Pendidikan Profesi Guru
5 Contoh Studi Kasus PPG 2025 tentang Media Pembelajaran Sebagai Referensi
Inilah contoh studi kasus PPG 2025 maksimal 600 kata tentang Media Pembelajaran saat UTBK UKPPPG 2025 sebagai referensi untuk guru SD, SMP, SMA.
Penulis:
Sri Juliati
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Contoh studi kasus Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun 2025 tentang masalah media pembelajaran bisa menjadi referensi bapak/ibu guru saat mengikuti Uji Kompetensi Peserta PPG (UKPPPG).
Bapak/ibu guru akan diminta membuat studi kasus sebanyak maksimal 600 kata dengan empat pilihan masalah. Salah satunya masalah media pembelajaran.
Menurut channel YouTube Pak Guru Wali, media pembelajaran merupakan sarana penting untuk menyampaikan materi agar lebih menarik dan mudah dipahami peserta didik.
Namun, dalam praktiknya sering muncul masalah seperti: keterbatasan akses terhadap media digital, guru yang kurang terampil memanfaatkan teknologi, serta ketidaksesuaian media dengan karakteristik siswa.
Misalnya, guru menggunakan video pembelajaran yang berdurasi terlalu panjang sehingga siswa merasa bosan.
Selain itu, masih ada sekolah yang minim fasilitas seperti proyektor atau koneksi internet yang stabil. Hal ini membuat pembelajaran menjadi monoton dan kurang interaktif.
Akibatnya, motivasi dan minat belajar siswa menurun sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal.
Nah, studi kasus PPG 2025 tentang media pembelajaran harus berdasarkan pengalaman bapak/ibu guru selama mengajar di kelas dan menjawab empat pertanyaan utama yaitu:
- Situasi yang Anda hadapi pada saat itu, tugas Anda, dan masalah yang harus Anda selesaikan.
- Tindakan yang Anda ambil.
- Bagaimana hasil dari tindakan tersebut.
- Pengalaman berharga apakah yang Anda petik dari masalah tersebut.
Inilah contoh studi kasus PPG 2025 maksimal 600 kata tentang Media Pembelajaran sebagai referensi untuk guru SD, SMP, SMA.
Baca juga: 5 Contoh Studi Kasus PPG 2025 tentang LKPD sebagai Referensi
1. Contoh Studi Kasus PPG 2025 tentang Media Pembelajaran
Permasalah Media Pembelajaran dan Kesenjangan
Sebagai seorang guru IPA di kelas VIII SMPN 1 Majujaya, saya selalu berharap dapat menyajikan pembelajaran yang interaktif dan mudah dipahami, khususnya untuk materi Fluida Statis. Materi ini melibatkan konsep-konsep abstrak seperti tekanan hidrostatis, hukum Pascal, dan hukum Archimedes, yang seringkali sulit divisualisasikan oleh siswa.
Saya membayangkan sebuah media pembelajaran yang mampu menampilkan simulasi, animasi, atau eksperimen virtual yang dapat menjelaskan prinsip-prinsip ini secara konkret. Harapan saya, media yang tepat akan meningkatkan pemahaman siswa secara signifikan, mengubah konsep abstrak menjadi sesuatu yang nyata dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Namun, kenyataan di kelas VIII SMPN 1 Majujaya menunjukkan kesenjangan yang mencolok. Fasilitas laboratorium terbatas, dan alat peraga untuk Fluida Statis tidak memadai.
Selama ini, saya mengandalkan penjelasan lisan, buku teks, dan gambar statis di papan tulis, yang terbukti kurang efektif dalam memvisualisasikan fenomena Fluida Statis. Akibatnya, siswa seringkali kesulitan mengaitkan teori dengan aplikasi praktis, dan pemahaman mereka cenderung bersifat hafalan tanpa konsep yang kuat.
Hal ini dikuatkan dengan hanya 20 persen dari 30 siswa yang mencapai KKTP. Sementara aktivitas siswa dalam pembelajaran hanya 50 persen dari 30 siswa. Kesenjangan antara harapan akan pembelajaran yang inovatif dan kenyataan keterbatasan media ini menjadi tantangan utama yang harus saya atasi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.