Mayat Dimutilasi dan Dicor di Semarang
Pedagang Angkringan Dekat Lokasi Pembunuhan Bos di Semarang Terancam Hukum, Kini Status Masih Saksi
Pedagang angkringan yang dapat cerita Husen setelah membunuh bosnya terancam hukuman karena pilih bungkam dan tidak melaprokannya ke polisi.
TRIBUNNEWS.COM - Pedagang angkringan dekat lokasi pembunuhan mutilasi bos di toko air minum isi ulang AHS Arga Tirta di Tembalang, Semarang, bernama Imam terancam dihukum penjara.
Hal tersebut dikarenakan Imam mengetahui pembunuhan yang dilakukan Husen, tetapi tidak melaporkannya ke pihak berwajib.
Demikian disampaikan oleh Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar.
Irwan menyampaikan, saat ini status Imam tersebut masih sebagai saksi dan sedang didalami lagi.
Dikatakan Irwan, jika nantinya terbukti terlibat akan dikenakan pasal mengetahui peristiwa tindak pidana tetapi tidak melapor.
"Saat ini masih pelaku tunggal yaitu Husen. Nanti kami tes kejiwaan korban, nanti dilengkapi dengan hal itu," katanya, dikutip dari TribunJateng.com.
Baca juga: Pelaku Pembunuhan Mutilasi Bos di Semarang akan Tes Kejiwaan, Akui Puas setelah Bunuh, Tak Menyesal
Sebelumnya, diceritakan bahwa Husen sempat bercerita kepada Imam mengenai pembunuhan yang sudah dilakukannya tersebut.
Namun, Imam memilih bungkam dan ikut bersenang-senang bersama Husen daripada melaporkannya ke polisi.
"Saya kasih tahu Imam habis membunuh karena ketika itu berjualan di dekat situ. Dia ga masuk ke toko cuma saya kasih tahu saja," beber Husen di kantor Polrestabes Semarang, Rabu (10/5).
"Saya minum di situ sampai jam 4 pagi, saya sempat cerita ke penjual angkringan saya bunuh bos, " jelasnya.
Husen Ambil Uang Korban Lalu Senang-senang

Diketahui bahwa setelah membunuh bosnya tersebut, Husen sempat menenggak minuman keras.
Selain itu, digunakan Husen juga untuk menyewa perempuan pekerja seks komersial (PSK).
"Ya uang saya ambil untuk makan, jajan, rokok, dan happy-happy," ujar Husen, dikutip dari TribunJateng.com, Rabu (10/5/2023).
"Nyari cewek di Michat ketemu di Banjarsari (Tembalang, Semarang)," imbuhnya.
Husen mengaku melakukan hal tersebut untuk mengurangi beban pikirannya.
Baca juga: Pengakuan Husen Pelaku Mutilasi Bos Galon Semarang: Beli Makan, Rokok, hingga Sewa PSK usai Membunuh
"Biar mengurangi beban pikiran, buat senang-senang," tambah Husen.
Total uang yang diambil Husen dari dompet bosnya tersebut adalah Rp7 juta.
Husen juga membawa kabur motor milik bosnya itu ketika melarikan diri.
"Saya pulang bawa motor milik korban," ujarnya.
Ia melarikan diri ke Banjarnegara, tepatnya di rumah temannya bernama Feri pada Sabtu (6/5/2023) sekira pukul 20.00 WIB tanpa sepengetahuan temannya bahwa dirinya telah membunuh seseorang.
"Saya ngumpet di rumah Feri ditangkap polisi di tempat itu. Saya tidak melakukan perlawanan apapun ke polisi," ujarnya.
Kronologi Versi Husen

Husen mengungkapkan bahwa ia membunuh bosnya tersebut menunggu hingga bosnya tertidur di toko, Kamis (4/5/2023).
Setelah tertidur, Husen pun mendekati korban dan menghujamkan linggis sepanjang hampir satu meter ke arah pipi kanan korban.
Husen mengaku menusukkan linggis ke pipi kanan dan pelipis kiri korban sebanyak dua kali.
"Saya dua kali tusukan linggis ke pipi kanan dan pelipis kiri korban," ujarnya.
Selanjutnya, Husen melakukan mutilasi kepada tubuh korban sebanyak empat bagian.
Bagian pertama kepala, kedua tangan, dan badan tanpa kepala, serta tangan.
"Saya potong menggunakan pisau dapur," ungkapnya.
Ketika dimutilasi, Husen mengaku bosnya itu masih bernapas karena masih terdengar suara ngorok atau suara terengah-engah.
Potongan tubuh tersebut kemudian dibungkus ke dalam karung warna putih.
Baca juga: Psikolog Turut Berikan Pendapat soal Kasus Mayat yang Dicor di Semarang: Perilakunya Dikuasai Dendam
"Saya motong tubuh korban di ruang tengah," katanya.
Alasan Husen memilih mengecor tubuh korban di lorong toko karena jarang yang mengakses tempat tersebut.
Husen mengambil semen dan pasir di rumah korban di Perumahan Bukti Agung Nomor 2, Kelurahan Sumurboto, Kecamatan Banyumanik, yang berjarak sekira 3 kilometer dari lokasi kejadian.
Proses pengecoran dilakukan pada Sabtu (6/5/2023) sore. Lokasi korban dicor ditumpuk barang lainnya seperti bantal supaya tidak kelihatan.
"Bagian kepala dan lengan tidak ditanam, hanya cukup diberi semen dan pasir karena lubang selokan tidak cukup," papar Husen.
Setalah membunuh dan melakukan mutilasi kepada tubuh bosnya itu, Husen kemudian keluar dari toko dan menuju angkringan di sebelah toko.
"Saya minum di situ sampai pukul 04.00, saya sempat cerita ke penjual angkringan saya bunuh bos. Jumat (5/5/2023) saya masuk lagi, saya mulai eksekusi lagi," katanya.
(Tribunnews.com/Rifqah) (TribunJateng.com/Iwan Arifianto)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.