Kamis, 9 Oktober 2025

Jubir Prabowo Soroti Sikap Politisi yang Jadikan Momen Banjir sebagai Pemuas Kebencian Politik

Juru Bicara (Jubir) Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak soroti sikap politisi pada momen banjir.

Tribunnews.com/ Rizal Bomantama
Dahnil Anzar Simanjuntak. 

TRIBUNNEWS.COM - Juru Bicara (Jubir) Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak menyoroti adanya pemanfaatan momen banjir di sejumlah daerah untuk memuaskan kebencian politik.

Seperti kritikan yang dialamatkan kepada para gubernur, seperti Anies Baswedan di Jakarta, Ganjar Pranowo di Jawa Tengah, maupun Ridwan Kamil di Jawa Barat.

Hal itu diungkapkan Dahnil melalui cuitan akun Twitter-nya, @Dahnilanzar, Selasa (23/2/2021).

"Kebencian politik menggeser empati sebagian orang menjadi sekedar ejekan. Banjir di Jakarta dijadikan momen memuaskan kebencian politik melalui ejekan thdp @aniesbaswedan, pun demikian banjir di Jawa Tengah ejekan pun dialamatkan ke @ganjarpranowo atau di jabar ke @ridwankamil," tulis Dahnil.

Dahnil Anzar Simanjuntak di Kediaman Prabowo Subianto di Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (16/4/2019) malam.
Dahnil Anzar Simanjuntak di Kediaman Prabowo Subianto di Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (16/4/2019) malam. (Tribunnews.com/ Reza Deni)

Baca juga: Kritik Anies soal Banjir, Giring Malah Disentil Pasha Ungu soal Pengalaman Kelola Daerah

Dahnil juga mengungkapkan, sebagian orang lagi, adanya banjir yang menimpa banyak daerah itu justru menjadi "ladang amal" menghidupkan spirit ta'awun, tolong menolong atau gotong royong.

"Dengan tentu sambil menyampaikan kritik konstruktif bila memang ada yang alpha dengan kebijakan," ungkapnya.

Pitstop Politik

Lebih lanjut, Dahnil juga mengungkapkan perlu ada "pitstop" untuk saling menahan diri.

"Saya berharap setelah banyak kontestasi politik yang terus menguras rasa dan emosi, kita bisa sejenak masuk 'pitstop' berkontemplasi untuk mengubur benci."

"Sehingga politik saling ejek ini bisa berganti menjadi politik berlomba-lomba dalam kebaikan (Fastabiqul Khoirot)," ujarnya.

Pitstop politik itu, lanjut Dahnil, bukan bermakna berhenti, melainkan bekerja.

"Bekerja untuk kebaikan publik sesuai dengan kemampuan dan tanggungjawab, sambil memperbaiki semua proses politik kita yang lebih sehat dan dewasa."

"Padahal di tengah pandemi ditambah musibah banjir kita mengalami kesulitan ganda."

"Artinya, dibutuhkan kolaborasi, spirit ta'awun atau tolong menolong yang lebih besar lagi," ungkap Dahnil.

Baca juga: Sempat Terendam Banjir, Jasa Marga Buka Kembali Akses Exit Bitung Ruas Jakarta-Tangerang

Anies Dikritik Giring, Giring Dikritik Pasha

Sementara itu diberitakan sebelumnya, PLT Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Giring Ganesha disentil mantan Wakil Wali Kota Palu, Sigit Purnomo alias Pasha Ungu.

Giring awalnya mengkritik Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang dianggapnya tidak serius mengatasi persoalan banjir.

"Mas Gubernur @aniesbaswedan jangan cuma melempar kesalahan pada curah hujan dan banjir kiriman. Pada banjir kemarin, status pintu air di Bogor dan Depok normal. Artinya banjir terjadi karena Mas Gubernur Anies tidak punya rencana dan cara yang jelas untuk mengatasinya," ungkap Giring melalui unggahan Instagram, Senin (22/2/2021).

Selama tiga tahun terakhir, lanjut Giring, Anies disebut tidak pernah serius mengatasi banjir dan menyebut Anies terbukti tidak punya kapabilitas mengelola Jakarta.

"Naturalisasi sungai yang selalu digembar-gemborkan Mas Anies terbukti cuma konsep di atas kertas, tidak dikerjakan di lapangan sementara normalisasi sungai dihapuskan."

"Selain itu, menjelang musim hujan, tidak terlihat ada upaya untuk mengeruk sungai, membersihkan saluran air, dan mengecek pompa," ungkapnya.

"Anggaran Jakarta diboroskan untuk hal-hal tak perlu. Lihat saja, untuk pembayaran uang muka Formula E, mempercantik JPO, atau mengecat genting-genting rumah warga.  Dari sini, Gubernur Anies terlihat tidak mampu menyusun prioritas. Kebutuhan mendesak dinomorduakan, hal-hal bersifat kosmetik justru didahulukan," ujar Giring.

Baca juga: Curah Hujan Masih Tinggi, Ini Pesan Penting Gubernur Anies Baswedan ke Jajarannya

Baca juga: Peringatan BMKG Prediksi DKI Tetap Diguyur Hujan Sepekan ke Depan, Anies Pastikan Jajarannya Siaga

Lalu, sentilan Pasha kepada Giring ditulis melalui komentar panjang di unggahan tersebut.

Pasha menyebut penilaian Giring terhadap kapabilitas Anies Baswedan yang dianggap tidak mampu mengelola Jakarta terlalu naif dan kerdil.

"Mengelola Jakarta tidak semudah bro mengkritik di medsos," ujar Pasha.

Pasha mengungkapkan memang benar Pemda DKI Jakarta perlu memberikan ekstra perhatian khusus terkait program penanganan banjir berikut how to solve the problem.

"Bahkan bila perlu ada tim satgas banjir yang dibentuk dalam mengantisipasi kejadian banjir yang terus berulang hampir setiap tahunnya," ujar Pasha.

Sigit Purnomo alias Pasha Ungu Mercure Hotel Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Kamis (28/11/2019) malam.
Sigit Purnomo alias Pasha Ungu Mercure Hotel Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Kamis (28/11/2019) malam. (Warta Kota/Feryanto Hadi)

Baca juga: Anies Baswedan Klaim Banjir Jakarta 100 Persen Surut, Kegiatan Perekonomian Bisa Kembali Berlangsung

Baca juga: Anies Baswedan Sebut Tergenangnya Jalan Sudirman Akibat Kiriman Air dari Depok Lewat Kali Krukut

Pasha juga menyampaikan saran kepada anggota DPRD DKI Jakarta untuk membuka kembali blue print perencanaan pembangunan Ibu Kota Jakarta sejak zaman Belanda.

Lebih lanjut, Pasha menilai kata kapabilitas kata kapabilitas yang disampaikan Giring sangat bias dan tidak tepat.

"Sebab persoalan Jakarta tidak hanya banjir, hari ini ada pandemi, ada persoalan kemiskinan baru dampak dari pandemi ada persoalan pemulihan ekonomi ada persoalan pembangunan juga pembenahan serta dekorasi kota yang juga tidak bisa ditinggalkalkan begitu saja."

"Semua harus diselesaikan setidaknya secara linier/paralel, kalau kemudian persoalan banjir melahirkan pendapat terkait kapabilitas secara menyeluruh saya pribadi tidak sepakat," ungkapnya.

Pasha juga menyarankan agar Giring lebih bijak dalam berkomentar.

"Selaku pemimpin partai di republik ini sejatinya saudaraku Giring harus lebih bijak melihat situasi bangsa kita yang sedang ‘sakit’ dan ‘sulit’."

"Setidaknya narasi yang dibangun harusnya menenangkan tidak ‘meresahkan’ apalagi sampai ke persoalan penilaian ketidakmampuan seseorang."

"Bukankah bro Giring pun tidak dalam kapasitas menilai seperti itu? Apakah bro Giring sudah pernah teruji mengelola sebuah kota/daerah atau bahkan kelurahan? Mohon maaf kalau saya keliru berpendapat bro ketum," tulis Pasha.

(Tribunnews.com/Gilang Putranto)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved