Kamis, 21 Agustus 2025

Proyek Percontohan UNEP Dukung Masyarakat Rentan dalam Memerangi Kebakaran Hutan

Proyek percontohan pengelolaan kebakaran terpadu yang dipimpin oleh UNEP telah meningkatkan ketahanan pada daerah yang rawan terbakar di Indonesia.

Editor: Content Writer
dok. UN Indonesia
KEBAKARAN HUTAN - Ilustrasi proses pemadaman kebakaran hutan. Sejak tahun 2021, proyek percontohan pengelolaan kebakaran terpadu yang dipimpin oleh UNEP dan didanai oleh USAID telah berkontribusi dalam meningkatkan ketahanan terhadap kebakaran di tiga distrik yang paling rawan kebakaran di Indonesia. 

Di Kabupaten Pelalawan, Riau, tempat Teluk Meranti berada, jumlah titik api yang dilaporkan turun dari 139 titik api pada tahun 2021 menjadi 88 titik api pada tahun 2022. Sementara itu, di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, yang menjadi daerah percontohan ketiga, jumlah kebakaran yang tercatat menurun dari 345 menjadi 109.

Berdasarkan hasil yang diperoleh di tiga kabupaten percontohan awal, proyek ini kemudian diperluas ke enam kabupaten prioritas lainnya, dengan tujuan untuk mengimplementasikan pendekatan ini secara menyeluruh di tingkat nasional.

"Efektivitas pendekatan kolaboratif dalam pencegahan kebakaran telah terbukti melalui klaster-klaster ini. Berbagi pengalaman dari ketiga kabupaten ini tidak hanya di Indonesia, tetapi juga ke negara-negara kaya gambut dan rawan kebakaran lainnya di Amerika Latin dan Afrika Selatan, merupakan kontribusi Indonesia kepada dunia," ujar Bambang Suryaputra, Kepala Pusat Pengendalian Operasi di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca juga: PBB Apresiasi Kesiapsiagaan Indonesia dan ASEAN dalam Mitigasi Dampak Perubahan Iklim

Indonesia memiliki area tutupan hutan terbesar di dunia, menduduki peringkat ketiga setelah Brasil dan Republik Demokratik Kongo. Meskipun demikian, seperti halnya wilayah lainnya, kepulauan ini yang pada tahun 1900 masih memiliki 84 persen hutan, kini mengalami perubahan signifikan. 

Jalan yang menghubungkan ibu kota Provinsi Riau, Pekanbaru, dengan Kabupaten Pelalawan, yang menjadi model UNEP, sekarang dipenuhi oleh industri dan sektor pertanian yang turut berkontribusi dalam penyusutan luas hutan. Seiring berjalannya waktu, suara alami hutan digantikan oleh perkebunan kelapa sawit yang luas, tanaman akasia coklat yang tinggi, serta kebun karet dengan pola putih yang mencolok.

Setidaknya ada 14 perusahaan memiliki konsesi di Kabupaten Palalawan. Salah satu yang terbesar adalah produsen kertas dan bubur kertas APRIL, dengan sekitar 150.000 hektar lahan akasia.

Wakil Kepala Tanggap Darurat dan Kebakaran APRIL, Yuneldi, mengatakan bahwa sebagian besar kebakaran di Palalawan terjadi di lahan masyarakat dan bukan di lahan perusahaan, namun ketika kebakaran terjadi di luar lahan perusahaan, APRIL telah mengirimkan sumber daya, peralatan, dan personilnya untuk membantu polisi dan militer dalam memadamkan api.

Dilengkapi dengan pencitraan satelit dan teknologi pelacakan cuaca secara langsung, sumber daya di pusat kebakaran APRIL sangat jauh berbeda dengan sumber daya yang dimiliki oleh para petugas pemadam kebakaran masyarakat seperti Marlizar dan timnya, yang mengukur tingkat kekeringan lahan gambut yang mereka patroli hanya dengan menggunakan jari-jari mereka.

Perbedaan sumber daya inilah yang dirancang oleh pendekatan klaster UNEP untuk mengatasinya, dengan mengembangkan strategi terpadu untuk menghadapi tantangan yang berdampak pada semua orang.

Yuneldi selaku perwakilan dari APRIL mengatakan, "Pendekatan klaster menciptakan efisiensi yang jauh lebih besar karena kami dapat berbagi teknologi dan strategi, sehingga dapat meminimalisasi penggunaan sumber daya, namun memaksimalkan hasil kerja."

Ibu Ernawati, seorang mantan relawan pemadam kebakaran yang kini memimpin kelompok tani setempat, menjelaskan bahwa upaya peningkatan kesadaran berbasis masyarakat telah memberikan dampak positif di Teluk Meranti.

Para petani kini memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai risiko pembakaran lahan gambut kering. Sementara itu, papan-papan peringatan baru juga telah dipasang untuk mengingatkan nelayan dan pemburu burung agar tidak membuang puntung rokok atau menyalakan api untuk keperluan memasak.

Namun, kolaborasi yang terkoordinasi dengan sektor swasta tetap perlu dilakukan untuk memastikan bahwa petani kecil dapat menjalankan pertanian tanpa pembakaran.

"Karena bagi mereka, sumber daya yang dimiliki tidak cukup dan cara termurah adalah dengan membakar," jelas Ernawati saat memaparkan alasan petani kecil yang masih melakukan pembakaran lahan.

Artikel ini merupakan hasil kerja sama United Nations Indonesia dengan Tribunnews. Untuk informasi lengkap, kunjungi laman resmi UN Indonesia.

Baca juga: DOMES, Pusat Publikasi Digital PBB yang Siap Perangi Misinformasi di Indonesia

Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan