Selasa, 9 September 2025

Virus Corona

Omicron Bisa Terdeteksi dengan Tes WGS atau PCR SGTF, Ini Penjelasan Menkes Budi

Omicron bisa terdeteksi dengan Tes WGS atau PCR SGTF, inilah Penjelasan Menteri Kesehatan RI. Covid-19 Omicron menyebar di 97 Negara per minggu lalu.

Freepik.com
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron. - Omicron bisa terdeteksi dengan Tes WGS atau PCR SGTF, inilah Penjelasan Menteri Kesehatan RI. Covid-19 Omicron menyebar di 97 Negara per minggu lalu. 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan penyebaran Omicron meningkat dari 72 negara menjadi 97 negara pada minggu lalu.

"Sudah terbukti tingkat kemampuan netralisasi virus pasca imunisasi dan vaksinasi menurun terhadap Omicron dibanding varian lain," terangnya dalam konferensi Pers virtual melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden pada Senin (20/12/2021) malam.

Ada kemungkinan besar orang yang sudah divaksinasi lengkap maupun booster tetap tertular Omicron.

"Di Indonesia, kita sudah sampaikan bahwa ada office boy yang kena, sekarang kita sudah dapat mengonfirmasi tenaga kebersihan tersebut terkenanya pada 8 Desember, berasal dari pelaku perjalanan luar negeri, seorang wanita Indonesia yang datang pada 27 November dari Nigeria," kata Budi.

Baca juga: Kasus Global Omicron Meningkat, Pemerintah Perketat Jalur Masuk Darat dan Laut ke Indonesia

Baca juga: Antisipasi Omicron, WNA dari 13 Negara Dilarang Masuk ke Indonesia, Ini Daftarnya

Budi menegaskan, Indonesia perlu memperketat kedatangan luar negeri dan karantina agar kasus yang datang dari luar negeri dapat terdeteksi.

Adapun metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi varian Omicron adalah dengan tes WGS (Whole Genome Sequencing) atau PCR SGTF/S Gene Target Failure.

"PCR dengan SGTF (yang berfungsi sebagai marker) tidak 100 persen seperti WGS, namun kemungkinan besar dapat mendeteksi Omicron dalam waktu 4-6 jam saja, sedangkan WGS membutuhkan waktu 3-5 hari," jelas Menkes.

Kasus Omicron di Indonesia

Seorang anak yang terkonfirmasi positif covid-19 saat bermain dengan mobil-mobilannya ketika menjalankan isolasi di Wisma Atlet Jakarta, Sabtu (3/7/2021). TRIBUNNEWS/JEPRIMA
Seorang anak yang terkonfirmasi positif covid-19 saat bermain dengan mobil-mobilannya ketika menjalankan isolasi di Wisma Atlet Jakarta, Sabtu (3/7/2021). TRIBUNNEWS/JEPRIMA (/JEPRIMA)

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali melaporkan dua pasien konfirmasi varian Omicron pada Jumat (17/12/2021).

Laporan tersebut menambah jumlah kasus Omicron di Indonesia menjadi tiga kasus, dikutip dari laman Kemenkes.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmidzi, M.Epid mengatakan, dua pasien tersebut diektahui dari hasil pemeriksaan sampel 5 kasus probable Omicron, bagi WNI yang baru kembali dari luar negeri.

“Dua pasien terkonfirmasi terbaru adalah IKWJ, 42 tahun, laki-laki, perjalanan dari Amerika Selatan serta M, 50 tahun, laki-laki, perjalanan dari Inggris."

"Saat ini keduanya sedang menjalani karantina di Wisma Atlet,” ungkap dr Nadia, Jumat lalu.

Baca juga: Vaksin dan Disiplin Protokol Kesehatan Jadi Kunci Cegah Penularan Omicron Meluas

Baca juga: Imbas Penyebaran Omicron, Negara yang Dilarang Masuk ke Indonesia Bertambah: UK, Norwegia, & Denmark

Adapun pasien Omicron pertama terkonfirmasi pada Kamis lalu atas inisial N, seorang pekerja pembersih di Wisma Atlet Kemayoran.

N tertular Omicron dari WNI pelaku perjalanan yang pulang dari Nigeria dan menjalani karantina di Wisma Atlet. 

Temuan pertama tersebut merupakan hasil pemeriksaan khusus SGTF yang dilakukan oleh Badan Litbang Kesehatan pada tanggal 14 dan 15 Desember lalu.

Kedua pasien terbaru terkonfirmasi Omicron setelah menjalani karantina wajib 10 hari setelah kembali dari luar negeri.

Masyarakat diimbau tidak melakukan perjalanan ke luar negeri 

dr. Nadia menghimbau masyarakat agar tetap waspada dan tidak melakukan perjalanan ke luar negeri terlebih dahulu, karena laju penyebaran Omicron terbukti sangat cepat.

“Indonesia adalah salah satu negara paling aman dari Covid-19."

"Jika kita keluar negeri, maka kita akan keluar dari zona aman menuju zona berbahaya. Jika kembali, nanti akan berpotensi membawa Omicron ke Indonesia dan pastinya akan merusak situasi yang sudah kondusif ini,” tutur dr. Nadia.

Baca juga: Menkes Sebut Kasus Pertama Omicron Indonesia Ditularkan WNI yang Datang dari Nigeria

Baca juga: WHO: Omicron Lebih Cepat Menyebar dari Delta, Orang yang Sudah Vaksin dan Penyintas Dapat Terinfeksi

“Penting sekali bagi kita untuk saling menjaga orang-orang terdekat agar tidak tertular COVID-19, terlebih dengan adanya varian Omicron saat ini," tegasnya.

Sementara itu, melihat pada kondisi di luar Indonesia, Afrika dan Amerika saat ini mengalami lonjakan kasus yang tajam, hampir mencapai rekor tertinggi seiring dengan menyebarnya varian Omicron.

Disebutkan Omicron memiliki daya tular lima kali lipat dari varian Delta.

Varian Delta pernah menggiring Indonesia ke rekor tertinggi penularan Covid-19 di Mei dan Juni 2021 yang mengakibatkan membludaknya pasien di fasilitas kesehatan.

Pemerintah memprediksi arus balik WNI dari luar negeri akan mencapai puncaknya dalam seminggu ke depan, yaitu minggu pertama dan kedua Januari 2022, seiring berakhirnya Libur Nataru.

Baca juga: Cara agar Terhindar dari Omicron, Varian yang Diklaim WHO Menyebar Sangat Cepat

Baca juga: Luhut Sebut Pemerintah akan Pertimbangkan Tingkatkan Masa Karantina Jadi 14 Hari Jika Omicron Meluas

Bagaimana gejala infeksi Covid-19 Omicron?

Gejala pasien positif varian Covid-19 Omicron mirip dengan gejala Covid-19 dari yang ringan hingga berat, yaitu disertai pilek.

Namun, tidak semua orang yang terinfeksi varian Omicron menunjukkan gejala yang sama, atau bahkan tidak bergejala.

Para ahli memperingatkan, gejala tersebut dapat dengan mudah disalahartikan sebagai penyakit ringan sehari-hari.

Studi Zoe Covid di Inggris menganalisis ribuan gejala Covid-19 yang diunggah ke aplikasi oleh publik Inggris (Zoe Covid app), dikutip dari cnbc.com.

Gejala Ringan seperti Penyakit Biasa

Kejadian pendarahan otak yang dialami komedian Tukul Arwana hingga dilarikan ke RS PON memberi peringatan kepada kita agar alert, bisa membedakan rasa sakit kepala biasa dengan sakit kepala yang berbahaya.
Ilustrasi sakit kepala. (The Conversation)

Menurut penelitian Zoe Study, mereka menganalisis gejala yang terkait dengan kasus Covid-19 di London yang dicatat selama dua minggu secara terpisah pada bulan Oktober dan Desember, yaitu sebelum dan setelah Omicron menyebar di London.

Analisis awal ini menemukan kesamaan antara Delta dan Omicron.

Hasil analisis menunjukkan, varian Omicron belum bermutasi kembali menjadi gejala yang lebih mirip flu dari jenis Covid-19 sebelumnya.

Baca juga: WHO: Ada Bukti Sebaran Omicron Lebih Cepat, Pengaruhi Orang yang Divaksinasi dan Pulih dari Covid-19

Baca juga: Omicron Makin Meluas, Indonesia Tambah Daftar Larangan Masuk WNA, Masa Karantina Akan Diperpanjang

Tim peneliti mengatakan, ada lima gejala teratas yang dilaporkan di aplikasi Zoe dalam dua minggu yang berbeda, yaitu:

1. Pilek

2. Sakit kepala

3. Kelelahan (baik ringan atau berat)

4. Bersin

5. Sakit tenggorokan

London dipilih untuk analisis Zoe karena prevalensi Omicron yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain.

Varian Omicron menjadi jenis varian Covid-19 yang dominan di London, sehingga dapat menyebabkan infeksi yang lebih luas di Inggris.

Para ahli memperkirakan fenomena ini kemungkinan akan terulang di negara-negara lain di seluruh dunia.

Profesor Tim Spector, ilmuwan utama di aplikasi Zoe Covid Study, mengatakan ada risiko kasus Omicron potensial bisa disalahartikan sebagai pilek ringan, karena itu, masyarakat diimbau untuk selalu waspada.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Covid-19 Varian Omicron

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan