Erupsi Gunung Semeru
Erupsi Gunung Semeru 2021 Berbeda dengan Letusan Merapi 11 Tahun Silam, Ini Kata Mbah Rono
Erupsi unung Semeru yang terjadi pada awal Desember 2021 berbeda dengan erupsi Merapi 11 tahun silam.Ahli Vulkanologi Surono berikan penjelasan.
Editor:
Anita K Wardhani
"Yang berkepanjangan nanti adalah lahar hujannya, tidak selesai-selesai selama musim hujan ada. Bersabar saja sampai betul-betul dingin kemudian potensi air hujannya tidak memicu lahar hujan," ucap Surono.
Diketahui, Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur mengalami guguran awan panas, Sabtu (4/12/2021) sore.
Material vulkanik yang terpantau pukul 15.20 WIB mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.
Akibatnya, warga yang terkena dampak letusan harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Meskipun demikian, terdapat beberapa orang yang tewas dan hilang akibat peristiwa ini.
Tanda Alam Semeru Akan Meletus
Alam selalu memberi tanda jika gunung berapi akan meletus.
Disampaikan Ahli Kebencanaan UPN Veteran Yogyakarta Eko Teguh Slamet, tanda yang diberikan alam salah satunya adalah hujan dengan intensitas tinggi atau hujan di hari yang sama.
Eko menjelaskan bahwa fenomena gunung Semeru meletus kemarin merupakan erupsi sekunder. Dia berkata, erupsi sekunder selalu terjadi di musim penghujan.

Dalam wawancara dengan Kompas TV, Minggu (5/12/2021), Eko mengatakan bahwa setiap gunung api memiliki kecenderungan yang berbeda ketika erupsi atau meletus.
"Kalau (Gunung) merapi (erupsi) berupa guguran kubah, kalau di semeru gugurannya kubah dan produk erupsi," ungkap Eko dalam wawancara dengan Kompas TV, Minggu (5/12/2021) pagi.
Seperti diketahui, Desember 2020 Gunung Semeru pernah erupsi dan di tahun ini Semeru meletus lagi.
Dia menjelaskan, dari erupsi yang pertama, material-material erupsi dapat berkumpul di puncak gunung karena hujan dan menyebabkan erupsi sekunder.
"Nah, gejala-gejala ini yang perlu dicermati kalau ada akumulasi kubah selama proses satu dua tahun sebelumnya dalam jumlah yang besar dan belakangan jumlahnya meningkat karena hujan deras, maka potensi erupsi bisa terjadi," jelas Eko.
"Seperti halnya yang terjadi pada Desember tahun lalu dan sekarang terjadi lagi, tapi dengan jumlah volume yang berbeda."