Virus Corona
Kenali Gejala Omicron, 8 Orang di Indonesia Sudah Terinfeksi Omicron BA.4 dan BA.5
Kementerian Kesehatan mencatat, sudah ada 8 kasus subvarian BA.4 (2 orang) dan BA.5 (6 orang). Simak selengkapnya di sini.
Penulis:
Widya Lisfianti
Editor:
Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 telah terdeteksi di Indonesia.
Kementerian Kesehatan mencatat, sudah ada 8 kasus subvarian BA.4 (2 orang) dan BA.5 (6 orang).
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun bisa terinfeksi virus ini.
"Sepanjang dia punya reseptornya pasti bisa (menular). Jadi tidak ada bedanya antara anak-anak dengan dewasa," ujar Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan, SpP(K), Minggu (12/6/2022).
Baca juga: Pemerintah Terus Monitor Kapasitas RS dan Obat Hadapi Varian Omicron BA.4 dan BA.5
Varian Omicron, kata Erlina, dikatakan memiliki masa inkubasi yang singkat yakni sekitar satu sampai tiga hari.
Pasien yang telah terpapar varian Omicron bisa mengalami sejumlah gejala antara lain:
- Batuk (85 persen)
- Kelelahan (65 persen)
- Hidung tersumbat (59 persen)
- Demam (38 persen)
- Mual atau muntah (22 persen)
- Sesak napas (16 persen)
- Diare (11 persen)
- Anosmia atau ageusia (8 persen)
Menurut dia, para ahli sepakat kemungkinan gejala BA.4 dan BA.5 akan serupa dengan subvarian sebelumnya berdasarkan laporan dari berbagai negara.
"Jadi gejalanya sama dengan Omicron lainnya. Karena ini memang turunan dari Omicron maka gejalanya tidak jauh berbeda," jelas Erlina.
Baca juga: Sub-varian Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Indonesia, Perhatikan Gejala dan Cara Pencegahannya
Untuk itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk melakukan vaksinasi dosis tambahan atau booster untuk menekan penularan virus corona subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
Budi menjelaskan, bila tingkat vaksinasi booster terus meningkat, diharapkan puncak kasus subvarian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan ini bisa ditekankan.
"Kalau benar-benar masyarakat kita siap, dengan booster yang baik, kemungkinan besar puncaknya tidak akan tinggi," ujar Budi dalam konferensi pers hasil evaluasi PPKM yang ditampilkan di Youtube Sekretariat Presiden, Senin (13/6/2022).
Ia pun menjelaskan, saat ini hampir seluruh negara di dunia sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi gelombang baru Covid-19.
Budi memproyeksi, gelombang baru yang disebabkan oleh subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 bakal mencapai puncak pada minggu kedua hingga ketiga bulan Juli mendatang.
Pasalnya, masa puncak gelombang biasanya terjadi satu bulan setelah kasus pertama terdeteksi.
"Jadi Arahan beliau (Presiden Joko Widodo), vaksinasi booster ditingkatkan terus karena sekarang sudah Juni," ujar Budi.
Ia mengungkapkan, dengan meningkatkan vaksinasi booster, maka imunitas masyarakat bisa bertahan dalam enam bulan ke depan hingga bulan Februari atau Maret 2023.
Dengan demikian, menurut Budi, Indonesia akan menjadi negara pertama yang bisa bertahan tidak mengalami peristiwa kasus dalam 12 bulan berturut-turut.
"Karena biasanya setiap enam bulan kasus terjadi," ucap Budi.
(Tribunnews.com, Widya) (Kompas.com, Zintan Prihatini, Mutia Fauzia)