Rabu, 3 September 2025

Bursa Capres

Pengamat Ini Prediksi Nama Capres yang Dimaksud Jokowi Justru Mengarah ke Moeldoko, Ini Alasannya

Varhan Abdul Aziz menanggapi soal ramai nama Ganjar Pranowo setelah Presiden Jokowi memberi sambutan dalam Rakernas Projo, beberapa hari lalu.

KOMPAS.COM/IKA FITRIANA
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Relawan Pro Jokowi (Projo) di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (21/5/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Varhan Abdul Aziz menanggapi soal ramai nama Ganjar Pranowo setelah Presiden Jokowi memberi sambutan dalam Rakernas Projo, beberapa hari lalu.

Varhan menyebut, bukan Ganjar yang dimaksud Jokowi.

Persoalannya, kata Varhan, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko pun hadir bersama Presiden dalam perhelatan nasional tersebut.

“Bahkan, lebih daripada Ganjar, justru Moeldoko yang mendampingi Presiden Jokowi naik ke panggung saat beliau membuka rakernas,” kata Varhan dalam keterangannya, Jumat (3/6/2022).

Karena itu, Wakil Sekretaris Jenderal LSM Lumbung Informasi Rakyat (Lira) itu berkeyakinan bahwa maksud tersembunyi Presiden Jokowi dengan kalimat 'mungkin yang kita dukung ada di sini' lebih kepada Moeldoko.

Varhan mengatakan punya beberapa pertimbangan penting lain yang mendasari argumennya.

Selain hadirnya Moeldoko dan tampilnya KSP mendampingi Presiden ke panggung untuk membuka Rakernas Projo, ada dua hal lain yang membuatnya yakin bahwa publik selama ini silap mengambil petunjuk tersembunyi dari pernyataan Presiden Jokowi.

Baca juga: Soal Polemik Elite PDIP dengan Ganjar Pranowo, Ini Kata Hasto Kristiyanto

Pertama, kata Varhan, Presiden begitu antusias manakala diajak KSP Moeldoko melakukan panen sorgum di Desa Laipori, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dalam acara tersebut terlihat betapa akrabnya Moeldoko dengan Presiden, seperti tampak dalam foto-foto yang beredar di media massa.

Di sana, Moeldoko memang berinisiasif menggelar program budidaya sorgum seluas 4.000 hektare di dua desa, yakni Desa Laipori dan Desa Ngohung.

KSP menilai, sorgum adalah tanaman pangan yang mudah dibudidayakan, termasuk di lahan kritis, serta mengandung nutrisi dan zat gizi yang cukup tinggi untuk menjadi pangan pengganti beras, jagung dan gandum.

Kedua, lanjut Varhan, dari sisi Jokowi, tak mungkin ia secara terbuka mendukung Ganjar, kader internal PDIP, yang rawan membawa perpecahan di dalam PDIP.

Baca juga: Pengamat: Jika Ganjar Merasa Ganteng Sendiri, Bisa Menghilangkan Dukungan Megawati

Terutama dengan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri.

“Meskipun belum resmi diumumkan, hampir sudah jadi rahasia umum kalau pilihan resmi PDIP untuk calon presiden mendatang adalah Ketua DPR RI Puan Maharani, putri Ibu Mega,” kata Varhan.

Dengan rekam jejak konsistensi komitmen Jokowi kepada PDIP dan Megawati, serta sikap santun yang senantiasa dijunjungnya.

Varhan yakin Jokowi tidak akan mengambil sikap berbenturan dengan PDIP.

“Argumen-argumen tersebut sangat kuat untuk mendukung keyakinan saya bahwa yang dimaksud Jokowi pada Rakernas Relawan Projo itu ya KSP Moeldoko,” jelasnya.

Keyakinan Varhan itu bukan tanpa dukungan data.

Tidak sekadar mengandalkan intuisi dan petunjuk (hint), secara data pun peluang Moeldoko memang kuat.

Direktur Lembaga Riset dan Penelitian Indonesia (Rispenindo), George Kuahaty, melihat hasil survei Moeldoko terus naik secara konsisten di berbagai survei, hingga pada April lalu masuk 10 besar Lembaga Survei Nasional.

Tiga Lembaga survey juga menemukan data bahwa Moeldoko menjadi calon presiden asal militer yang paling diminati publik.

Baca juga: Ganjar Pranowo: Kritik dari Kolega Adalah Vitamin untuk Memperbaiki

Ketiga Lembaga survey tersebut adalah Rispenindo, Lembaga Survei Nasional (LSN) serta Lembaga Penelitian Masyarakat Milenium (LPMM).

Menurut George Kuahaty, selama ini elektabilitas Moeldoko senantiasa naik secara konsisten.

Tampaknya itu berkaitan dengan kinerjanya yang dianggap cemerlangsaat menjabat sebagai Panglima TNI di era kepemimpinan Presiden SBY, serta waktu dipercaya sebagai KSP pada periode pertama dan kedua Presiden Jokowi.

“Yang menarik, dari hasil survei LSN itu elektabilitas Moeldoko merupakan murni karena hasil dari kemampuan, prestasi dan pengalaman dalam mengelola pemerintahan, tanpa pengaruh atau naungan partai politik terhadap sosoknya,” kata George.

Ia berasumsi, Moeldoko, tokoh asal Jawa dengan nama yang cukup mudah diingat, menjadikannya segera popular dan memiliki potensi yang sama besarnya untuk berada di jajaran eksekutif negara.

Hanya saja fakta bahwa dirinya tidak mempunyai partai politik untuk melakukan kaderisasi, membuatnya selama ini luput dari radar para pengamat.

“Itu yang membuat beliau sebagai salah satu ikon pemimpin asal militer sangat popular, dengan alasan bahwa public percaya bahwa pemimpin militer bisa membawa negara ke dalam stabilitas nasional," pungkasnya.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan