Pemerintah Diharapkan Susun Kebijakan Terkait Rokok Berdasarkan Studi Ilmiah
Studi ini menganalisis 123 penelitian dan 4 juta peserta di bawah usia 29 tahun di seluruh Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Barat.
Penulis:
Danang Triatmojo
Editor:
Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Studi internasional berjudul Electronic cigarettes and subsequent cigarettes smoking in young people: A systematic review yang dipublikasikan pada Januari 2025, menunjukkan tembakau alternatif, seperti rokok elektronik atau vape, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, tidak menjadi pintu masuk kebiasaan merokok.
Studi ini menganalisis 123 penelitian dan 4 juta peserta di bawah usia 29 tahun di seluruh Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Barat.
"Orang khawatir rokok elektronik membuat lebih banyak anak muda merokok. Tapi, hasil penelitian kami justru menunjukkan sebaliknya, rokok elektronik membantu menurunkan jumlah perokok muda, terutama di Amerika Serikat," ujar peneliti, Asisten Profesor Kebijakan dan Manajemen Kesehatan di University of Massachusetts Amherst, Amerika Serikat, Jamie Hartmann-Boyce, dikutip Rabu (28/5/2025).
Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menunjukkan penurunan tajam pada siswa sekolah menengah yang melaporkan kebiasaan merokok dalam 30 hari terakhir, yakni dari 15,8 persen pada tahun 2011 menjadi 4,6 persen pada tahun 2020 dan hanya 1,7 persen pada tahun 2024.
Menanggapi ini, Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Budiyanto mengakui persepsi tentang produk tembakau alternatif memang berkembang luas.
Namun kata dia banyak persepsi yang tidak didukung bukti ilmiah. Padahal menurutnya tembakau alternatif banyak digunakan perokok dewasa yang ingin mengurangi kebiasaan merokoknya.
“Jadi, penting bagi kita semua untuk membedakan antara persepsi dan fakta berbasis bukti ilmiah. Produk tembakau alternatif secara desain dan tujuan utamanya ditujukan untuk perokok dewasa yang ingin mencari opsi yang lebih rendah risiko dibandingkan rokok. Produk ini bukan untuk remaja atau non-perokok,” kata Budiyanto dalam keterangannya, Rabu (28/5/2025).
Ia mengatakan, APVI juga bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melihat faktor risiko penggunaan produk tembakau alternatif.
Hasilnya sejalan dengan temuan dari lembaga riset internasional, yakni menunjukkan bahwa produk ini memiliki profil risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok, khususnya dari sisi kandungan senyawa toksik dan dampaknya terhadap sistem pernapasan.
"Namun tentu ini bukan berarti tanpa risiko, melainkan lebih rendah dan tetap harus digunakan secara bertanggung jawab,” kata Budiyanto.
Berdasarkan hasil riset BRIN, produk tembakau alternatif terbukti memiliki risiko yang jauh lebih rendah. Hal ini terbukti pada hasil uji kadar 9 zat yang harus dibatasi kandungannya sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Hasil uji tersebut menunjukkan sebagian dari 9 zat tersebut tidak ditemukan di produk tembakau alternatif.
Di antaranya acetaldehyde, acrolein, benzene, benzoapyrene, 1,3-butadiene, carbon monoxide (CO), formaldehyde, N-nitrosonornicotine (NNN), dan 4-(Methylnitrosamino)-1-(3-pyridyl)-1-butanone (NNK).
Ia mengatakan, pihaknya akan memaksimalkan hasil riset BRIN ini untuk program edukasi publik, khususnya perokok dewasa yang masih mencari cara efektif untuk berhenti dari kebiasaannya.
APVI juga akan menyampaikan hasil kajian tersebut kepada pemerintah agar dapat menjadi referensi dalam pembuatan kebijakan.
“Kami ingin memastikan bahwa hasil riset tidak berhenti sebagai dokumen akademik saja, tapi bisa menjadi masukan konkret bagi pemerintah dalam membentuk regulasi yang ideal, berbasis bukti ilmiah, dan berpihak pada kesehatan publik," katanya.
Kunci Jawaban Modul 2.2 Pengayaan Konsep Penelitian Tindakan Kelas, PINTAR Kemenag |
![]() |
---|
Pemerintah Diminta Revisi PP Nomor 28/2024 terkait Pasal yang Memberatkan Industri Hasil Tembakau |
![]() |
---|
Lembaga Riset Australia Bandingkan Efektivitas Tembakau Alternatif dan Terapi Pengganti Nikotin |
![]() |
---|
Demi Stabilitas Ekosistem Pertanian Tembakau, Petani Desak Moratorium Kenaikan Cukai Rokok 3 Tahun |
![]() |
---|
Khawatir PHK Massal, Seruan Moratorium Kenaikan Cukai Rokok Menguat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.