Sabtu, 8 November 2025

Kapuskes TNI Bahas Perkembangan Senjata Biologis hingga Potensi Ancaman Perang Biocyber

Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayjen TNI dr Budiman membahas perkembangan senjata biologis hingga potensi ancaman perang biocyber.

Penulis: Gita Irawan
Tribunnews.com/Gita Irawan
Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayjen TNI dr Budiman usai membuka Rapat Koordinasi Teknis Kesehatan (Rakornikes) TNI TA 2022 di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur pada Rabu (13/4/2022). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayjen TNI dr Budiman membahas perkembangan senjata biologis hingga potensi ancaman perang biocyber.

Budiman menjelaskan munculnya Covid-19, tidak terlepas dari efek modernisasi dan globalisasi sejak tahun 1990-an yang memicu peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak dikontrol, kata dia, dapat menimbulkan dampak negatif.

Dampak tersebut di antaranya munculnya beberapa penyakit emerging baik disengaja maupun tidak disengaja sebagai senjata efektif dan murah yang dikenal dengan senjata biologis.

Baca juga: TNI AL Tangkap Kapal Asing Berbendera Malaysia Bermuatan Palm Acid Oil Tanpa Dokumen di Dumai

Baca juga: TNI AD Berbelasungkawa atas Meninggalnya Anggota TNI dan Kontributor Metro TV di Merauke

Hal tersebut disampaikan Budiman saat membuka Rapat Koordinasi Teknis Kesehatan (Rakornikes) TNI TA 2022 di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur pada Rabu (13/4/2022).

"Salah satu contoh senjata biologis yang pernah terjadi antara lain serangan serbuk Anthrax dalam amplop di US Capitol tahun 2001 yang menewaskan lima orang korban termasuk seorang senator AS sebagai sasaran," kata Budiman.

Ia melanjutkan, terjadinya transformasi ancaman penggunaan agen biologis tersebut kemudian menginisiasi WHO menyusun International Health Regulation pada tahun 2005, Global Health Security Agenda (GHSA) pada 2014, dan Joint External Evaluation (JEE) pada 2018 yang bertujuan mencegah terjadinya pandemi global.

Sementara itu di Indonesia, kata dia, berbagai regulasi untuk mencegah, mendeteksi, dan menanggulangi timbulnya penyakit menular telah dibuat oleh pemerintah di antaranya National Action Plan On Health Security, dan Inpres Nomor 4 tahun 2019 tentang peningkatan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah penyakit, pandi global, dan kedaruratan nuklir, biologi, dan kimia

"Namun Covid-19 tidak dapat dicegah," kata Budiman.

Baca juga: 6 Fakta Kebakaran Bengkel Motor Warakas yang Akibatkan Pasutri dan 3 Anak Tewas Terpanggang

Dengan adanya transformasi ancaman tersebut, kata Budiman, maka ke depan akan timbul potensi-potensi ancaman dan peperangan yang merupakan perkawinan antara perang generasi 4 dan 5 serta ancaman biologi.

Ancaman tersebut, kata dia, menjadi ancaman biologic asymmetric warfare dan biocyber warfare.

"Ke depan akan timbul potensi-potensi ancaman dan peperangan yang merupakan perkawinan antara perang generasi 4 dan 5 serta ancaman biologi yang kemudian menjadi ancaman biologic asymmetric warfare dan biocyber warfare," kata Budiman.

Selain itu, lanjut dia, dengan ditemukannya teknologi DNA Synthesis juga akan semakin meningkatkan pola ancaman biologi yang secara langsung juga akan mempengaruhi teknik dan strategi perang biologi.

Dalam mencegah dan menangkal adanya potensi ancaman tersebut, kata dia, TNI perlu mengembangkan satuan-satuannya.

"Dalam mencegah dan menangkal adanya potensi ancaman tersebut, TNI perlu mengembangkan satuan-satuan kesehatan nubika dan siber dengan dilengkapi peralatan canggih," kata Budiman.

Baca juga: Perekrutan NII di Sumbar Terbongkar, 1.125 Orang Termasuk 77 Anak-anak Dicuci Otak serta Dibaiat

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved