih percaya pada hoaks dari pada tidak menanyakan dulu apakah ini benar atau tidak. Selalu, mulai kecenderungan," ujar Mega, masih dikutip dari Kompas.com.

Ia mempertanyakan pemahaman anak-anak muda kini terhadap Pancasila.

Mega juga mengulas kisah para pejuang kemerdekaan di masa lampau yang telah memiliki pandangan jauh ke depan untuk membangun bangsa.

Sejumlah pekerja melakukan pengerjaan pada poyek pembangunan Flyover Laswi yang melintang di atas perempatan Jalan Laswi-Jalan Pelajar Pejuang 45-Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (9/11/2020). Tahap kedua proyek pembangunan Flyover Laswi ini tinggal menyisakan pengerjaan sepuluh persen lagi yang akan berakhir pada 24 Desember 2020. Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Sejumlah pekerja melakukan pengerjaan pada poyek pembangunan Flyover Laswi yang melintang di atas perempatan Jalan Laswi-Jalan Pelajar Pejuang 45-Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (9/11/2020). Tahap kedua proyek pembangunan Flyover Laswi ini tinggal menyisakan pengerjaan sepuluh persen lagi yang akan berakhir pada 24 Desember 2020. Tribun Jabar/Gani Kurniawan (Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

Baca juga: Heran Massa Rusak Fasilitas Umum Saat Demo UU Ciptaker, Megawati: Mending Bisa Kalau Diminta Ganti

Mega mencontohkan Presiden RI pertama Soekarno yang berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika pada 1955.

Padahal, kala itu kemajuan teknologi belum sebesar sekarang.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved