Jumat, 8 Agustus 2025

Jokowi dan Kiprah Politiknya

Jokowi Sebut Istilah Partai Perorangan usai Dipecat PDIP, Pengamat: Kepanikan atau Serangan Balik

Pengamat ungkap dua kemungkinan soal pernyataan Presiden ke-7 RI Joko Widodo setelah dipecat PDI Perjuangan (PDIP).

TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
Presiden ke-7 RI Joko Widodo saat berada di kediamannya di Solo, Selasa (3/12/2024). Pengamat ungkap dua kemungkinan soal pernyataan Presiden ke-7 RI Joko Widodo setelah dipecat PDI Perjuangan (PDIP). 

TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (Sekjen PDIP), Hasto Kristiyanto mengatakan, Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dan keluarganya sudah bukan lagi bagian dari partainya.

Menurut Jokowi, pernyataan itu mencerminkan PDIP seakan hanya partai perorangan.

“Ya berarti partainya perorangan. Partainya jadi perorangan,” ujar Jokowi dilansir Tribun Solo, Kamis (5/12/2024).

Meski begitu, Jokowi enggan menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksudnya.

Ia hanya mengulang jawabannya saat ditanya awak media mengenai arti dari pernyataan itu.

Merespons hal tersebut, Direktur Eksekutif Indostrategic, Ahmad Khoirul Umam menyebut, ada dua kemungkinan soal pernyataan yang disampaikan Jokowi.

Pertama, Khoirul mengatakan hal itu bisa jadi adalah bentuk ekspresi kepanikan Jokowi.

"Sehingga memberikan respons jawaban yang tampaknya tidak begitu mudah untuk dicerna sehingga kemudian beliau menyatakan partai perorangan." 

"Jadi, bisa saja ini adalah bagian dari slip of the tongue (salah ucap)," ujar Khoirul dalam acara Kompas Petang di Kompas TV, Kamis.

Lalu kemungkinan kedua, sambung Khoirul, statemen itu adalah ekspresi serangan balik Jokowi kepada PDIP.

"Yang kemudian seolah dianggap sebagai sebuah partai yang berbasis pada personalisasi yang terinstitusionalisasikan ke dalam sebuah partai." 

Baca juga: PAN Siap Tampung Jokowi Usai Disebut Bukan Bagian dari PDIP: 1.000 Persen Diterima 

"Artinya bahwa seolah kelembagaan partai secara utuh, tetapi sebenarnya itu manifestasi dari individu, dari perorangan, yang kemudian dijalankan oleh misalnya Bu Mega (Ketua Umum PDIP) dan juga trah dari Soekarno," tuturnya.

Menurut Khoirul, pernyataan itu menunjukkan bahwa tensi antara Jokowi dan PDIP makin tinggi.

Pasalnya, setelah Pilkada serentak 2024 selesai, praktis tak ada kompetisi politik antara keduanya.

"Maka kemudian tidak akan ada irisan-irisan terutama dari basis pemilih loyal masing-masing yang berpotensi kemudian mengalami shifting (perpindahan)."

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan