Selasa, 9 September 2025

Buku 'Sang Tiga Gajah' Ulas Perjalanan SMBR Menyambut Usia Setengah Abad

Buku yang diberi judul 'Sang Tiga Gajah: Merayakan Sejarah, Melanjutkan Kisah' mengkisahkan tentang sejarah kolosal sebuah pabrik semen

Editor: Erik S
Istimewa
Penulis Buku “Sang Tiga Gajah” Renold Rinaldi menyerahkan buku secara simbolis kepada Direktur Utama PT Semen Baturaja Tbk. Daconi Khotob di Hotel Bidakara (24/10/2023) 

Laporan Hasiolan EP/Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM – PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) selaku anak usaha PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) menggelar Soft Launching Buku Sejarah SMBR pada Selasa (24/10/2023) di Hotel Bidakara, Jakarta.

Acara peluncuran buku ini juga bersamaan dengan Public Expose SMBR Tahun 2023 di dalam satu rangkaian acara yang sama.

Peluncuran buku ini dihadiri oleh Komisaris dan Direksi SMBR diantaranya Komisaris Independen Chowadja Sanova, Komisaris Hadi Daryanto yang hadir via Online lalu Direktur Utama Daconi Khotob, Direktur Fungsi Keuangan & SDM Rahmat Hidayat, Direktur Fungsi Operasi Suherman Yahya dan didampingi oleh Vice President of Corporate Secretary Bashtony Santri beserta Tim Penyusun Buku Sejarah SMBR.

Baca juga: Jelang Kongres di Pontianak, HMI Komsat UNJ Gelar Peluncuran Buku

Buku yang diberi judul 'Sang Tiga Gajah: Merayakan Sejarah, Melanjutkan Kisah' mengkisahkan tentang sejarah kolosal sebuah pabrik semen yang didirikan di Kota Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Bagaimana sebuah pabrik yang bahan baku, dan pengolahannya hingga menjadi klinker berada di Baturaja. Namun juga memiliki grinding plant dan packaging plant di Kota Palembang dan Bandar Lampung.

Ide awal pembangunan pabrik yang berada di tiga lokasi ini terbilang unik.

Pembangunan pabrik semen yang berada di Baturaja dimaksudkan agar memanfaatkan jalur kereta api untuk pendistribusiannya. Oleh pemerintah, SMBR memang dibangun untuk memenuhi kebutuhan semen di wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel).

Dalam perjalanannya, SMBR sudah mengalami fase yang sulit. Pembangunan pabrik sempat tertunda lantaran situasi ekonomi dalam negeri yang tidak menentu.

Pembangunan pabrik sempat tersendat, imbas dari krisis dan situasi global di akhir 1970an.

Pada tahun 1998, SMBR sempat akan dilego ke pihak asing, di buku ini diceritakan detail bagaimana jajaran manajemen waktu itu berhasil menyelamatkan aset perusahaan dari ‘rumah sakit’ bernama BPPN dan cengkraman pihak asing.

Pada 28 Juni 2013, SMBR juga berhasil mencatatkan saham perdananya ke Bursa Efek sehingga berstatus perusahaan terbuka. Hingga pada akhirnya, di tahun 2022, SMBR sebagai perusahaan BUMN diintergrasikan ke dalam ekosistem besar Industri Semen dan tergabung dalam SIG. Perjalanan selama hampir setengah abad SMBR terangkum dalam buku ini.

Untuk merangkum Sejarah setengah abad dalam satu buku yang memuat 364 halaman ini, penulis dan tim penyusun telah mewawancarai lebih dari 30 narasumber, baik dari jajaran direksi lintas generasi, mantan karyawan, komisaris, stakeholder dan lapisan masyarakat.

Baca juga: Stafsus Diaz Dorong Penggunaan Semen Ramah Lingkungan di Proyek Pemerintah dan Swasta

Tokoh-tokoh beken yang diwawancarai antara lain Tokoh Nasional Azwar Anas, mantan Direktur dan pendiri SMBR.

Mantan Anggota DPR/RI Marzuki Alie, Pamudji Rahardjo Direktur Utama yang berhasil membawa SMBR melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga Daconi Khotob yang membawa perusahaan di masa transisi ke SIG.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan