Selasa, 16 September 2025

Anggota Komisi X DPR: Kebijakan Pendidikan di Daerah 3T Jangan Sekadar PHP

Mercy Chriesty Barends menegaskan, pentingnya kebijakan afirmasi pendidikan bagi daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal

Editor: Sanusi
HO
KEBIJAKAN DI 3T -- Anggota Komisi X DPR RI Mercy Chriesty Barends di Ruang Rapat Komisi X DPR, Jakarta, Rabu (5/3/2025). Mercy menekankan pentingnya pendidikan di daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI Mercy Chriesty Barends menegaskan, pentingnya kebijakan afirmasi pendidikan bagi daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal atau 3T serta daerah marginal.

Mercy menyoroti bahwa kebijakan tersebut harus memberikan dampak nyata dan bukan sekadar Pemberi Harapan Palsu (PHP) bagi masyarakat di wilayah-wilayah tersebut.

Mercy menyampaikan afirmasi kebijakan pendidikan di wilayah-wilayah ini merupakan respons positif terhadap diskriminasi negatif yang selama ini mereka alami.

Baca juga: PGRI Berharap Tunjangan Profesi Guru Tak Dihapus dari UU Sisdiknas

Menurutnya, penyelesaian akar permasalahan harus dimulai dengan meninjau sistem pendidikan nasional yang selama ini berbasis kontinental atau berorientasi pada wilayah daratan dan pulau besar.

"Model pendidikan berbasis kontinental tidak mampu menjawab persoalan daerah 3T dan daerah marginal," ujarnya di Jakarta, Rabu (5/3/2025).

Oleh karena itu, kata Mercy, pembahasan RUU Sisdiknas diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan khusus di wilayah-wilayah tersebut, termasuk dalam hal SDM.

"Juga tunjangan dan kesejahteraan guru, akses transportasi siswa, digitalisasi, ketersediaan buku, kurikulum, hingga sarana dan prasarana sekolah," kata Mercy.

Mercy menekankan bahwa dalam membangun program pendidikan nasional, tidak boleh ada kebijakan yang digeneralisasi. 

Baca juga: Merujuk UU Sisdiknas, Tugas Dosen Tak Hanya Mengajar Tapi Juga Pengabdian ke Masyarakat

"Untuk daerah 3T harus ada indikator khusus guna memastikan afirmasi kebijakan benar-benar terjadi di wilayah-wilayah yang kualitas pendidikannya masih rendah," tambahnya.

Selain itu, Mercy juga menyoroti masalah tata kelola anggaran yang belum sesuai dengan realitas di lapangan. Ia menilai bahwa alokasi anggaran pendidikan untuk daerah 3T dan daerah marginal masih belum memadai.

"Unit cost harus diperhitungkan dengan lebih cermat agar pendidikan di daerah-daerah tersebut bisa merata, terjangkau, dan berkualitas," tegasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan