Selasa, 12 Agustus 2025

Idul Adha 2022

Contoh Naskah Khutbah Idul Adha 2022 untuk Dibaca Usai Shalat Idul Adha

Contoh naskah Khutbah Idul Adha 2022 ini bisa dibaca saat Khutbah Idul Adha pada Sabtu, 9 Juli 2022 atau Minggu, 10 Juli 2022.

Penulis: Daryono
SERAMBI/BUDI FATRIA
ILUSTRASI Salat Idul Adha - Simak contoh naskah Khutbah Idul Adha 2022 

Di belahan dunia lain, di Mekah al-Mukkaramah, di hari-hari ini, jutaan umat Islam dari segenap penjuru dunia berdatangan dan berkumpul di tanah suci melakukan ibadah haji. Gemuruh dan gema kaum muslimin dan muslimat yang sedang menunaikan ibadah haji menyambut panggilan ilahi dengan mengucapkan talbiyah. Labbaikallahuma labbaik. Labbaika la syarika laa labbaik. Innal hamda wan nikmata la wal mulk la syarika laka.

Maasyiral Muslimin yang Dirahmati Allah

Idul Ahda yang khas dengan ibadah kurban merupakan bentuk rasa syukur pada Allah. Demikian ini karena banyaknya Allah telah melimpahkan anugerah pada kita. Kita telah diberi banyak hal oleh Allah Subhanahu Wa Taala. Anggota tubuh yang kita miliki dari mulai kepala, telinga, tangan, kaki, hidung, dan lain-lain. Semuanya adalah nikmat yang tidak mungkin terbeli. Jika dihitung berapa nominal harganya, pastilah tidak bisa dinominalkan. Pastilah bermiliar-miliar.

Demikian juga, udara yang dihirup, biji-bijian yang dimakan, kendaraan yang ditumpangi, semuanya disediakan oleh Allah Subhanahu Wa Taala yang Maha-Pengasih dan Maha-Penyayang untuk manusia. Wallahu khalaqa lakum ma fil ardli jami’a. Allah Subhanahu Wa Taala telah menciptakan yang ada di dunia untuk kalian semua. Semua kalau dihitung dengan nominal angka manusia, pasti tiada terhingga.

Tentang syukur ini, Allah berfirman:

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ ۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ ۖ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS. Al-Hajj: 36).

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Hari Raya Idul Adha selalu saja menjadi rekonstruksi sejarah masa lampau. Sejarah kehidupan figur-figur agung para kekasih Allah Subhanahu Wa Taala, yaitu figur Nabiyullah Ibrahim 'Alaihis Salam, figur sang anak hebat Nabi Ismail, dan figur sang ibu luar biasa, Siti Hajar. Prosesi yang mengharu biru sejarah umat manusia adalah penyembelihan Nabiyullah Ibrahim AS pada putra tercintanya Nabi Ismail yang akhirnya diganti kambing oleh Allah.

Selain sebagai bentuk kepatuhan pada titah Allah SWT, ibadah kurban adalah merupakan bentuk solidaritas atas sesama yang tercecer dari mobilitas sosial. Untuk mereka, yakni orang-orang fakir dan miskin. Apalagi, di tengah kondisi perekonomian yang lesu di negara Indonesia imbas Covid-19, juga nilai tukar rupiah yang anjlok di kisaran Rp15.000,- dan menyebabkan makin sulitnya kehidupan saudara-saudara kita, adalah kewajiban untuk membantu.

Nabi SAW sangat mengecam keras orang yang enggan berkurban, karena dalam Islam ibadah kurban bukan hanya ritus persembahan untuk meningkatkan spritualitas seseorang atau juga bukan tontonan kesalihan orang kaya semata. Namun, lebih dari itu, kurban adalah dalam rangka memperkuat kepekaan sosial, menyantuni fakir miskin dan membuat gembira orang sengsara. Kurban mencerminkan pesan Islam bahwa seseorang hanya dapat taqarrub pada Allah, bila ia sebelumnya telah dekat dengan saudara-saudaranya yang kekurangan.

Hadirin yang Dirahmati Allah

Selain itu, ada beberapa hal yang dapat kita petik dalam sirah dan kehidupan agung Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Pelajaran pertama adalah pertanyaan Allah Subhanahu Wa Taala pada Nabi Ibrahim, faiana tadzhabun. Ketika Nabi Ibrahim yang dikenal kara raya dengan seribu ekor domba, tiga ratus ekor lembu, dan seratus ekor unta, beliau ditanya: Hendak ke mana ia pergi? Maka beliau menjawab: Inni dzahibun ila rabbi sayahdin. (QS. At-Takwir: 26). Artinya: Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku dan dia memberi petunjuk padaku.

Bagi Ibrahim, tujuan akhir hidup manusia bukan kekayaan, bukan pangkat, bukan jabatan dan sebagainya, tetapi tujuan hidup manusia adalah Allah Subhanahu Wa Taala. Karena seperti dimaklumi sebagai sunnatullah, manusia selalu bergerak sesuai naluri bawaan, ingin memperluas wawasan dan pengalaman hidupnya. Untuk memfasilitasi manusia, maka diciptakanlah berbagai sarana kehidupan mulai dari sandal, sepatu, jalan, kendaraan hingga peralatan yang lain agar manusia bisa hidup dengan nyaman. Manusia juga membangun jembatan, menggunakan jalur lautan dan juga udara. Manusia juga mengapling-kapling lautan dan udara sedemikian rupa sehingga mengurangi kemacetan di daratan.

Jamaah Shalat Id yang Mulia

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan