Rabu, 3 September 2025

Gejolak di Partai Demokrat

Yusril: Saya Tak Minta Bayaran Saat Bela Ibas

Advokat Prof Yusril Ihza Mahendra disebut-sebut tak merapat ke Partai Demokrat kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dikarenakan honor lampaui batas.

Tangkapan Layar Youtube Tribunnews
Advokat Yusril Ihza Mahendra saat wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribunnetwork Febby Mahendra Putra dan News Manager Tribunnetwork Rachmat Hidayat, Rabu (13/10/2021). 

Saya juga tidak menjadi bagian dari Jokowi, saya bukan orang pemerintah, saya berada di luar pemerintah dan tidak ada argumen didalam permohonan ke MA itu menguji dengan kemauannya pemerintah. Yang diuji itu adalah UUD 1945 secara tidak langsung, karena ini pengujian peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang maka batu ujinya adalah UU.

Dan dua UU yang dijadikan sebagai batu uji utama adalah produk yang dibuat oleh pemerintah SBY sendiri. Saya balik bertanya kepada Benny Harman, anda ini ngomong bisa jadi kejebak sendiri. Karena saya uji ini pakai UU yang dibuat pak SBY, berarti yang Hitler itu ya pak SBY itu sendiri, itu konsekuensi dari omongan anda sendiri.

Jubir Demokrat Herzaky menyebut Anda pernah diajak komunikasi dengan DPP Partai Demokrat, tapi tidak deal karena honor mencapai Rp100 miliar? Bagaimana ceritanya?

Sebenarnya saat kisruh ini terjadi ada anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat yang menghubungi saya. 'Bagaimana kalau Bang Yusril membantu kami ini'. Saya bilang ya cobalah kita jajaki, kita bahas bersama-sama. Sesudah itu juga ada melalui orang-orang, melalui teman-teman saya dan orang yang saya kenal, yang mengajak bagaimana kalau saya menjadi lawyer Partai Demokrat.

Beberapa kali mereka sudah mengadakan suatu pertemuan, tapi saya katakan sudah lebih satu tahun bekerja dari rumah dan saya tidak keluar rumah, tidak bertemu orang. Jadi saya minta maaf kecuali ada pertemuan secara virtual barangkali saya bisa hadir, tapi itu tidak pernah terjadi karena mereka menghendaki adanya pertemuan secara langsung.

Baca juga: Yusril Ihza Mahendra: Yang Hitler Itu Saya atau Pak SBY?

Bahkan ada teman yang mengaku katanya bagaimana kalau saya bertemu langsung dengan AHY, tapi itu juga tidak pernah terjadi. Jadi tidak pernah satu kalipun saya bertemu dengan pimpinan Partai Demokrat, anggota DPR Partai Demokrat, secara fisik saya nggak pernah sama sekali. Yang pakai telpon itu ngomong hanya anggota DPR, AHY-nya juga tidak pernah ada komunikasi dengan saya melalui telpon ataupun virtual, dengan pak SBY juga tidak, siapapun juga tidak ada.

Hanya melalui orang saja bahwa yang saya ramai-ramai itu kan bisa saja ngomong. Eh boleh dong kalau pak Yusril maju tapi beliau minta bayarannya berapa Rp100 miliar itu bisa saja begitu. Tapi kita harus paham bahasa Indonesia itu kadang-kadang bersayap, kadang memang orang itu ngomong Rp100 miliar itu benar-benar Rp100 miliar.

Tapi bisa juga orang itu sebenarnya dia nggak mau membantu orang itu, lalu menawarkan sesuatu yang seperti yang dibilang tadi tidak masuk akal dan kemudian menyampaikan bahwa angka seperti itu.

Tapi saya pikir wajar-wajar saja kalau misalnya advokat itu minta fee kepada calon klien, biasa ya bernegoisasi. Sebab kan penegak hukum ada beberapa, ada Jaksa, polisi, hakim, dan advokat. Yang tiga ini dibiayai oleh negara pakai uang rakyat, tapi advokat kan tidak. Advokat itu kan dibayar oleh kliennya, berapa jumlah bayaran antara advokat dengan klien itu negosiasi mereka sebagai suatu kesepakatan. Jadi kalau klien itu minta fee kepada klien itu sah saja, yang tidak boleh itu orang jadi pejabat, anak presiden, istri presiden, minta fee proyek nah itu yang nggak boleh, advokat mah boleh aja.

Hanya saja kok kemudian dibesar-besarkan setiap hari, ya sudah jadinya bagus juga bagi saya, jadi orang tahu wah yusril nggak sembarangan. Bahkan ada yang bilang sama saya nih anda mengalahkan six million dollars men katanya kan, jadi anda sekarang seven million dollars lawyers lebih hebat anda katanya. Sekarang ya biarin saja saya bilang, kalau orang ngomong begitu ya nggak apa-apa, mudah-mudahan menjadi doa dan saya mendapat rezeki Rp100 miliar syukur alhamdulillah.

Ada yang bilang empat orang biasa kader Demokrat dapat bantuan hukum dari Anda karena ada invisible power memberi dukungan? Tanggapan Anda?

Tanya saja sama pak SBY. Pak SBY kan pernah minta tolong sama saya untuk menangani kasus Ibas. Terus saya minta bayaran berapa dari Pak SBY? Nol rupiah.

Jadi tidak harus Anda mematok tarif tertentu?

Baca juga: Yusril: Sempat Ada Anggota DPR Fraksi Demokrat yang Hubungi Saya, Bagaimana Jika Abang Bantu Kami?

Tidak, Ibas saja pada waktu itu menanyakan kepada saya, 'pak Yusril kita bikin kontrak deh bagaimana?' Saya bilang nggak enak lah dengan beliau, ya sudahlah ya, ini kan dasarnya persahabatan, membantu saya kepada beliau, nggak usah lah kita bicara-bicara. Disana Maqdir Ismail, ada pertemuan di rumah pak SBY, ada almarhumah bu Ani, ada Amir Syamsuddin, ya coba ditanya sama mereka saya minta fee berapa kepada pak SBY.

Kasus yang saya bela seperti kasus luar batang ketika menjelang Pilgub DKI. Habis-habisan saya bertempur membela luar batang itu, yang lain-lain yang datang ke luar batang itu nggak ada urusannya sama pembelaan itu, cuma cari panggung saja, baik AHY maupun Anies Baswedan datang ke situ nggak ada apa-apanya. Luar batang itu dari awal saya bela dan tak ada sepeser pun mereka bayar kepada saya.

Halaman
123
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan