Minggu, 7 September 2025

Bursa Capres

Survei SMRC: Elektabilitas Prabowo Dipepet Ganjar, Nama Ahok Masuk Bursa Capres 2024

Dari hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga, nama Prabowo dan Ganjar terus bergantian menduduki posisi puncak elektabilitas capres 2024.

kolase tribunnews
Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terus bersaing ketat dalam hal elektabilitas sebagai calon presiden (capres) 2024.

Dari hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga, nama Prabowo dan Ganjar terus bergantian menduduki posisi puncak elektabilitas capres 2024.

Yang teranyar, survei yang dilakukan lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menjunjukkan elektabilitas Ganjar mengalami peningkatan dan memepet elektabilitas Prabowo.

Data itu disajikan SMRC dalam rilis hasil survei terbarunya berjudul “Prospek Partai Politik dan Calon Presiden: Kecenderungan Perilaku Politik Pemilih Nasional”.

Baca juga: Survei SMRC: Capres dari Ketum dan Pimpinan Parpol, Elektabilitas Prabowo Paling Tinggi, Disusul AHY

Dalam survei ini, SMRC memaparkan capaian elektabilitas capres 2024. SMRC mendapat temuan data bahwa pada Maret 2020 elektabilitas Ganjar 6,9 persen, namun meningkat menjadi 19,2 persen pada Desember 2021.

”Dalam simulasi semi terbuka, pada survei Maret 2020 elektabilitas Ganjar 6,9 persen. Setahun kemudian, Maret 2021, dukungan pada Ganjar menjadi 8,8 persen. Dukungan ini meningkat menjadi 12,6 pada Mei 2021. Dan terus menanjak pada September dan Desember 2021, masing-masing 15,8 dan 19,2 persen,” kata Direktur Eksekutif SMRC, Sirojudin Abbas, Selasa (28/12/2021).

Tak hanya Ganjar, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga mengalami kenaikan elektabilitas sebanyak 3,3 persen dalam periode yang sama, walaupun tidak sekuat Ganjar.

“Anies naik dari 10,1 persen pada Maret 2020 menjadi 13,4 persen pada Desember 2021,” lanjutnya.

Berbeda dengan dua tokoh di atas, survei SMRC justru melihat tren elektabilitas Prabowo cenderung stagnan. Kenaikan elektabilitas dari Maret 2020 hingga Desember 2021 tercatat hanya sebesar 0,2 persen.

”Dukungan kepada Prabowo tidak banyak berubah. Dari 19,5 persen pada Maret 2020 menjadi 19,7 persen pada Desember 2021,” kata Abbas.

Baca juga: Gerindra Aceh Deklarasi Prabowo Capres 2024, Muzani: Beliau Seorang Pejuang

Itu artinya elektabilitas Prabowo dan Ganjar hanya berselisih 0,5 persen. Kemudian pada simulasi 15 nama, posisinya tidak berubah.

Prabowo bersaing dengan Ganjar, dibayang-bayangi Anies.

Yang menarik dari survei SMRC ini, di tengah persaingan tiga nama itu, mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok juga masuk dalam bursa calon presiden pada Pilpres 2024.

Nama Ahok muncul pada simulasi semi-terbuka. Ia menempati urutan ketujuh dari 43 nama kandidat, bersaing di papan tengah dengan Ketua Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.

"Agak sedikit jauh di bawah lima persen Pak AHY 3,7 persen, Sandiaga Uno 3,5 persen, Ridwan Kamil 3,3 persen, dan Basuki Tjahaja Purnama 3 persen," kata Sirojudin.

Meski demikian, SMRC tak banyak membahas kemunculan nama Ahok.

Bahkan, nama Ahok tidak dimasukkan di simulasi tertutup 15 nama kandidat.

Survei terbaru SMRC ini dilakukan pada 8-16 Desember 2021 melalui wawancara langsung.

Jumlah sampel awal 2.420 yang dipilih secara acak (multistage random sampling) dari seluruh populasi Indonesia yang berumur minimal 17 tahun atau sudah menikah.

Response rate dari survei sebesar 2.062 atau 85%, sedangkan margin of error dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 2,2 % pada tingkat kepercayaan 95%.

Terkait elektabilitas Ganjar sebagai capres, Sirojuddin menyebut elektabilitas Gubernur Jawa Tengah itu tak terpengaruh signifikan ketika disimulasikan melawan paslon Prabowo Subianto-Puan Maharani.

"Ada kecenderungan Ganjar di atas Prabowo bila calon hanya mereka. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar tidak terpengaruh oleh pencalonan Prabowo oleh PDIP maupun pencalonan Prabowo-Puan oleh PDIP," ujar Sirojuddin.

"Dengan kata lain, PDIP tidak menggoyahkan pemilih untuk memilih Ganjar," sambungnya.

Sirojuddin memaparkan, pada eksperimen pertama, sebanyak 42 persen responden memilih Ganjar jika Gubernur Jawa Tengah itu melawan Prabowo di Pilpres 2024.

Sementara itu, sebanyak 40 persen memilih tidak akan mendukung Ganjar.

Kemudian, pada eksperimen selanjutnya, disimulasikan Ganjar yang bukan diusung oleh PDIP melawan Prabowo yang dicalonkan PDIP.

Pada eksperimen ini, sebanyak 41 persen akan memilih Ganjar, 39 persen memilih tak akan mendukung Ganjar.

"Jika pemilihan presiden diadakan saat ini dan PDIP tidak mencalonkan Ganjar, Ganjar justru dicalonkan oleh partai lain dan PDIP mencalonkan Prabowo, apakah pemilih akan memilih Pak Ganjar? 'Ya' sebanyak 41 persen dan 'tidak' 39 persen, tidak jauh berbeda dengan yang pertama," papar Sirojuddin.

Lalu apa yang terjadi jika Ganjar tak mencalonkan diri atau tak dicalonkan sebagai presiden di 2024?

Menurut Sirojudin, jika hal itu terjadi, maka Prabowo dan Anies yang akan bersaing ketat.

”Dalam simulasi semi terbuka 43 nama, Ganjar dapat dukungan 27,9%, Prabowo 15,1% dan Anies 14,7%.

Jika calon dikurangi jadi 15 nama, Ganjar unggul dengan 32,2%, Prabowo 17%, Anies 16,3%,” kata Sirojudin.

“Ganjar sementara konsisten unggul dari Prabowo dan Anies di berbagai simulasi. Jika dikerucutkan, warga cenderung bergeser ke Ganjar. Bila Ganjar tidak maju, maka persaingan Anies dan Prabowo akan ketat,” imbuhnya.(tribun network/den/dod)

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan