Hari Ginjal Sedunia 2025, Para Ahli Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini untuk Mencegah Gagal Ginjal
Penyakit ginjal menjadi masalah kesehatan serius di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Penulis:
M Alivio Mubarak Junior
Editor:
Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day/WKD) kembali diperingati secara global pada 13 Maret 2025.
Tahun ini, kampanye kesehatan ginjal menyoroti pentingnya deteksi dini dalam mencegah penyakit ginjal kronik (PGK) dan menghambat perkembangannya.
Penyakit ginjal menjadi masalah kesehatan serius di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Baca juga: Biaya BPJS Kesehatan untuk Gagal Ginjal Kronik Tembus Rp 11 Triliun pada 2024
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI tahun 2018, prevalensi PGK di Indonesia mencapai 0,38 persen dan terus meningkat setiap tahun.
Sementara itu, data registri Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) pada 2022 mencatat insidensi kumulatif pasien yang menjalani dialisis atau cuci darah mencapai 63.498 orang, dengan prevalensi kumulatif 158.929 pasien.
Ketua Umum PERNEFRI, Dr. dr. Pringgodigdo Nugroho, SpPD-KGH, menjelaskan PGK sering kali tidak terdeteksi hingga 90 persen fungsi ginjal sudah hilang.
"Ginjal memiliki banyak fungsi vital, termasuk menyaring racun, mengontrol tekanan darah, dan menjaga keseimbangan mineral tubuh. Jika tidak terdeteksi sejak dini, PGK bisa berkembang menjadi gagal ginjal yang memerlukan terapi pengganti ginjal seperti dialisis atau transplantasi," kata Pringgodigdo di jumpa pers pers peringatan Hari Ginjal Sedunia di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (12/3/2025).
Beberapa faktor risiko utama penyakit ginjal meliputi hipertensi, diabetes, obesitas, serta riwayat keluarga dengan penyakit ginjal.
Selain itu, kondisi seperti gangguan ginjal akut, penyakit autoimun, serta infeksi seperti hepatitis B dan C juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena PGK.
Untuk mencegah berkembangnya penyakit ginjal, skrining dan deteksi dini sangat disarankan, terutama bagi populasi berisiko tinggi.
Skrining dapat dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, Indeks Massa Tubuh (IMT), serta tes darah dan urin untuk mengevaluasi fungsi ginjal.
“Pemeriksaan sederhana seperti pengukuran tekanan darah, tes albuminuria dalam urin, serta pemeriksaan kreatinin serum dapat membantu mendeteksi gangguan ginjal lebih awal. Jika ditemukan kelainan, intervensi medis bisa segera dilakukan untuk memperlambat progresivitas penyakit," jelas Dr. Pringgodigdo.
Penyakit ginjal tidak hanya membahayakan kesehatan, tetapi juga menimbulkan beban ekonomi yang besar.
Pada kesempatan sama, Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat BPJS Kesehatan, Dr. dr. Ari Dwi Aryani, M.K.M., mengungkapkan biaya pelayanan kesehatan untuk gagal ginjal terus meningkat setiap tahunnya, bahkan mencapai Rp11 triliun.
Batu Ginjal Bisa Berisiko Picu Penyakit Ginjal Kronik |
![]() |
---|
Penyakit Ginjal Kronis Picu Risiko Masalah Jantung, Mekanismenya Hampir Sama dengan Diabetes |
![]() |
---|
Bukan Hanya Hipertensi, Diabetes Pun Dapat Sebabkan Gangguan Ginjal, Ketahui Tandanya |
![]() |
---|
Diet Sehat dan Seimbang untuk Cegah Gangguan Ginjal |
![]() |
---|
Gangguan Ginjal Berisiko Alami Kematian, Ketahui Kelompok yang Berisiko dan Gejalanya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.