Harga Beras Terus Melonjak Naik, DPR Desak Pemerintah Tanggung Jawab hingga Jurus Jokowi-Zulhas
DPR mendesak pemerintah bertanggung jawab atas naiknya harga beras yang melambung drastis hingga jurus Jokowi.
Penulis:
Wahyu Gilang Putranto
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - DPR mendesak pemerintah bertanggung jawab atas naiknya harga beras yang melambung drastis.
Anggota Komisi XI DPR, Anis Byarwati meminta pemerintah segera bergerak melakukan mitigasi.
"Pemerintah harus bergerak, kenaikan ini semakin menekan rakyat yang masih dalam kondisi pemulihan ekonomi," ujar Anis dalam keterangan resmi, Senin (11/9/2023).
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menyoroti data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut inflasi harga beras menembus 13,76 persen (yoy) pada Agustus 2023.
"Pemerintah harus bertanggung jawab atas meroketnya harga beras. Bayangkan, ini Inflasi beras tertinggi sejak Juni 2012, semua pihak baik pemerintah dan BI harus bersama mengatasi,” ujar Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR itu.
Selain itu, ia juga mendesak pemerintah segera melakukan operasi pasar agar harga beras bisa kembali normal.
Baca juga: Saat Jokowi Menenangkan Masyarakat Soal Harga Beras yang Terus Melambung
Impor Beras Bukan Solusi
Lanjutnya, ketergantungan impor beras menyebabkan pengendalian harga beras di Indonesia makin sulit.
"Solusi pemerintah jika harga beras tinggi ialah selalu impor, bahkan mengimpor di musim panen yang sangat merugikan petani, sehingga produksi beras Indonesia selalu turun akibat minat menanam turun."
"Hanya kebijakan yang orientasinya menyejahterakan petani lah yang akan menolong negara ini akibat gejolak harga pangan terutama beras, selama ini itu tidak hadir karena solusinya selalu jangka pendek," tekannya.

Baca juga: Tinjau Stok Beras Hadapi Kekeringan, Jokowi: Stok Ada Tidak Usah Khawatir
Bansos Beras Dipercepat
Sementara itu pemerintah melalui Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan bantuan sosial (bansos) beras kepada masyarakat akan dipercepat.
Itu disampaikan Zulhas saat mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau persediaan dan membagikan beras di Gudang Bulog Sunter Timur II Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Zulhas mengatakan pembagian 10 Kg beras ke 21,3 juta masyarakat Indonesia dipercepat untuk menekan harga beras di pasaran.
"Ya ini dipercepat, emang harusnya bulan Oktober. (Tujuannya) agar harga beras ini harganya mudah-mudahan bisa turun," kata Zulhas seusai mendampingi Jokowi, Senin (11/9/2023).

Zulhas menambahkan proses pembagian beras akan berlanjut hingga bulan November.
Sedangkan untuk berapa jumlah beras yang akan dibagikan, semua akan diberikan sesuai pemerintah presiden.
"Jadi perintah Presiden, beberapa pun digelontorkan," ujar Zulhas.
Sebelumnya, Ketua Umum PAN ini mengatakan pemerintah akan menyalurkan beras bantuan kepada 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Ini dilakukan pemerintah di tengah harga beras yang saat ini dinilai masih tinggi.
"Terkait harga yang masih naik, Untuk menekan harga, pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi berkomitmen akan membagikan beras gratis sebanyak 10 kg kepada 21,3 juta rakyat," ucap Zulhas beberapa waktu lalu.
Baca juga: Produksi Beras Sumo di Pasaran Mandek, Indonesia Bersiap Hadapi Darurat Pangan
Harga Beras di Daerah
Pedagang di sejumlah daerah mengeluhkan naiknya harga beras.
Dihimpun dari Tribun Network, harga beras di Bandung Raya, Jawa Barat, paling rendah dengan kualitas medium mencapai Rp 13.500-14.000 per kg.
Di provinsi lain seperti di Bali, Nengah Merti pedagang di Pasar Banyuasri, Kecamatan Buleleng menyampaikan, beras ukuran 25 kilogram biasanya dijual seharga Rp 280 ribu.

Namun sejak awal September, harganya terus naik menjadi Rp 290 ribu bahkan saat ini tembus di angka Rp 305 ribu.
Di Karanganyar, Jawa Tengah, beras kualitas medium mencapai Rp 13.500 per kg.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Buleleng I Gede Putra Ariana mengatakan, kenaikan ini terjadi lantaran harga gabah melonjak dari awalnya Rp 5.500 per kilogram, kini menjadi Rp 6.700 per kilogram.
Kenaikan ini terjadi lantaran Buleleng dilanda kemarau panjang yang disebabkan oleh fenomena El Nino.
Para petani jadi kesulitan mengairi sawahnya karena debet air mengecil.
“Dampak El Nino juga menjadi salah satu penyebabnya. Kami sudah kunjungi Desa Sanggalangit dan Alasangker, debit airnya menurun sehingga petani kesulitan mengairi sawahnya. Musim panen juga sudah habis di minggu ini," kata Putra dikutip dari TribunBali, Senin (11/9/2023).
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Hendra Gunawan) (TribunBali/Ratu Ayu)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.