Mengenal Pakaian Adat Suku Baduy di Banten, Berikut Penjelasan dan Jenis-jenisnya
Berikut ini penjelasan mengenai pakaian adat Suku Baduy di Banten, beserta jenis-jenis pakaiannya.
Penulis:
Yurika Nendri Novianingsih
Editor:
Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia kaya akan keberagaman, mulai dari suku, budaya, ras, dan agama.
Setiap suku atau daerah memiliki baju adat yang khas.
Salah satunya adalah Suku Baduy yang berasal dari Provinsi Banten.
Suku Baduy merupakan suku asli Sunda yang tinggal di Desa Kanekes, Leuwidamar, Banten.
Masyarakat Suku Baduy memiliki aturan adat yang kuat.
Baca juga: Pakai Baju Adat Suku Baduy, Presiden Jokowi Tiba di Kompleks Parlemen
Baca juga: Daftar Nama Pakaian dan Rumah Adat di Indonesia, Beserta Asal Daerahnya
Aturan ini mencakup semua kegiatan, tingkah laku, serta barang yang digunakan.
Begitu juga dengan pakaian yang melekat pada masyarakat Suku Baduy.
Pakaian atau baju adat Suku Baduy telah menjadi ciri khas masyarakat karena warna dan desainnya yang sederhana.
Dikutip dari indonesiakaya.com, warna hitam dan putih menjadi warna yang dominan dalam pakaian adat Suku Baduy.
Proses Pembuatan Baju Adat Suku Baduy
Baju adat Suku Baduy terbuat dengan bahan yang didapat dari alam sekitar.
Hal ini mudah saja karena pegunungan yang kaya hasil alam telah menjadi tempat tinggal Suku Baduy sejak bertahun-tahun lamanya.
Proses dimulai dari menanam biji kapas hingga panen.
Selanjutnya, proses memintal kapas hingga menjadi benang.
Kapas yang telah menjadi benang selanjutnya ditenun oleh kaum perempuan Suku Baduy hingga menjadi bahan.
Bahan inilah yang nantinya akan dibuat menjadi baju adat dan dipakai sehari-hari untuk beraktivitas.
Jenis Pakaian Adat Suku Baduy
Pakaian untuk laki-laki Suku Baduy disebut dengan jamang sangsang.
Baju ini berlengan panjang dengan cara pakai hanya disangsangkan atau hanya dilekatkan pada tubuh.
Desain baju sangsang berlubang pada bagian leher sampai dada serta tidak menggunakan kerah, kancing, dan kantong.

Baju adat ini didominasi dengan warna putih dan tidak boleh dijahit menggunakan mesin jahit.
Warna putih pada baju diartikan dengan kehidupan mereka yang suci dan tidak terpengaruh budaya luar.
Warna ini hanya dikhususkan bagi Suku Baduy Dalam.
Berbeda dengan masyarakat Baduy Luar, Mereka menggunakan baju kampret bewarna hitam atau biru tua.
Baju adat masyarakat Baduy Luar juga sudah terpengaruh budaya luar, terlihat dari kantong dan kancing yang digunakan dalam mendesain baju.
Pada bagian bawah atau celana, Suku Baduy hanya menggunakan kain bewarna biru kehitaman yang dililitkan pada bagian pinggang.
Celana ini diikat dengan selembar kain yang berfungsi sebagai ikat pinggang.
Sedangkan di bagian atas, kain ikat kepala digunakan sebagai penutup.
Ikat kepala ini dibedakan dengan warna putih dan biru tua.
Untuk putih diperuntukkan bagi Suku Baduy Dalam sedangkan warna biru tua bercorak batik menjadi ikat kepala yang digunakan Suku Baduy Luar.

Umumnya Suku Baduy baik luar maupun dalam selalu membawa bedog atau golok dalam kesehariannya.
Aksesoris lainnya sebagai tambahan pakaian adat Suku Baduy yaitu tas yang terbuat dari kulit kayu pohon terep.
Tas yang disebut koja atau jarog ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Suku Baduy.
Karena tas ini berfungsi sebagai tempat menyimpan perlengkapan yang dibutuhkan suku yang mendiami wilayah Banten ini.
Untuk kaum perempuan Suku Baduy, pakaian adatnya hanya berupa kain atau semacam sarung bewarna biru kehitam-hitaman.
Kain ini berupa kebaya dengan motif batik yang dipakai dari tumit hingga ke dada.
Perbedaan yang paling mencolok terlihat jika pakaian ini dipakai oleh perempuan yang sudah menikah dan belum.
Jika yang sudah menikah baju terlihat terbuka di bagian dada sedangkan untuk perempuan yang belum menikah maka bagian dada akan tertutup.
(Tribunnews.com/Yurika) (IndonesiaKaya.com/Riky)