Minggu, 28 September 2025

Pembelajaran Tatap Muka

Antisipasi Munculnya Klaster di Sekolah saat PTM Terbatas, Ini yang Dilakukan Kemendikbudristek 

Sekjen Kemendikbud-Ristek mengatakan pihaknya menerapkan protokol kesehatan ketat untuk mencegah dan menanggulangi munculnya klaster di sekolah.

Tribunnews/JEPRIMA
Siswa mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SDN Cipinang Melayu 05, Jakarta Timur, Senin (3/1/2022). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta resmi menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan kapasitas 100 persen di seluruh sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Proses PTM 100 persen murid setiap kelas ini sudah diberlakukan seperti belajar mengajar umumnya sebelum ada pandemi Covid-19. Hanya saja, waktu proses belajar mengajar kali ini masih dibatasi. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas mulai dilaksanakan pada Januari 2022.

Hal itu sesuai dengan isi dari Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tentang Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 yang diterbitkan tanggal 21 Desember 2021.

Sekretaris Jenderal Kemendikbud-Ristek Suharti mengatakan pihaknya menerapkan protokol kesehatan ketat untuk mencegah dan menanggulangi munculnya klaster di sekolah saat PTM Terbatas.

Satu di antara usaha tersebut adalah dengan pemantauan penyebaran Covid-19 menggunakan teknologi berupa QR Code.

"Kita mendorong penggunaan teknologi untuk memantau perkembangan pandemi di masing-masing satuan pendidikan. Sebagai contoh kita sudah punya QR Code di masing-masing sekolah," kata Suharti, Senin (3/1).

Baca juga: 2022 Mulai PTM Terbatas, Kemendikbudristek Pastikan SKB 4 Menteri Disusun dari Masukan Banyak Unsur

Dengan pemanfaatan teknologi itu, Suharti memaparkan tiap sekolah mampu mendapatkan notifikasi siapa saja yang sudah dan belum divaksinasi dalam satuan pendidikan tersebut.

Bahkan, jikalau ada yang terpapar, sekolah akan mendapatkan notifikasi sehingga bisa ditindaklanjuti dan dipantau lebih lanjut oleh dinas kesehatan dan dinas pendidikan.

Suharti mengharapkan pemantauan via teknologi QR Code ini dapat memberikan jaminan keselamatan bagi warga satuan pendidikan selama PTM Terbatas diterapkan.

"(Teknologi itu) Memastikan bahwa mereka mereka yang terpapar atau mereka yang menjadi kontak erat bisa kemudian ditindaklanjut satuan kesehatan terdekat," katanya.

"Mudah-mudahan dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, dengan adanya teknologi yang kita gunakan tersebut kita dapat memastikan bahwa anak-anak kita, guru-guru kita, satuan pendidikan kita dan bahkan keluarga kita menjadi terlindungi secara lebih baik lagi," imbuhnya.

Baca juga: Jakarta PTM 100 Persen, Ini Aturan Jika Orang Tua Ingin Anak Sekolah Daring

Berkaca pada pengalaman PTM sebelumnya, Plt Dirjen Kesmas Kementerian Kesehatan drg. Kartini Rustandi, M. Kes menilai banyak kasus penularan di sekolah terjadi akibat longgarnya protokol kesehatan.

Terlebih lagi saat ini varian Omicron sudah masuk ke Indonesia.

"Yang paling sering adalah protokol kesehatan yang longgar. Artinya pada awalnya sudah ada PeduliLindungi, ada pemeriksaan suhu. Tetapi ketika dia bermain, dia tidak memasang maskernya dengan baik, tidak menjaga jarak. kemudian ruangan diisi dengan orang yang cukup padat, itu berarti protokol kesehatan tidak dilakukan dengan baik," kata Kartini.

Oleh karenanya, Kartini menyampaikan sejumlah titik kritis yang harus dicermati guna memastikan PTM Terbatas berjalan aman.

Salah satunya adalah aliran udara yang kurang bagus di satuan pendidikan, seperti aktivitas indoor.

"Banyak sekolah yang aliran udaranya kurang bagus, atau kalau menggunakan AC maka alirannya cuma di dalam situ. Nah ini harus ada aliran udara bebasnya, jendela perlu dibuka. Memang agak lebih panas sedikit, tetapi ini perlu," katanya.

Baca juga: Kemendikbudristek: Pemda Tak Boleh Larang Sekolah Gelar PTM Terbatas

Selanjutnya terkait dengan durasi berkumpul dan jarak satu sama lain. Kartini menegaskan peserta didik diperbolehkan untuk berkumpul namun tidak dalam rentang waktu lama dan tetap harus menjaga jarak.

Dia mencontohkan beberapa kegiatan yang perlu mendapat perhatian dan pengawasan, antara lain ketika berolahraga, upacara, menunggu antrian di toilet, hingga ketika peserta didik menunggu jemputan dari orang tuanya.

Kemudian, kata Kartini, perlu dipastikan bagaimana penggunaan masker para peserta didik dan tenaga kependidikan.

Harus dipastikan mereka bukan hanya menggunakan masker, melainkan menggunakan masker yang baik dan benar.

"Menggunakan masker yang baik dan benar adalah menutupi hidung dan mulut. Karena penularan terjadi dengan droplet yang bisa masuk lewat hidung atau mulut," jelasnya.

Siswa mencuci tangan dengan sabun sebelum mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SDN Cipinang Melayu 05, Jakarta Timur, Senin (3/1/2022). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta resmi menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan kapasitas 100 persen di seluruh sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Proses PTM 100 persen murid setiap kelas ini sudah diberlakukan seperti belajar mengajar umumnya sebelum ada pandemi Covid-19. Hanya saja, waktu proses belajar mengajar kali ini masih dibatasi. Tribunnews/Jeprima
Siswa mencuci tangan dengan sabun sebelum mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SDN Cipinang Melayu 05, Jakarta Timur, Senin (3/1/2022). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta resmi menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan kapasitas 100 persen di seluruh sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Proses PTM 100 persen murid setiap kelas ini sudah diberlakukan seperti belajar mengajar umumnya sebelum ada pandemi Covid-19. Hanya saja, waktu proses belajar mengajar kali ini masih dibatasi. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Dia juga menyoroti perlunya pengawasan dan perhatian agar semua pihak di satuan pendidikan mengurangi sentuhan terhadap benda yang kerap disentuh oleh orang lain.

Penting pula, kata Kartini, merubah kebiasaan. Seperti menggunakan tangan kiri untuk membuka pintu.

"Ini karena tangan kanan biasanya yang paling sering digunakan untuk makan, menyentuh muka, menggosok hidung, mata. Sehingga tangan kanan ini kalau sudah menyentuh benda lain agak beresiko. Untuk itu, ajarkan anak-anak untuk menggunakan tangan kiri dan mengurangi sentuhan pada barang-barang," ucapnya.

Demi menambah keamanan, Kartini menyatakan ada langkah-langkah rekayasa administrasi dan teknis.

Seperti melaksanakan pembatasan jumlah orang dalam kelas, pengaturan frekuensi sekolah dan durasi PTM, hingga tes Covid-19 secara berkala bagi warga satuan pendidikan.

"Tentu hal ini perlu dikomunikasikan dengan orang tua dan anak. Tujuannya nanti akan kita sampaikan. dan secara teknis kita bisa mengatur bagaimana mereka duduknya, alur masuknya, pemanfaatan PeduliLindungi, penyediaan sarana cuci tangan, sirkulasi dan juga disinfeksi," pungkasnya. (Tribunnetwork/Vincentius Jyestha)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan