Selasa, 30 September 2025

Pentingnya Pendidikan Seksual: Dukung Siswi Berkebutuhan Khusus Lebih Percaya Diri Atas Tubuh Mereka

Membantu anak muda dengan disabilitas intelektual memahami hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi, sekaligus meningkatkan rasa percaya diri mereka.

|
Editor: Content Writer
Istimewa
KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI - Siswi di SLB-C Plus Asih Manunggal, sebuah sekolah luar biasa swasta di Bandung, belajar tentang pemahaman yang lebih baik terkait kesehatan seksual dan reproduksi serta hak-hak reproduksi mereka. Dengan demikian meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian mereka. 

TRIBUNNEWS.COM - Mengajarkan anak muda tentang kesehatan seksual, perubahan fisik dan emosional saat pubertas, serta memahami perbedaan antara sentuhan yang boleh dan tidak boleh bisa jadi tantangan, apalagi di budaya yang masih menganggap topik ini tabu. Tantangan ini semakin besar ketika menyangkut anak muda dengan disabilitas intelektual. 

Perlu diketahui, menurut Survei Dewasa Muda Global 2019 di Indonesia, lebih dari sepertiga anak perempuan (38 persen) yang sudah mulai menstruasi merasa malu dengan tubuh mereka saat menstruasi dan 8 persen melaporkan bahwa mereka tidak merasa nyaman untuk membicarakan menstruasi.  

Bagi siswa dengan disabilitas intelektual yang menyebabkan kesenjangan antara perkembangan fisik dan kemampuan kognitif, perawatan diri bisa menjadi lebih sulit. Kesenjangan ini juga bertepatan dengan meningkatnya risiko eksploitasi. 

Penelitian yang dilakukan oleh University of Liverpool dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di 17 negara berpenghasilan rendah menunjukkan bahwa anak-anak penyandang disabilitas 2,9 kali lebih mungkin mengalami kekerasan atau pelecehan seksual dibandingkan dengan teman sebayanya yang tidak menyandang disabilitas, sementara anak-anak dengan disabilitas intelektual 4,6 kali lebih mungkin mengalaminya.

Untuk itu, Reni Gusnaeni bersama para guru pendidikan khusus di sembilan provinsi di Indonesia telah merintis metode belajar yang lebih mudah dipahami. Tujuannya adalah membantu mereka memahami hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi, sekaligus meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian mereka.

Salah satu metode pembelajaran yang diterapkan Gusnaeni adalah lewat lagu pubertas yang diciptakannya sebagai bagian dari serangkaian alat bantu pendidikan yang terinspirasi dari pelatihan yang dirancang oleh United Nations Population Fund (UNFPA) bersama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dan Kementerian Kesehatan. 

Adapun materi pembelajaran yang diadopsi atau dikembangkan oleh Gusnaeni setelah mengikuti kursus UNFPA-Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meliputi boneka sesuai anatomi, dan celemek beranotasi yang dapat dipakai guru untuk mengilustrasikan organ reproduksi laki-laki dan perempuan. 

Ia juga menciptakan buku taktil yang membantu siswa dengan disabilitas intelektual untuk belajar mengelola menstruasi. Pada halaman-halaman berikutnya, kantung-kantung kain yang lembut berisi produk-produk seperti handuk sanitasi, tampon, dan cangkir menstruasi.

"Sekarang mereka bisa menolak orang yang ingin menyentuh mereka, bahkan ketika mereka sedang bermain. Mereka juga lebih percaya diri untuk mengatur ruang privat mereka, misalnya saat ke kamar mandi,” ungkap Gusnaeni.

Gusnaeni mengungkapkan, alat bantu pendidikan tersebut kini telah membantu 27 siswa di SLB-C Plus Asih Manunggal, sebuah sekolah luar biasa swasta di Bandung, untuk menentukan batas-batas tubuh dan menjadi lebih tegas dalam menjaganya.

Kepala sekolah SLB-C Plus Asih Manunggal, Wiwin Wiartini (59) mengatakan bahwa sebelumnya ia merasa ragu apakah pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi cocok untuk sekolahnya. Beberapa orang tua merasa tidak nyaman dengan pelajaran tersebut dan para guru menganggapnya vulgar untuk menggunakan istilah anatomi yang benar seperti penis dan vagina.

“Hal ini berubah ketika seorang mantan siswa berusia 19 tahun hamil setelah dieksploitasi secara seksual oleh tetangganya pada tahun 2020. Insiden ini menggarisbawahi pentingnya mengajarkan siswa tentang batasan dan persetujuan,” kata Wiartini. Sikap juga mulai berubah ketika orang tua dan guru mengamati siswa menjadi lebih percaya diri, ekspresif, dan mandiri.

Sempat menjadi subjek yang kontroversial, pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi kini menjadi program unggulan di SLB-C Asih Manunggal, yang berkolaborasi dengan universitas setempat dalam bidang pedagogi. 

Sebagai "guru utama", Gusnaeni telah mengajarkan metodenya kepada para guru di 20 sekolah lain di seluruh Jawa Barat, mengamati pembelajaran mereka dan mengembangkan praktik terbaik berdasarkan pendekatan yang terbukti paling efektif.

Halaman
12

Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan